Showing posts with label Wisata Garut. Show all posts
Showing posts with label Wisata Garut. Show all posts

Saturday, November 30, 2013

Kerajinan Akar Wangi

Kerajinan akar wangi merupakan salah satu dari sekian banyak kerajinan yang dihasilkan oleh para pengrajin asal Kota garut. Kerajinan akar wangi asal kota Grut ini bahkan merupakan salah satu yang terbaik didunia. Bersama dengan pemerintah dan wujud toko online kami dalam mempublikasikan kerajinan akar wangi ini lebih luas lagi agar dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia dan dunia, kami menyediakan produk – produk dari kerajinan akar wangi di toko online kami. 

 akar wangi
Sumber: www.akarwangigarut.com
Jika anda berminat, anda dapat membeli via online dari kami karena cara pembeliannya mudah. Anda pilih yang anda inginkan, transfer via atm atau bank, berikan buktinya pada kami via online ataupun sms ke kontak person yang terdapat di web, kemudian kami akan kirimkan barang yang anda pesan. Anda tidak perlu bersusah payah hunting ataupun datang ke toko – toko untuk mendapatkan kerajinan akar wangi yang anda inginkan. Kerajinan akar wangi yang kami tawarkan diantaranya adalah batok susun, batok toples, macam – macam toples, almari lapis kayu, boks mahar dari akar wangi, nakas kayu, gordyn pintu yang dilukis, toples payung batik, gordyn pintu batik, tirai pintu akar wangi, tirai akar wangi berbagai motif dan fungsi. Berikut ini kategori produk akarwangi, yaitu:
Hiasan Dinding Akar Wangi
Sajadah Akar Wangi
Sekat Ruangan Akar Wangi
Taplak Meja Akar Wangi
Place Mate Akar Wangi
Tempat Tisu Akar Wangi
Sarung Bantal Kursi

Keistimewaan produk kerajinan akar wangi ini adalah ia mempunyai fungsi tertentu dan tidak hanya sekadar hiasan. Ini yang membedakan kerajinan akar wangi ini berbeda dari yang lainnya karena kebanyakan kerajinan lain tidak mempunyai fungsi spesifik yang biasanya hanya berfungsi sebagai hiasan tanpa fungsi lain yang lebih berguna.  Kemudian kerajinan akar wangi juga mempunyai karakteristik yang jarang dijumpai kerajinan tipe lain. Ini karena kerajinan akar wangi masi sangat jarang ditemui dan karena kelangkaannya tersebut, harganya menjadi lumayan mahal. Yang lebih menarik adalah kemampuannya membuat ruangan menjadi harum. Fungsi ini jelas sangat efektif, jika anda mempunyai tempat tisu ataupun tirai yang dibuat dari kerajinan akar wangi, anda tidak perlu menambah pengharum ruangan karenakerajinan akar wangi ini dapat membuat wangi ruangan anda. Asal muasal kerajinan akar wangi ini adalah dari rumput akar wangi. Rumput akar wangi ini telah digunakan lama sejak dahulu kala untuk digunakan sebagai pewangi batik, pewangi benda – benda pusaka seperti keris, pedang, tombak. Kerajinan akar wangi ini juga dapat digunakan sebagai pewangi lemari pakaian sehingga pakaian menjadi wangi dan juga mencegah rayap ataupun semut. Kerajinan akar wangi ini juga dapat dijadikan sajadah yang sudah dipasarkan ke mancanegara dan permintaan ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di negara – negara Arab. Asal muasal dibuatnya kerajinan akar wangi ini adalah bagaimana caranya membuat akar wangi yang berguna sebagai pengharum ruangan, tidak hanya sebagai pengharum ruangan, maka itu dibuat berbagai bentuk yang mempunyai fungsi lain selain sebagai pengharum ruangan. Dalam sejarahnya, pada masa tertentu, para warga jogja juga pernah melakukan ekspansi ke wilayah tasikmalaya yang dikenal sebagai penghasil akar wangi terbaik. Para warga jogja ini berusaha juga untuk menghasilkan akar wangi karena mereka juga terkenal dengan cita rasa seni yang tinggi serta para pengrajin juga banyak lahir dikota jogja. Bentuk lain dari kerajinan akar wangi juga dapat menjadi dekorasi seperti pajangan berbentuk hewan. Bentuk – bentuk hewan tersebut diantaranya adalah gajah, naga, kuda, dan kura – kura.

Artikel ini dikutif dari: www.akarwangigarut.com

Liwet Instan 1001 (Seribu Satu)

Liwet Instan 1001 (Seribu Satu) adalah salah satu produk unggulan dari CV. 1001 yang merupakan penghasil beras  berkualitas dari Garut Jawa Barat. Saat ini merupakan pelopor sekaligus inovator yang mengemas beras Garut menjadi liwet instan dan menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Garut. Liwet Instan 1001 terbuat dari berbagai bahan alami sehingga menghasilkan nasi liwet yang pulen dengan aroma yang menggugah selera makan sekaligus memanjakan lidah penikmat liwet.


 Sumber: www.liwetseribusatu.com
Selain liwet instan Kami juga telah meluncurkan produk terbaru Nasi Uduk Warna (Nasuwa) dan 1001 Spicy Edition (Pedas) untuk penikmat nasi liwet dan nasi uduk dengan selera pedas. Berikut ini produk yang dijual oleh CV. Seribu Satu yang didirikan oleh Kang Adris Wijaya:
1. Liwet Instan 1001
o Liwet Instan 1001 - Rasa Original
o Liwet Instan 1001 - Rasa Jambal
o Liwet Instan 1001 - RasaTeri
o Liwet Instan 1001 - Rasa Cumi
o Liwet Instan 1001 - Rasa Pete
o Liwet Instan 1001 - Rasa Jengkol
2. Nasi Uduk Warna (Nasuwa)
o Nasi Uduk Instan
o Nasi Uduk Original
o Nasi Uduk Ungu
o Nasi Uduk Angkak
o Nasi Kuning Instan

3. 1001 Spicy Edition (Pedas)
o Liwet Instan 1001 Pedas
o Nasi Uduk Instan Pedas
o Nasi Kuning Instan Pedas
Perkembangan bisnis dan teknologi yang sangat pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka.
Begitu pula halnya dengan CV. 1001, dengan brand utamanya Liwet Instan 1001, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulannya kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri. 
Sejak September 2012 Dengan bangga Kami  hadirkan www.liwetinstanseribusatu.com, www.liwet1001, dan www.liwetseribusatu.com, sebagai media online resmi sekaligus tempat belanja online dari CV. 1001, yang menjual keseluruhan produk unggulan Kami. Situs maya ini Kami hadirkan demi semangat melayani dan memuaskan keinginan pelanggan untuk tetap dapat menikmati produk-produk Kami dimanapun dan kapanpun Anda berada. Silahkan berbelanja online disini.
Sumber: www.liwetinstanseribusatu.com

Liwet Instan

Seiring dengan kemajuan zaman kulinerpun semakin beragam dengan inovasi-inovasi baru yang menghasilkan citarasa yang unik dan tidak ada sebelumnya baik yang dalam kemasan ataupun makanan segar. Salah satu dari beribu inovasi, ada satu yang mencuri perhatian yaitu liwet instan. Liwet instan merupakan inovasi dari cara memasak beras dengan cara yang lebih simple dari biasanya sehingga dapat mempermudah orang untuk memasak nasi liwet tanpa harus bersusah payah untuk menyiapkan beras dan menyiapkan bumbu.

 
Sumber: www.liwetinstan.com
Dengan hadirnya nasi liwet instan ikut menambah kekayaan kuliner Indonesia yang mengusung kuliner tradisional yang dikemas secara modern. Sehingga nasi liwet tidak hanya bisa dinikmati dilestoran penyedia nasi liwet tetapi bisa dinikmati oleh setiap orang dengan cara memasak yang simple. Nasi liwet instanpun hadir dengan berbagai rasa yang dapat menambah nikmatnya makan dan varian rasanyapun tidak lepas dari citarasa tradisional salah satu variannya adalah rasa pete yang merupakan cita rasa tradisional banget, tetapi dikemas kedalam kemasan yang menarik juga modern. Nasi liwet instanpun hadir dengan berbagai ukuran yang dapat disesuakan dengan kebutuhan Anda.
Kami merupakan distributor dari 3 produk nasi liwet instan yang ada di Kota Garut. Saat ini Kami memasarkan liwet instan Seribu Satu (1001) dari CV. 1001, Kadoet dari Beras Koko Riko, dan Edol. Tersedia berbagai macam varian rasa dan ukuran. Beikut ini adalah produk yang ditawarkan oleh liwet instan:
1. Nasi Liwet 1001
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Original
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Jambal
o Nasi Liwet Instant 1001 - RasaTeri
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Cumi
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Pete
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Jengkol

2. Nasi Uduk Warna (Nasuwa) 1001
o Nasi Uduk Instan
o Nasi Uduk Ungu
o Nasi Uduk Original
o Nasi Uduk Angkak
o Nasi Kuning Instan

3. Edisi Pedas 1001
o Nasi Uduk Instan Pedas
o Nasi Kuning Instan Pedas
o Liwet Instan 1001 Pedas

4. Nasi Liwet Kadoet
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Jambal
o Nasi Liwet Kadoet Seuhah (Pedas)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Cumi Jengkol (Cujeng)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Teri Pete (Tepet)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Udang Jamur (Umur)
o Nasi Tutug Oncom

5. Nasi Liwet Edol
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Jambal
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Teriyaki
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Petai
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Black Papper
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Udang
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Seafood

Perkembangan bisnis dan teknologi yang sangat pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka. Begitu pula halnya dengan Kami sebagai distributor nasi liwet instan, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulan kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri. Sejak September 2012 Dengan bangga Kami hadirkan www.liwetinstan.com, sebagai media online sekaligus tempat belanja online dari keseluruhan produk liwet instan Seribu Satu, Kadoet, dan Edol. Situs maya ini Kami hadirkan demi semangat melayani dan memuaskan keinginan pelanggan untuk tetap dapat menikmati liwet instan dimanapun dan kapanpun Anda berada. Silahkan berbelanja online disini.
Artikel diatas dikutif dari www.liwetinstan.com

Coklat Garut (chocodot)

Setelah dodol menjadi oleh-oleh khas Garut, saat ini ada satu lagi makanan ringan yang sangat digemari wisatawan yang menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Garut, yaitu Coklat Garut atau yang lebih dikenal dengan sebutan Chocodot. Oleh-oleh yang satu ini merupakan perpaduan dodol dengan coklat yang dikemas sangat menarik. Saat ini, ketika orang Garut merantau di suatu daerah, yang ditanyakan oleh teman-temannya tidak hanya dodol saja, tetapi juga chocodot. Biasanya, orang mencari chocodot ini sering kali berkunjung langsung ke saung coklat yang menjadi outlet resmi. Saat ini, saung coklat ini tidak hanya menjual chochodot saja tetapi produk-produk lainya yang menjadi identitas kota Garut. Adapun produk yang dijual di saung coklat adalah sebagai berikut:
1. Produk Coklat
Chocodot Babancong
Chocodot Etnik
Chocodot Buah (Bar Besar)
Chocodot Buah (Bar Mini)
Chocodot Cangkuang
Chocodot Tjeu Mumu
Chocodot Cipanas
Chocodot Gunung
Chocodot Gift Java & Bali
Chocodot Special Garut
Chocodot Sugar Free
Chocodot Update
Chocolate Korma
Van Java Chocolate Bar
Van Java Chocolate Besek
Choco Tea
Choco Nutz
Coffe Choc
Gage Choco
Words Chocolate
Cokelat Cetar Membahana
Shio Choco
Chocolate Cigarette
Chocodot Sensasi Mutiara (NEW)
2. Non Coklat
Brownies Dodol
3. Souvenir
Boneka Chocodot
Gantungan Kunci
Mug Chocodot
T-Shirt Chocodot
Berikut ini adalah sekilas mengenai chocodot yang dikutif langsung dari website cokelat Garut (www.coklatgarut.com). Sebuah evolusi baru dari produk cokelat kini hadir dikota Garut. Rasa cokelat yang klasik kini tak lagi monoton. Sensasi rasa baru sebuah cokelat ini hadir dari perpaduan cokelat dengan makanan penganan khas tanah Sunda.


Sumber: www.coklatgarut.com
Adalah Tama Chocolate salah satu perusahaan pengusung dari evolusi cokelat di Garut. Beberapa produk yang telah menjadi brand image cokelat di masyarakat telah tembus ke pasar internasional.
Sebut saja Chocodot, Brodol, Gage yang kini menjadi simbol buah tangan kota Garut bagi para wisatawan. Tak ayal banyak artis dan selebritis pun menyempatkan singgah ke 'saung saung coklat' milik Tama Chocolate.
Dengan berbalutkan kemasan bersetting simbol-simbol tanah sunda, menjadikan produk Cokelat Garut berkesan tradisional klasik dan bernilai budaya yang tinggi.
Perkembangan bisnis dan teknologi yang cukup pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka.
Begitu pula halnya dengan PT. Tama Cokelat Indonesia, dengan brand utamanya Chocodot - Indonesian Chocolate, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulannya kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri, yang sudah dilakukan sejak berdirinya di tahun 2009.


Sejarah Kabupaten Garut

Siapa yang tidak kenal Garut. Meskipun merupakan kota kecil di wilayah Priangan Timur, Garut menawarkan sejuta pesona wisata, baik kuliner, alam maupun budaya. Garut yang terletak di antara Kabupaten Tasikmalaya dan Bandung ini terletak di dataran tinggi dengan udara yang sejuk. Kota ini cocok untuk anda yang ingin berlibur dan merasakan pesona alam pegunungan. Namun bagaimana kota ini terbentuk? Apakah yang melatarbelakangi nama Kota Garut? Berikut ini adalah sekilas mengenai sejarah Kota Garut yang dikutip dari http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sekilas_sejarah.

Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. 
Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Perkembangan Fisik Kota
Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat. 
Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar.
Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.

Keadaan Umum Kota
Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. 
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.
Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.

Penetapan Hari Jadi Garut
Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kabupaten Garut No. 30 Tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada tanggal 16 Februari 1813. 
Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918.

Bupati Garut dari Masa ke Masa (1813-1967)

Sejak periode Kabupaten Limbangan baru yang beribukota di Suci sebagai cikal bakal Kabupaten Garut sampai dengan periode setelah muncul nama resmi “Kabupaten Garut”, terdapat 23 bupati yang pernah menjabat.
Seperti yang telah dijelaskan dalam halaman Sejarah Singkat Garut, pembentukan Kabupaten Limbangan-baru berdasarkan Surat Keputusan Raffles sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant Governor) di Indonesia adalah tanggal 16 Februari 1813.  Bupati yang menjabat pada saat itu adalah RAA Adiwijaya (1813-1831), karena itu jika perhitungan masa pemerintahan Kabupaten Garut berawal dari sini maka RAA Adiwijaya merupakan Bupati Garut yang pertama.
Sejak 1 Juli 1913 Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut yang terjadi pada masa pemerintahan periode ke-4 sejak 1813, yaitu masa Bupati RAA Wiratanudatar (1871-1915), berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal tanggal 7 Mei 1913 (Staatsblad Van Nederlandsch-Indie No.356: Besluit van den Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie van 7 Mei 1913 No. 60).  Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa RAA Wiratanudatar merupakan Bupati pertama yang memimpin wilayah pemerintahan dengan nama Kabupaten Garut.

Pada tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan sebagai daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom).   Ini terjadi pada masa pemerintahan RAA Soeria Kartalegawa yang menjadi Bupati ke-5 sejak 1813 atau Bupati ke-2 sejak muncul nama Kabupaten Garut.  Oleh karena itu, RAA Soeria Kartalegawa merupakan bupati pertama yang memimpin Kabupaten Garut sebagai  daerah otonom.
Pada zaman kolonial Belanda, pergantian bupati yang berlaku di Kabupaten Garut identik dengan yang berlaku di kerajaan-kerajaan kuno Indonesia, yaitu bila Bupati meninggal atau berhenti karena hal tertentu, maka yang berhak menggantikannya adalah putera laki-laki tertua atau menantu laki-laki.  Kalau pun tidak demikian, penggantinya masih memiliki hubungan darah atau kekerabatan yang dekat.  Dari masa ke masa, tercatat bupati pertama RAA Adiwijaya (1813-1831) digantikan oleh puteranya RAA Kusumadinata (1831-1833) sebagai bupati kedua.   Lalu bupati kedua diteruskan oleh menantunya Tumenggung Jayadiningrat (1833-1871) sebagai bupati yang ketiga.  Masih memiliki ikatan kekeluargaan, bupati ketiga digantikan oleh RAA Wiratanudatar (1871-1915) sebagai bupati yang keempat.  Selanjutnya bupati keempat digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Kartalegawa (1915-1929) yang menjadi bupati kelima.  Kemudian ia diteruskan oleh puteranya Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa (1929-1944) sebagai bupati keenam.
Dalam sejarah Garut, tercatat periode Bupati terlama yang memimpin hingga mencapai lebih dari 40 tahun yaitu RAA Wiaratanudatar (1971-1915).  Sedikitnya ada tiga orang Bupati yang memimpin kurang dari satu atau dua tahun seperti R. Tumenggung Endung Suriaputra (1944-1945) atau Letkol Akil Ahyar Masyur (1966-1967).
Sejarah juga mencatat, bahwa sejak pemilihan bupati berdasarkan periode waktu, belum terdapat Bupati Garut yang memegang masa jabatan lebih dari satu periode.