Showing posts with label Manajemen Operasi. Show all posts
Showing posts with label Manajemen Operasi. Show all posts

Sunday, July 21, 2013

Kunjungan Ke Pabrik Teh PD Kurnia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Banyak jenis minuman yang dikenal dan telah membudaya di masyarakat Indonesia, salah satunya teh. Tanaman yang menjadi minuman kesehatan ini pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stelsel ). Hingga pada saat ini banyak terdapat perkebunan teh di seluruh wilayah Indonesia terutama pulau jawa yang merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda.
Banyak perkebuanan teh yang tersebar dan memproduksi teh untuk dikonsumsi pasar domestic dan manca negara. Kepopuleran minuman teh ini menjadikan bisnis di bidang pengelolaan tanaman ini cukup menjanjikan. Minuman yang telah melekat dengan budaya masyarakat Indonesia ini menjadi suatu pasar yang tidak ada matinya, sehingga banyak menggundang keinginan orang-orang untuk menggeluti bisnis ini, baik pada bidang pengelolaan maupun minumannya langsung yang telah siap saji.
Namun di balik peluang pasar tersebut, sisitem pengeloaan pabrik yang biasanya merupakan warisan turun temurun ini tidak dikelola dengan baik tetapi dapat bertahan hingga berpuluh-puluh tahun. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari sedikit mengenai manajemen pengelolaan teh.

1.2              Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengindentifikasi proses pengelolaan teh dari pucuk hingga menjadi produk yang dapat dipasarkan.
2.        Menambah pengetahuan mengenai pengelolaan teh


BAB II
ISI


PD Kurnia merupakan perusahaan milik Bapak Haji Ujang Darmita yang bergerak dalam bidang pengelolaan pucuk teh menjadi teh kemasan. Perusahaan yang bertempat di jalan Sayang Cikeruh Kabupaten Sumedang ini telah berdiri sejak tahun 1989 dengan produk andalannya Teh Hijau Cap Termos.

Gambar 1 Teh Cap Termos produk PD Kurnia
Bahan/input
Dalam memproduksi Teh Hijau Cap Termos ini diperlukan bahan yang akan digunakan selama proses produksi, diantaranya pucuk teh yang disuplai dari perkebunan teh Sumedang. Jumlah kebutuhan pucuk teh dalam waktu normal, yaitu ketika musim hujan dimana ketersediaan pucuk mencukupi, pabrik ini membutuhkan lebih kurang 7-10 ton, namun untuk musim kemarau, yang terjadi kekurangan ketersediaan pupuk di perkebunan hanya mencapai 2 ton. Bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan adalah kayu bakar dan arang yang masing-masing disuplai dari perusahaan lain yang telah melakukan kerja sama dengan PD Kurnia. Selain itu juga digunakan solar untuk menggerakan mesin pada tahap pengeringan pertama dan kedua.

Proses Pengolahan Teh
Secara garis besar terdapat enam tahapan yang dilakukan hingga memperoleh teh yang sudah siap diseduh, yaitu proses pelayuan, pengeringan, permentasi dan pengeringan tahapan kedua, sortasi daun dan tangkai serta pemanasan kembali bagi daun yang telah disortasi untuk proses pematangan. Berikut ini sekema proses pengelolaan pucuk teh menjadi teh siap dipasarkan.


 
 Pada perusahaan ini, hanya melakukan pengolahan dari pucuk teh menjadi produk yang siap dipasarkan, baik dikemas untuk dijual di pasar sekitarnya dan juga dijual ke perusahaan lain sebagai bahan baku untuk pembuatan jenis teh lainnya. Proses pembuatan ini dilakukan oleh sekitar 70 orang pekerja yang tersebar dalam berbagai tahapan pengelolaan.
   
Gambar 2 Pengamatan proses pematangan teh yang dipanaskan dengan bara arang
Produk PD Kurnia
Produk yang dihasilkan dari produk ini terdiri dari produk utama dan sampingan. Produk utama merupakan produk unggulan yang disebarkan kepada konsumen melalui warung-warung atau pasar yang dimana daerah sebarannya meliputi pasar Cicalengka, Sumedang, Rancaekek,dan Banjaran. Dari sekitar satu ton bahan baku menjadi 230 kg teh yang siap dipasarkan. Adapun sistem pengemasannya terdiri dari beberapa ukuran diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Satu ikat yang terdiri dari 5 pak
·         Satu pak yang terdiri dari 10 bungkus
·         Satu bal yang terdiri dari 10 pak
Untuk produk sampingan, yaitu teh yang telah disaring, dijual dalam kemasan karung dengan harga per kilo gram sebesar Rp. 4.000. Selain itu tangkai teh sisa sortasi juga dijual tanpa dilakukan pengemasan terlebih dahulu. Keunggulan dari produk teh ini adalah tanpa menggunakan bahan pengawet atau tambahan bahan kimia lainnya, komposisinya hanyalah berupa pucuk teh. Sehingga pihak penjual yang berada di pasar apabila setelah dua bulan masih tersisa produk tehnya pihak penjual dapat mengembalikan ke pabrik melalui distributor atau sales penjualan PD Kurnia. Secara kualitas, produk ini telah memiliki ijin dari Departemen Kesehatan dengan nomor 013 10-21 1989. Namun dari segi pemengemasannya masih kurang baik.

Pemasaran Produk
Tidak seperti pabrik atau perusahaan yang telah maju, PD Kurnia ini tanpa melakukan program promosi selayaknya perushaan, namun sistem yang digunakan adalah menawarkan produknya melalui sales penjual yang dilakukan ke berbagai pasar. Selain itu, pemasaran produk ini pihak konsumen datang langsung ke pabrik untuk membeli produk teh tersebut. Meskipun demikian, produk teh ini sudah mampu bertahan hingga mencapai 24 tahun.

Sumber Daya Manusia
Secara keseluruhan jumlah pekerja di pabrik ini mencapai 70 orang yang terdiri dari berbagai bagian pada pengelolaan teh tersebut. Sebanyak 70 orang ini merupakan pekerja yang ditempatkan pada bagian-bagian tertentu pada tahapan pengelolaan teh, secara struktural tidak ada seorang manajer produksi, keuangan atau pemasaran. Semua tugas tersebut bertumpu pada seorang pemilik pabrik, yaitu H Ujang Darmita. Bagi pekerja baru tidak ada pelatihan khusus agar mempunyai keahlian tertentu, tetapi mereka diarahkan untuk belajar dengan pekerja yang telah lama.


BAB III
KESIMPULAN


Dari hasil kunjungan yang telah dilakukan ke pabrik teh , PD Kurnia dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pabrik ini bergerak pada bidang pengelolaan pucuk teh hingga menjadi produk teh, diantaranya teh hijau Cap Termos, dan bahan untuk teh celup.
2.      Dalam penjualannya, teh dikemas mulai dari satuan bal yang terdiri atas 10 pak, satuan ikat yang terdiri atas 5 pak, dan satuan pak yang terdiri atas 10 bungkus. Selain itu dapat dijual dengan satuan kilo gram khusus unutk bahan teh celup.
3.      Sistem pemasarannya langsung dilakukan oleh seorang sales melalui pasar-pasar.
4.      Semua kegiatan pabrik bertanggung jawab langsung kepada pemiliknya, tidak ada sruktur organisasi yang jelas.
5.      Tidak ada pelatihan khusus bagi perja baru, namun belajar langsung dari pekerja lama.
6.      Keunggulan produk teh ini tanpa menggunakan bahan pengawet atau bahan tambahan lainnya, namun hanya berupa pucuk teh saja.
7.      Kekurangan dari produk teh ini adalah dalam pengemasannya kurang menarik dan tidak ada pengembangan produk yang disesuaikan dengan kelas pasarnya.


Perencanaan dan Pengendalian Persediaan di Pabrik Tempe


Dalam kegiatan produksi, persediaan perlu dilakukan perencanaan dan pengendalian yang baik karena hal tersebut berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk persediaan tersebut, baik dalam bentuk produk jadi , baku dan persediaan dalam bentuk work in process. Adapun biaya yang harus dikeluarkan berkaitan dengan persediaan meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya di saat kekurangan persediaan. Perencanaan dan pengendalian persediaan ini sangat berkaitan dengan jumlah permintaan, lama proses produksi dan juga ketahanan produk. Semua hal tersebut akan menentukan berapa jumlah bahan baku dan produk jadi yang harus disediakan.
Sebagai contoh kegiatan perencanaan dan pengendalian persediaan ini dilakukan study kasus di pabrik tempe Bapak H. Etik yang bertempat di Jayaraga Kabupaten Garut. Kelurahan Jayaraga ini merupakan sentra produksi tempe yang ada di Kabupaten Garut. Alasan mengenai pemilihan pabrik tempe untuk analisis perencanaan dan persediaan ini karena tempe merupakan produk yang berbahan baku hasil pertanian dengan pembuatan yang cukup lama sekitar 2 hari dan ketahanan tempe yang masih dapat dikonsumsi hanya 2 hari serta permintaan yang tinggi karena merupakan makanan khas masyarakat menengah ke bawah, sehingga perlu adanya perencanaan dan pengendalian yang baik untuk memenuhi semua kebutuhan tempe dengan meminimalisasi pembengkakan biaya akibat penyimpanan baik produk tempe atau bahan bakunya.
Bahan baku Pembuatan Tempe
Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan tempe ini terdiri atas bahan baku langsung dan bahan baku tak langsung. Adapun bahan baku langsung adalah sebagai berikut :
1.    Kacang kedelai
Kacang kedelai yang dibutuhkan dalam satu hari mencapai 280 kg untuk hari normal dan disaat mengalami penurunan permintaan hanya sebesar 230 kg. Sedangkan untuk hari-hari tertentu seperti hari raya dibutuhkan kedelai sebanyak 350 kg.
2.    Ragi tempe
Ragi tempe yang dibuthkan adalah 1 gram untuk 1 kg kacang kedelai, sehingga dalam sehari dibutuhkan 280 gram.
3.    Plastik pembungkus
Pelastik pembungkus yang dibutuhkan setiap harinya mencapai 15 pak dimana setiap pak terdapat 100 buah plastik.
Sedangkan bahan tidak langsung pembuatan tempe adalah :
1.    Kayu bakar
Kayu bakar yang dibutuhkan dalam satu hari mencapai 0.86 m3 atau sekitar 6 m3 per minggunya dimana dalam satu minggu terdiri atas 7 hari kerja.
2.    Air
Air yang dibutuhkan dalam sehari untuk merebus dan mencuci kedelai mencapai 1,5 m3 atau sekitar 1500 liter per hari.
Proses Pengadaan  dan biaya Bahan baku
Sistem pengadaan bahan baku dilakukan dengan sistem jatuh tempo untuk bahan baku kacang kedelai dan kayu bakar. Setiap satu minggu distributor mengirim kedelai ke pasar dengan tambahan biaya angkut dari pasar ke pabrik. Sedangkan untuk kayu bakar dikirim langsung ke pabrik oleh perusahaan pemotongan kayu setiap seminggu sekali. Untuk bahan baku ragi dan plastik dibeli langsung dari pasar dengan jumlah persediaan untuk satu minggu. Biaya untuk bahan baku setiap minggu adalah sebagai berikut :
·         Kacang kedelai : Rp 6.900 /kg x 280 kg/hari x 7 hari = Rp. 13.524.000
·         Kayu bakar sebanyak 6 m3/minggu  : Rp. 1.000.000
·         Plastik pembungkus : Rp. 3000 /pak x 15 pak/hari x 7 hari = Rp 315.000
·         Ragi Tempe : Rp. 90.000 /kg x 280 g/hari x 7 hari = Rp. 176.400
·         Air bersih : Rp 100.000/5000 liter x 1500 liter/hari x 7 hari = Rp. 210.000
Total biaya bahan baku per minggu = Rp 15.225.400
Biaya Persediaan

Biaya persediaan Perusahaan Tempe ini secara umum dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon, biaya administrasi dan biaya upah. Untuk  biaya penyimpanan hanya terdiri dari biaya  opportunity cost. Hal ini dikarenakan sebagai perbandingan jika uang yang digunakan untuk pengadaan bahan baku disimpan dalam bentuk tabungan, yang menghasilkan  opportunity cost berupa bunga bank.
Tabel 1 Biaya Pemesanan Bahan Baku
Jenis biaya
Bahan baku
Kedelai
Ragi
Plastik
Kayu Bakar
Air
Administrasi
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Telepon
5.000
-
5.000
5.000
Transportasi
50.000
5.000
20.000
-
Total Biaya Pemesanan
Rp. 95.000

Pada tabel 1 di atas jumlah biaya pemesanan selama satu minggu, maka untuk satu tahun adalah sebesar Rp. 4. 560.000
Untuk menghitung biaya penyimpanan dengan berdasarkan opportunity cost berupa bunga bank. Misalnya uang tersebut disimpan di Bank BRI berupa simapanan SIMPEDES dengan bunga sebesar 1 %/bulan ataau sekitar 12 %/tahun, maka besarnya biaya penyimpanan adalah :
·         Kedelai = Rp. 6.900/kg x 12 % /tahun = Rp 828/kg/tahun
·         Kayu bakar = Rp 167.000/m3 x 12 % /tahun = Rp 20.040/ m3/tahun
·         Air = Rp.20/liter (Rp.100.000/5000 liter) x 12 % /tahun = Rp 2.4/ liter/tahun
·         Plastik = Rp. 3000/pak x 12 % /tahun = Rp 360/ pak/tahun
·         Ragi tempe = Rp 90.000/kg x 12 % /tahun = Rp 10.800/ kg/tahun
Tabel 2 Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Bahan baku
Kebutuhan/hari
Kebutuhan/tahun
opportunity cost/tahun
Total opportunity cost/ tahun
Kedelai
280 kg
100.800 kg
Rp. 828/kg
Rp. 83.462.400
Kayu bakar
0.86 m3
309.6 m3
Rp. 20.040/ m3
Rp. 6.204.384
Air
1500 liter
540.000
Rp. 2,4/liter
Rp.1.296.000
Plastik
15 pak
5400 pak
Rp. 360/pak
Rp. 1.944.000
Ragi
280 gram
100.8 kg
Rp. 10.800/kg
Rp. 1.088.640
Total
Rp. 87.791.040

            Dengan demikian biaya total persediaan selama setahun jumlah total biaya pemesanan ditambah dengan biaya total penyimpanan, yaitu Rp. 92.351.040 /tahun
tahun

Gambar 1 Skema Produksi Tempe
Keterangan :
Tempe tipe A : Tempe denga harga jual Rp 1.500
Tempe tipe B : Tempe denga harga jual Rp 2.000
Tempe tipe C : Tempe denga harga jual Rp 4.000