Showing posts with label Garut. Show all posts
Showing posts with label Garut. Show all posts

Saturday, November 30, 2013

Kerajinan Akar Wangi

Kerajinan akar wangi merupakan salah satu dari sekian banyak kerajinan yang dihasilkan oleh para pengrajin asal Kota garut. Kerajinan akar wangi asal kota Grut ini bahkan merupakan salah satu yang terbaik didunia. Bersama dengan pemerintah dan wujud toko online kami dalam mempublikasikan kerajinan akar wangi ini lebih luas lagi agar dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia dan dunia, kami menyediakan produk – produk dari kerajinan akar wangi di toko online kami. 

 akar wangi
Sumber: www.akarwangigarut.com
Jika anda berminat, anda dapat membeli via online dari kami karena cara pembeliannya mudah. Anda pilih yang anda inginkan, transfer via atm atau bank, berikan buktinya pada kami via online ataupun sms ke kontak person yang terdapat di web, kemudian kami akan kirimkan barang yang anda pesan. Anda tidak perlu bersusah payah hunting ataupun datang ke toko – toko untuk mendapatkan kerajinan akar wangi yang anda inginkan. Kerajinan akar wangi yang kami tawarkan diantaranya adalah batok susun, batok toples, macam – macam toples, almari lapis kayu, boks mahar dari akar wangi, nakas kayu, gordyn pintu yang dilukis, toples payung batik, gordyn pintu batik, tirai pintu akar wangi, tirai akar wangi berbagai motif dan fungsi. Berikut ini kategori produk akarwangi, yaitu:
Hiasan Dinding Akar Wangi
Sajadah Akar Wangi
Sekat Ruangan Akar Wangi
Taplak Meja Akar Wangi
Place Mate Akar Wangi
Tempat Tisu Akar Wangi
Sarung Bantal Kursi

Keistimewaan produk kerajinan akar wangi ini adalah ia mempunyai fungsi tertentu dan tidak hanya sekadar hiasan. Ini yang membedakan kerajinan akar wangi ini berbeda dari yang lainnya karena kebanyakan kerajinan lain tidak mempunyai fungsi spesifik yang biasanya hanya berfungsi sebagai hiasan tanpa fungsi lain yang lebih berguna.  Kemudian kerajinan akar wangi juga mempunyai karakteristik yang jarang dijumpai kerajinan tipe lain. Ini karena kerajinan akar wangi masi sangat jarang ditemui dan karena kelangkaannya tersebut, harganya menjadi lumayan mahal. Yang lebih menarik adalah kemampuannya membuat ruangan menjadi harum. Fungsi ini jelas sangat efektif, jika anda mempunyai tempat tisu ataupun tirai yang dibuat dari kerajinan akar wangi, anda tidak perlu menambah pengharum ruangan karenakerajinan akar wangi ini dapat membuat wangi ruangan anda. Asal muasal kerajinan akar wangi ini adalah dari rumput akar wangi. Rumput akar wangi ini telah digunakan lama sejak dahulu kala untuk digunakan sebagai pewangi batik, pewangi benda – benda pusaka seperti keris, pedang, tombak. Kerajinan akar wangi ini juga dapat digunakan sebagai pewangi lemari pakaian sehingga pakaian menjadi wangi dan juga mencegah rayap ataupun semut. Kerajinan akar wangi ini juga dapat dijadikan sajadah yang sudah dipasarkan ke mancanegara dan permintaan ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di negara – negara Arab. Asal muasal dibuatnya kerajinan akar wangi ini adalah bagaimana caranya membuat akar wangi yang berguna sebagai pengharum ruangan, tidak hanya sebagai pengharum ruangan, maka itu dibuat berbagai bentuk yang mempunyai fungsi lain selain sebagai pengharum ruangan. Dalam sejarahnya, pada masa tertentu, para warga jogja juga pernah melakukan ekspansi ke wilayah tasikmalaya yang dikenal sebagai penghasil akar wangi terbaik. Para warga jogja ini berusaha juga untuk menghasilkan akar wangi karena mereka juga terkenal dengan cita rasa seni yang tinggi serta para pengrajin juga banyak lahir dikota jogja. Bentuk lain dari kerajinan akar wangi juga dapat menjadi dekorasi seperti pajangan berbentuk hewan. Bentuk – bentuk hewan tersebut diantaranya adalah gajah, naga, kuda, dan kura – kura.

Artikel ini dikutif dari: www.akarwangigarut.com

Liwet Instan 1001 (Seribu Satu)

Liwet Instan 1001 (Seribu Satu) adalah salah satu produk unggulan dari CV. 1001 yang merupakan penghasil beras  berkualitas dari Garut Jawa Barat. Saat ini merupakan pelopor sekaligus inovator yang mengemas beras Garut menjadi liwet instan dan menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Garut. Liwet Instan 1001 terbuat dari berbagai bahan alami sehingga menghasilkan nasi liwet yang pulen dengan aroma yang menggugah selera makan sekaligus memanjakan lidah penikmat liwet.


 Sumber: www.liwetseribusatu.com
Selain liwet instan Kami juga telah meluncurkan produk terbaru Nasi Uduk Warna (Nasuwa) dan 1001 Spicy Edition (Pedas) untuk penikmat nasi liwet dan nasi uduk dengan selera pedas. Berikut ini produk yang dijual oleh CV. Seribu Satu yang didirikan oleh Kang Adris Wijaya:
1. Liwet Instan 1001
o Liwet Instan 1001 - Rasa Original
o Liwet Instan 1001 - Rasa Jambal
o Liwet Instan 1001 - RasaTeri
o Liwet Instan 1001 - Rasa Cumi
o Liwet Instan 1001 - Rasa Pete
o Liwet Instan 1001 - Rasa Jengkol
2. Nasi Uduk Warna (Nasuwa)
o Nasi Uduk Instan
o Nasi Uduk Original
o Nasi Uduk Ungu
o Nasi Uduk Angkak
o Nasi Kuning Instan

3. 1001 Spicy Edition (Pedas)
o Liwet Instan 1001 Pedas
o Nasi Uduk Instan Pedas
o Nasi Kuning Instan Pedas
Perkembangan bisnis dan teknologi yang sangat pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka.
Begitu pula halnya dengan CV. 1001, dengan brand utamanya Liwet Instan 1001, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulannya kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri. 
Sejak September 2012 Dengan bangga Kami  hadirkan www.liwetinstanseribusatu.com, www.liwet1001, dan www.liwetseribusatu.com, sebagai media online resmi sekaligus tempat belanja online dari CV. 1001, yang menjual keseluruhan produk unggulan Kami. Situs maya ini Kami hadirkan demi semangat melayani dan memuaskan keinginan pelanggan untuk tetap dapat menikmati produk-produk Kami dimanapun dan kapanpun Anda berada. Silahkan berbelanja online disini.
Sumber: www.liwetinstanseribusatu.com

Liwet Instan

Seiring dengan kemajuan zaman kulinerpun semakin beragam dengan inovasi-inovasi baru yang menghasilkan citarasa yang unik dan tidak ada sebelumnya baik yang dalam kemasan ataupun makanan segar. Salah satu dari beribu inovasi, ada satu yang mencuri perhatian yaitu liwet instan. Liwet instan merupakan inovasi dari cara memasak beras dengan cara yang lebih simple dari biasanya sehingga dapat mempermudah orang untuk memasak nasi liwet tanpa harus bersusah payah untuk menyiapkan beras dan menyiapkan bumbu.

 
Sumber: www.liwetinstan.com
Dengan hadirnya nasi liwet instan ikut menambah kekayaan kuliner Indonesia yang mengusung kuliner tradisional yang dikemas secara modern. Sehingga nasi liwet tidak hanya bisa dinikmati dilestoran penyedia nasi liwet tetapi bisa dinikmati oleh setiap orang dengan cara memasak yang simple. Nasi liwet instanpun hadir dengan berbagai rasa yang dapat menambah nikmatnya makan dan varian rasanyapun tidak lepas dari citarasa tradisional salah satu variannya adalah rasa pete yang merupakan cita rasa tradisional banget, tetapi dikemas kedalam kemasan yang menarik juga modern. Nasi liwet instanpun hadir dengan berbagai ukuran yang dapat disesuakan dengan kebutuhan Anda.
Kami merupakan distributor dari 3 produk nasi liwet instan yang ada di Kota Garut. Saat ini Kami memasarkan liwet instan Seribu Satu (1001) dari CV. 1001, Kadoet dari Beras Koko Riko, dan Edol. Tersedia berbagai macam varian rasa dan ukuran. Beikut ini adalah produk yang ditawarkan oleh liwet instan:
1. Nasi Liwet 1001
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Original
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Jambal
o Nasi Liwet Instant 1001 - RasaTeri
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Cumi
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Pete
o Nasi Liwet Instant 1001 - Rasa Jengkol

2. Nasi Uduk Warna (Nasuwa) 1001
o Nasi Uduk Instan
o Nasi Uduk Ungu
o Nasi Uduk Original
o Nasi Uduk Angkak
o Nasi Kuning Instan

3. Edisi Pedas 1001
o Nasi Uduk Instan Pedas
o Nasi Kuning Instan Pedas
o Liwet Instan 1001 Pedas

4. Nasi Liwet Kadoet
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Jambal
o Nasi Liwet Kadoet Seuhah (Pedas)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Cumi Jengkol (Cujeng)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Teri Pete (Tepet)
o Nasi Liwet Kadoet Rasa Udang Jamur (Umur)
o Nasi Tutug Oncom

5. Nasi Liwet Edol
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Jambal
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Teriyaki
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Petai
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Black Papper
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Udang
o Nasi Liwet Instant Edol - Rasa Seafood

Perkembangan bisnis dan teknologi yang sangat pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka. Begitu pula halnya dengan Kami sebagai distributor nasi liwet instan, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulan kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri. Sejak September 2012 Dengan bangga Kami hadirkan www.liwetinstan.com, sebagai media online sekaligus tempat belanja online dari keseluruhan produk liwet instan Seribu Satu, Kadoet, dan Edol. Situs maya ini Kami hadirkan demi semangat melayani dan memuaskan keinginan pelanggan untuk tetap dapat menikmati liwet instan dimanapun dan kapanpun Anda berada. Silahkan berbelanja online disini.
Artikel diatas dikutif dari www.liwetinstan.com

Coklat Garut (chocodot)

Setelah dodol menjadi oleh-oleh khas Garut, saat ini ada satu lagi makanan ringan yang sangat digemari wisatawan yang menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Garut, yaitu Coklat Garut atau yang lebih dikenal dengan sebutan Chocodot. Oleh-oleh yang satu ini merupakan perpaduan dodol dengan coklat yang dikemas sangat menarik. Saat ini, ketika orang Garut merantau di suatu daerah, yang ditanyakan oleh teman-temannya tidak hanya dodol saja, tetapi juga chocodot. Biasanya, orang mencari chocodot ini sering kali berkunjung langsung ke saung coklat yang menjadi outlet resmi. Saat ini, saung coklat ini tidak hanya menjual chochodot saja tetapi produk-produk lainya yang menjadi identitas kota Garut. Adapun produk yang dijual di saung coklat adalah sebagai berikut:
1. Produk Coklat
Chocodot Babancong
Chocodot Etnik
Chocodot Buah (Bar Besar)
Chocodot Buah (Bar Mini)
Chocodot Cangkuang
Chocodot Tjeu Mumu
Chocodot Cipanas
Chocodot Gunung
Chocodot Gift Java & Bali
Chocodot Special Garut
Chocodot Sugar Free
Chocodot Update
Chocolate Korma
Van Java Chocolate Bar
Van Java Chocolate Besek
Choco Tea
Choco Nutz
Coffe Choc
Gage Choco
Words Chocolate
Cokelat Cetar Membahana
Shio Choco
Chocolate Cigarette
Chocodot Sensasi Mutiara (NEW)
2. Non Coklat
Brownies Dodol
3. Souvenir
Boneka Chocodot
Gantungan Kunci
Mug Chocodot
T-Shirt Chocodot
Berikut ini adalah sekilas mengenai chocodot yang dikutif langsung dari website cokelat Garut (www.coklatgarut.com). Sebuah evolusi baru dari produk cokelat kini hadir dikota Garut. Rasa cokelat yang klasik kini tak lagi monoton. Sensasi rasa baru sebuah cokelat ini hadir dari perpaduan cokelat dengan makanan penganan khas tanah Sunda.


Sumber: www.coklatgarut.com
Adalah Tama Chocolate salah satu perusahaan pengusung dari evolusi cokelat di Garut. Beberapa produk yang telah menjadi brand image cokelat di masyarakat telah tembus ke pasar internasional.
Sebut saja Chocodot, Brodol, Gage yang kini menjadi simbol buah tangan kota Garut bagi para wisatawan. Tak ayal banyak artis dan selebritis pun menyempatkan singgah ke 'saung saung coklat' milik Tama Chocolate.
Dengan berbalutkan kemasan bersetting simbol-simbol tanah sunda, menjadikan produk Cokelat Garut berkesan tradisional klasik dan bernilai budaya yang tinggi.
Perkembangan bisnis dan teknologi yang cukup pesat, membuat perusahaan-perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar sekalipun untuk tetap menyesuaikan diri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, seperti internet, untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka.
Begitu pula halnya dengan PT. Tama Cokelat Indonesia, dengan brand utamanya Chocodot - Indonesian Chocolate, yang memanfaatkan perkembangan di dunia maya yang tanpa batas untuk terus memperkenalkan dan menjual produk-produk unggulannya kepada konsumen dan pelanggan baik di Indonesia maupun luar negeri, yang sudah dilakukan sejak berdirinya di tahun 2009.


Sejarah Kabupaten Garut

Siapa yang tidak kenal Garut. Meskipun merupakan kota kecil di wilayah Priangan Timur, Garut menawarkan sejuta pesona wisata, baik kuliner, alam maupun budaya. Garut yang terletak di antara Kabupaten Tasikmalaya dan Bandung ini terletak di dataran tinggi dengan udara yang sejuk. Kota ini cocok untuk anda yang ingin berlibur dan merasakan pesona alam pegunungan. Namun bagaimana kota ini terbentuk? Apakah yang melatarbelakangi nama Kota Garut? Berikut ini adalah sekilas mengenai sejarah Kota Garut yang dikutip dari http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sekilas_sejarah.

Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. 
Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Perkembangan Fisik Kota
Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat. 
Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar.
Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.

Keadaan Umum Kota
Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. 
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.
Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.

Penetapan Hari Jadi Garut
Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kabupaten Garut No. 30 Tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada tanggal 16 Februari 1813. 
Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918.

Daftar harga barang di Garut

Harga sangat penting untuk memperhitungkan pengeluaran dan sebagai pembanding saat akan melakukan penjualan. Antra satu tempat dengan tempat lainnya sering kali terjadi perbedaan harga jual atau harga beli mengingat hal tersebut tergantung pada hukum pasar, Di Garut sendiri anda dapat mengawasi perbuahan harga salah satunya mealaui website pemerintahan Garut Daftar Harga Komoditas. Sehingga saat akan melakukan belnja atau penjualan barang anda dapat mempertimbangkan dengan adanya data tersebut. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.

Dodol Garut

Dodol Garut merupakan salah satu komoditas yang telah mampu mengangkat citra Kabupaten Garut sebagai penghasil Dodol yang berkualitas tinggi dan beraneka ragam jenis Dodol yang diproduksi. Dodol Garut ini dikenal luas karena rasanya yang khas dan kelenturan yang berbeda dari produk yang sejenis dari daerah lain. Industri ini berkembang sejak tahun 1926, oleh seorang pengusaha yang bernama Ibu Karsinah dengan proses pembuatan yang sangat sederhana dan terus berkembang hingga saat ini, hal ini disebabkan karena :
  1. Memiliki cita rasa yang berbeda dan mampu bersaing dengan jenis dodol yang berasal dari daerah lain;
  2. Harganya terjangkau dan merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat;
  3. Proses pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya mudah diperoleh;
  4. Tidak menggunakan bahan pengawet dan tambahan bahan makanan yang bersifat sintetis;
  5. Memiliki daya tahan cukup lama ( 3 bulan).

Komoditi ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi bahan baku utamanya yaitu dengan memanfaatkan bahan lain buah waluh, kentang, kacang, pepaya, nenas, sirsak dan lain-lain. Dekranasda juga membantu pemasaran melalui pameran-pameran, perbaikan kualitas produk maupun perbaikan desain kemasan melalui pelatihan-pelatihan. Untuk jenis produk dodol dapat dinikmati dalam berbagai jenis, diantaranya Dodol ketan, kacang, susu, coklat, wijen, dan dodol buah-buahan.

Dodol Picnic Garut
Rata-rata kapasitas produksi per tahun adalah 4.378 ton. Dodol Garut ini sudah tersebar ke berbagai kota dan ke nengara lain diantaranya untuk pasar dalam nengeri adalah Pulo Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Bali. Sedangkan untuk pasar luar negeri meliputi Brunai, Malayasia, Jepang, Arab Saudi, Singapura, Inggris.
Perushaan dodol garut yang sudah terkenal adalah dodol picnic yang produksi oleh PT Herlianah Cipta Pratama, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada link berikut http://www.dodolpicnicgarut.com/.

Sumber : Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut (http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/khas_pk_dodol)

Bupati Garut dari Masa ke Masa (1813-1967)

Sejak periode Kabupaten Limbangan baru yang beribukota di Suci sebagai cikal bakal Kabupaten Garut sampai dengan periode setelah muncul nama resmi “Kabupaten Garut”, terdapat 23 bupati yang pernah menjabat.
Seperti yang telah dijelaskan dalam halaman Sejarah Singkat Garut, pembentukan Kabupaten Limbangan-baru berdasarkan Surat Keputusan Raffles sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant Governor) di Indonesia adalah tanggal 16 Februari 1813.  Bupati yang menjabat pada saat itu adalah RAA Adiwijaya (1813-1831), karena itu jika perhitungan masa pemerintahan Kabupaten Garut berawal dari sini maka RAA Adiwijaya merupakan Bupati Garut yang pertama.
Sejak 1 Juli 1913 Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut yang terjadi pada masa pemerintahan periode ke-4 sejak 1813, yaitu masa Bupati RAA Wiratanudatar (1871-1915), berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal tanggal 7 Mei 1913 (Staatsblad Van Nederlandsch-Indie No.356: Besluit van den Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie van 7 Mei 1913 No. 60).  Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa RAA Wiratanudatar merupakan Bupati pertama yang memimpin wilayah pemerintahan dengan nama Kabupaten Garut.

Pada tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan sebagai daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom).   Ini terjadi pada masa pemerintahan RAA Soeria Kartalegawa yang menjadi Bupati ke-5 sejak 1813 atau Bupati ke-2 sejak muncul nama Kabupaten Garut.  Oleh karena itu, RAA Soeria Kartalegawa merupakan bupati pertama yang memimpin Kabupaten Garut sebagai  daerah otonom.
Pada zaman kolonial Belanda, pergantian bupati yang berlaku di Kabupaten Garut identik dengan yang berlaku di kerajaan-kerajaan kuno Indonesia, yaitu bila Bupati meninggal atau berhenti karena hal tertentu, maka yang berhak menggantikannya adalah putera laki-laki tertua atau menantu laki-laki.  Kalau pun tidak demikian, penggantinya masih memiliki hubungan darah atau kekerabatan yang dekat.  Dari masa ke masa, tercatat bupati pertama RAA Adiwijaya (1813-1831) digantikan oleh puteranya RAA Kusumadinata (1831-1833) sebagai bupati kedua.   Lalu bupati kedua diteruskan oleh menantunya Tumenggung Jayadiningrat (1833-1871) sebagai bupati yang ketiga.  Masih memiliki ikatan kekeluargaan, bupati ketiga digantikan oleh RAA Wiratanudatar (1871-1915) sebagai bupati yang keempat.  Selanjutnya bupati keempat digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Kartalegawa (1915-1929) yang menjadi bupati kelima.  Kemudian ia diteruskan oleh puteranya Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa (1929-1944) sebagai bupati keenam.
Dalam sejarah Garut, tercatat periode Bupati terlama yang memimpin hingga mencapai lebih dari 40 tahun yaitu RAA Wiaratanudatar (1971-1915).  Sedikitnya ada tiga orang Bupati yang memimpin kurang dari satu atau dua tahun seperti R. Tumenggung Endung Suriaputra (1944-1945) atau Letkol Akil Ahyar Masyur (1966-1967).
Sejarah juga mencatat, bahwa sejak pemilihan bupati berdasarkan periode waktu, belum terdapat Bupati Garut yang memegang masa jabatan lebih dari satu periode.


Sunday, April 21, 2013

Garut Selayang Pandang

         Geografis Kabupaten Garut terletak pada garis 107o 50' sampai 108 o bujur timur dan pada garis lintang 7o samapi 8o. Luas wilayah lebih kurang 3.081,79 km2 yang terdiri dari 42 kecamatan dan 413 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sekitar lebih kurang 2.176.626 jiwa berdasarkan catatan BPS pada tahun 2007.
  
                                               Sumber : garutkab.co.id    
          Keadaan wilayahnya terbentuk oleh dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan, dan dataran rendah yang berada di daerah pesisir pantai selatan (samudera indonesia). Pusat kota Garut berada di dataran tinggi dengan dikelilingi oleh gunung-gunung yang melingkar, sehingga menciptakan udara sejuk dengan iklim tropis. Sedangkan di daerah daratan rendah di pesisir pantai selatan, keadaan udara cukup panas karena pengaruh angin laut. Dengan topoloagi alam kaya dengan sumber air, membuat daerahnya subuh dan cocok sebagai daerah pertanian (agraris).
Sumber : Dinas Pendidikan Kab Garut

Gunung Papandayan Garut : Sejarah Letusan, Keanekaragaman Hayati, Wisata Gunung Api (Vulkanowisata)


Oleh : Prisa Apri van Ga, S. Hut
    “Pada bulan Januari 1706, dua orang serdadu Belanda bernama Creatiaun dan Van Houten mendapat tugas dari keresidenan setempat untuk mengunjungi, menyelidiki dan mencari belerang murni di G. Papandayan dan G. Patuha. Pada waktu itu G. Papandayan masih ada dalam ketinggian penuh” (Kusumadinata, 1970).



Jauh sebelum orang-orang Belanda menemukan gunung ini, masyarakat setempat telah sering melintasi G. Papandayan untuk membawa tembakau, garam, sayuran dan hasil-hasil bumi lainnya. Jalur ini merupakan jalan terdekat yang menghubungkan dataran tinggi Pengalengan Bandung dengan lembah Garut.

Nama Papandayan, berasal dari bahasa sunda “Panday” yang berarti pandai besi. Dahulu, ketika masyarakat melintasi gunung ini, sering terdengar suara-suara yang mirip keadaan ditempat kerja pandai besi, suara itu berasal dari kawah yang sangat aktif. Demikianlah gunung ini kemudian dinamakan Papandayan oleh masyarakat disekitar gunung ini.

Gunung Papandayan terletak di sekitar 25 Km sebelah barat daya Kabupaten Garut, dengan posisi geografis 70 19' Lintang Selatan dan 1070 44' Bujur Timur dengan ketinggian 2665 Mdpl atau sekitar 1950 M diatas dataran Garut. Disebelah selatan gunung ini terdapat G. Guntur dan disebelah timurnya terdapat G. Cikuray.

G. Papandayan merupakan kerucut paling selatan dari deretan gunung api di priangan selatan yang telah diklasifikasikan (sejak zaman penjajahan Belanda) sebagai gunung aktif yang cukup berbahaya di Jawa Barat. Letusan-letusan yang terjadi sejak dahulu kala membuat wujud gunung ini seperti potongan tapal kuda. Kawah tertuanya terletak di Tegal Alun-alun yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka. Dinding kawah tua ini membentuk kompleks pegunungan dengan puncak-puncaknya yaitu G. Malang (2675 Mdpl), G. Masigit (2619 Mdpl), G. Saroni (2611 Mdpl) dan G. Papandayan (2665 Mdpl) yang mengelilingi Tegal Alun-alun. Di padang inilah muncul mata air yang menjelma menjadi Sungai Ciparugpug.

Disekitar areal tapal kuda ini, kita juga dapat melihat gunung-gunung kecil yang mengelilingi G. Papandayan, antara lain G. Puntang (2555 Mdpl), G. Walirang (2238 Mdpl), G. Tegal Paku (2225 Mdpl) dan G. Jaya (2422 Mdpl). Sementara dilembah diantara G. Puntang dan G. Walirang terdapat sungai Cibeureum Gede yang mengalir ke Sungai Cimanuk.

Sejarah Letusan

Dalam catatan sejarah, letusan besar pernah terjadi di G. Papandayan pada 11 – 12 Agustus 1772. letusan besar ini menyebabkan kehancuran pada sebagian tubuh gunung ini, membentuk kawah tapal kuda membuka kearah timur laut.

“Dengan suara menggelegar dan gemeratak yang hebat, setelah tengah malam mendadak tampak membumbung keatas sinar-sinar terang, yang menerangi kegelapan, memecah-mecah puncak gunung, melemparkan dan menyebar bongkah-bongkahnya kesekitarnya”. Demikian catatan F.W. Junghuhn, seorang penjelajah gunung berkebangsaan Jerman tentang meletusnya G. Papandayan pada 11 Agustus 1772.

Inilah letusan terdahsyat G. Papandayan yang tercatat dalam sejarah. Selain menghancurkan sebagian tubuhnya, letusan ini juga menghancurkan 40 perkampungan didataran tinggi garut, memakan korban jiwa kurang lebih 2957 orang dan membunuh lebih dari 1500 ekor sapi, kerbau, kambing, dan binatang-binatang peliharaan lainnya.

Pada tahun 1819, pendiri kebun raya Bogor, C.G.C Reindwardt yang berkebangsaan Jerman menjadi orang-orang asing pertama yang mendaki gunung ini. Pada masa-masa inilah, G. Papandayan menjadi surga bagi para ahli gunung berapi dan tumbuh-tumbuhan hingga sekarang.

Menurut pendapat R.D.M. Verbeek dan R. Fennema, letusan G. Papandayan pada tahun 1772 berlangsung seperti halnya yang terjadi di G. Semeru di Jawa Timur pada tahun 1885, tetapi lebih kuat. Pada waktu terjadinya letusan ini terlihat muntahan api selama 5 menit yang berasal dari kawah Papandayan (kawah Mas), disusul dengan lawina batu-batu yang menghancurkan daerah yang lebih rendah. Peristiwa turunnya lawina batu-batu tersebutlah yang merupakan pokok dari kejadian letusan G. Papandayan pada tahun 1772.

Setelah itu, gunung ini mengalami masa tenang kembali sampai 11 Maret 1923 saat kawah Papandayan (kawah Mas) mulai bergejolak kembali hingga 9 Maret 1925. Selama 2 tahun, letusan kecil tidak membahayakan sering terjadi di gunung ini.

Letusan yang terjadi pada 11 Maret 1923 ini tercatat berasal dari kawah yang terdapat di Tegal Alun-alun, yakni berupa letusan lumpur dan batu-batuan sebesar kepala orang yang terlontar hingga kurang lebih 150 M.

Menurut keterangan Camat dan penduduk Cisurupan, letusan pada tanggal 11 Maret 1923 ini terjadi pada malam hari dengan didahului oleh gempa bumi ringan. Dari kejadian letusan ini, lapangan letusan baru telah ditemukan dan dinamakan kawah Baru. Dalam lapangan letusan seluas 100 M tersebut, 7 buah lubang letusan ditemukan dan sebuah danau kecil telah terbentuk.

Bersamaan dengan pembentukan kawah baru diatas, pada bulan Juni 1923, di kaki G. Nangklak (sebuah dinding curam sebelah selatan kawah Mas) telah terbentuk juga sebuah kawah baru yang diberi nama kawah Nangklak dengan 3 buah lubang letusan didalamnya.

Sepanjang tahun 1924 hingga 1925, letusan-letusan kecil terjadi secara bergantian di masing-masing kawah yang berbeda hingga gunung inipun akhirnya memasuki masa istirahat yang cukup panjang sampai letusan besar terjadi kembali pada 11 November 2002.

Pada hari senin, 11 November 2002 pukul 15.30, G. Papandayan memulai kembali kegiatannya setelah hampir 60 tahun menjalani masa istirahatnya.

Letusan pada tahun 2002 ini didahului oleh letusan freatik kecil pada tanggal 1 – 3 Oktober 2002 yang terjadi di kawah Mas yang menyebabkan meningkatnya kegiatan gunung ini. Temperatur di kawah Mas mengalami peningkatan dan sempat membakar endapan belerang yang terdapat didalamnya.

Pada tanggal 10 November 2002, Pos Pengamatan Gunung Api Papandayan mencatat peningkatan signifikan jumlah Gempa Vulkanik tipe B sebanyak 60 kali. Gempa ini menandai sistem rekahan dan tanah di kawasan kawah Mas menjadi jenuh dengan uap air dan tekanan, sekaligus mengaktifkan sistem uap di kawah Mas menuju ke letusan freatik selanjutnya.

Pada tanggal 11 November 2002, letusan freatik pertama terjadi di kawah Baru pada pukul 16.03 WIB, yakni berupa semburan debu pekat ke udara yang mencapai ketinggian 5 Km dari atas puncaknya. Letusan di kawah Baru ini menyebabkan terjadinya longsor dahsyat disebagian dinding bukit Nangklak, material longsoran tersebut jatuh ke hulu Sungai Cibeureum Gede dan mengakibatkan banjir bandang lumpur sepanjang Sungai Cibeureum Gede di Kec. Bayongbong. Tercatat 5 rumah rusak berat dan jalan antara Garut dengan Cikajang terputus.

Letusan tahun 2002 juga telah mengubah wajah lembah tapal kuda G. Papandayan, material yang ditumpahkan telah menimbun dasar lembah dan mengubur aliran Sungai Ciparugpug. Sementara G. Nangklak mengalami longsor dahsyat bersamaan dengan terbentuknya beberapa kawah baru.

Beberapa kejadian diatas dalam sejarah letusan gunung inilah yang membawa G. Papandayan menjadi sebuah lokasi penting bagi para penikmatnya dari sejak dahulu kala hingga sekarang.

Saat ini G. papandayan merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat yang telah dikembangkan menjadi objek wisata panorama dan tempat tujuan bagi para peneliti gunung api di mancanegara.

Objek-objek wisata mempesona yang terdapat di gunung ini terbentuk secara alamiah dari proses vulkanisma yang telah berlangsung di masa lampau. Aktivitas yang terjadi selama beratus-ratus tahun ini, telah menghasilkan dan meninggalkan bentuk-bentuk alam yang khas berupa kerucut gunung api, kawah, singkapan bebatuan dan terbentuknya struktur-struktur baru berupa curug (air terjun), danau, mata air panas, lubang semburan uap panas dari dalam tanah, kolam-kolam mendidih dan endapan belerang berwarna kuning yang menyatu dengan bentang alam yang di penuhi batuan berserakan dan dataran-dataran terbuka yang diselimuti rerumputan dan tumbuhan edelweis yang indah atau hutan-hutan tua berbalut lumut yang menakjubkan.

Keunikan-keunikan inilah yang membedakan keindahan G. Papandayan dengan gunung api-gunung api lainnya di Indonesia.

Keanekaragaman Hayati

G. Papandayan telah menjadi cagar alam sejak tahun 1924. Ketika itu pemerintah kolonial Belanda menetapkan kawasan hutan dan kawah Papandayan seluas 884 Ha menjadi cagar alam. Saat ini total luas cagar alam telah bertambah menjadi 6807 Ha ditambah taman wisata alam seluas 225 Ha. Penambahan luas cagar alam dan taman wisata alam ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/kpts/1990 tanggal 8-5-1990. Wilayahnya meliputi G. Papandayan, G. Puntang, G. Jaya, G. Kendang, Tegal Panjang dan kawah Darajat. Dengan statusnya sebagai cagar alam berarti G. Papandayan beserta keanekaragaman hayati didalamnya dilindungi oleh negara Republik Indonesia.

G. Papandayan memiliki hutan alami yang hening, hutan alami ini dapat kita jumpai pada ketinggian 1900 – 2675 Mdpl. Para ahli tumbuhan menggolongkan hutan pada ketinggian ini sebagai hutan pegunungan atas dan sub-alpin. Penelitian tumbuhan pada tahun 2004 didaerah antara Pondok Saladah sampai Tegal panjang mengungkapkan kondisi hutan sebagai berikut.

Pada daerah kawah, kita dapat menjumpai tumbuhan semak yang tahan terhadap gas beracun seperti suwagi, rumput kawah dan paku kawah. Semakin menjauh dari kawah, tumbuhan semak menjadi lebih beraneka ragam lagi. Selain suwagi, pohon segel, ramo gencel, huru koneng, semak harendong, edelweiss, rumput kawah, paku andam, tumbuhan rambat gandapura dan bungburn dapat kita jumpai didaerah ini.

Semakin ke tepian jalan, kita akan menemui pohon ki haruman yang dahannya dipenuhi benjolan mendomonasi pemandangan. Ke utara di belakang daerah bekas pesanggrahan Hoogbert hut, kondisi hutan mulai berubah karena pengaruh kawah yang mulai berkurang. Hutan disini dipenuhi oleh pohon-pohon berdiameter sedang yang rapat dengan lantai hutan namun jarang ditumbuhi semak, kita dapat menjumpai pohon kendung, anggrit, huru batu dan huru sintok. Selain itu, tumbuhan paku bagedor juga dapat kita jumpai bersama rumput carex dan semak teklan.

Mulai dari Cisupabeureum (2126 Mdpl), dikaki G. Puntang sampai Tegal Panjang, pohon-pohon berdiameter besar yang diselimuti oleh lumut dengan lantai hutan rapat yang ditumbuhi oleh tumbuhan bubukuan dapat kita jumpai disini. Pohon anggrit dan ki hujan sangat mendominasi pada hutan ini, selain pohon salam anjing dan salam beurit. Dua jenis herba penutup tanah yaitu Elatostema eurhynchum dan Elatostema rostratum mudah terlihat disini bersama tumbuhan rambat arbei hutan.

Di Tegal Panjang, kita dapat menemukan 25 jenis tumbuhan herba yang hidup bersama alang-alang. Beberapa diantaranya yang menonjol adalah ki urat, antanan dan Scleria terestis. Tumbuhan endemic Alchemilla villosa dan tumbuhan langka Primula imperalis dapat ditemukan pula di padang ini.

Selain tumbuhan-tumbuhan diatas, kita juga dapat menjumpai dan mengamati beberapa satwa liar yang hidup di hutan Papandayan ini, seperti monyet surili, lutung, babi hutan, mencek dan macan tutul. Didaerah pinggiran hutan dekat perkebunan kita akan menjumpai dengan mudah binatang tando, sigung dan careh.

Menurut catatan dokumen kolonial Belanda, dahulu kala masih dapat dijumpai banteng, rusa dan pelanduk yang terlihat merumput di Tegal Panjang. Pemangsa berupa harimau jawa juga masih sering muncul. Tetapi sekarang semuanya hanya tinggal kenangan saja, satwa-satwa tersebut telah punah.

Peneliti burung berkebangsaan Belanda bernama Hoogerwerf pada tahun 1948 melaporkan terdapat 115 jenis burung yang hidup di G. papandayan. Penelitian pada tahun 2004 pada sisi barat G. Papandayan, dari Pondok Saladah sampai Tegal Panjang serta daerah perbatasan hutan dengan kebun di Pengalengan telah ditemukan 73 jenis burung. Delapan jenis diantaranya endemik pulau Jawa dan 15 jenis lainnya dilindungi oleh perundang-undangan. Terdapat 2 jenis burung yang terancam kepunahan, yaitu elang jawa dan luntur gunung serta 2 jenis burung lainnya yang mendekati dan terancam punah yaitu wallet gunung dan cica matahari.

Disekitar dinding kawah, ditemukan burung pemangsa dadali dan alap-alap capung. Sementara didaerah hutan yang didominasi oleh tumbuhan suwagi disekitar kawah, mudah dijumpai burung kacamata, balecot, tengtelok dan tikukur.

Di hutan selepas kawah hingga tegal Panjang, kita dapat menjumpai sepah gunung, burung sapu, mungguk loreng, wergan dan kacamata bersama dengan puyuh laga dan cincoang biru yang menghuni semak-semak. Burung saeran, saeran kelabu dan walik kepala ungu juga sering terlihat di hutan ini. Sedangkan luntur gunung dan luntur harimau butuh kecermatan untuk menjumpainya.

Sementara didaerah perbatasan hutan dengan kebun sayur atau kebun teh dapat ditemukan burung pemangsa yang terancam kepunahan yaitu elang jawa bersama dengan 2 pemangsa lainnya yaitu elang ruyuk dan elang hitam. Burung saeran, wergan koneng, pijantung kecil dan kepudang sungu jawa juga mudah ditemui didaerah ini. Sementara burung kandancra dan cica matahari memerlukan kesabaran untuk dapat melihatnya. Di kebun teh itu sendiri merupakan arena bermain dan habitat bagi dua jenis burung toed dan tektek reod.

Berdasarkan dari kebiasaan makannya, burung-burung di G. Papandayan sebagian besar (64%) adalah pemakan serangga (insectivor). Kondisi ini menunjukkan peranan burung yang besar dalam menjaga keseimbangan populasi serangga yang terdapat di hutan Papandayan.

PANORAMA ALAM DAN WISATA GUNUNG API (VULKANOWISATA)

Gunung Papandayan selain dikenal banyak orang karena panorama alam, keindahan kawah dan sunrisenya yang memikat, juga dikenal banyak orang karena kondisi gunungnya yang dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan bagi para pemerhati gunung api. Termasuk bagi para pelajar, mahasiswa dan peneliti yang memerlukan data-data yang berkaitan dengan cabang ilmu pengetahuan alam seperti ilmu kehutanan, geologi, vulkanologi, geofisika dan lain-lain.

Hampir setiap bulannya, terutama pada bulan April hingga bulan November, wisatawan lokal maupun mancanegara dan para pelajar banyak yang mengunjungi gunung ini dengan keperluan yang berbeda-beda.

Gunung ini sendiri telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang memungkinkan wisatawan dan para peneliti untuk berkunjung kesini. Lapangan parkir seluas lapangan bola. MCK, Mushola, warung-warung makanan dan sekumpulan pemandu yang terlatih baik pengetahuan dan kemampuan bahasa inggrisnya cukup dapat memanjakan dan membantu kita untuk lebih dalam memahami isi gunung dan kekayaan hutan yang ada didalam G. papandayan.

Beberapa paket wisata juga dijajakan oleh para pemandu disini untuk membantu kita mengungkap misteri akan gunung ini dan membawa kita ke lokasi-lokasi terindah nan eksotik yang ada di G. Papandayan dan sekitarnya.

Beberapa lokasi yang biasanya dikunjungi oleh para pendaki, wisatawan dan para peneliti adalah sebagai berikut.

Pondok Saladah

Pondok Saladah merupakan areal padang rumput seluas 8 Ha yang terdapat di ketinggian 2288 Mdpl. Banyak ditumbuhi tumbuhan edelweis yang abadi dan tidak mudah layu serta memiliki aroma yang khas. Didaerah ini mengalir Sungai Cisaladah yang airnya mengalir sepanjang tahun, tempat ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk kegiatan perkemahan. Sepanjang perjalanaan dari tempat parkir (titik awal pendakian) menuju tempat ini kita akan disuguhi panorama alam yang sangat indah, yakni pemandangan pembuka berupa bentangan kaldera berbentuk tapal kuda yang sangat luas, yakni mencapai 3 Km yang dihiasi oleh bebatuan berserakan yang berwarna-warni. Disebelah kanan selama perjalanan kita akan menjumpai dinding batu berwarna perak bernama tebing soni, dimana kota garut dapat terlihat dari puncak tebing ini, sementara disebelah kirinya kita dapat melihat jejak dari daerah bekas aliran letusan gunung pada tahun 2002, pohon-pohon yang hangus terbakar dan lubang-lubang yang mengeluarkan uap panas dari dalam tanah. Tumbuhan suwagi juga menghiasi pemandangan selama perjalanan menuju tempat ini.

Kawah Mas

Bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, para peneliti dan para pendaki, kawah Mas adalah lokasi yang selalu menjadi tujuan utama dari semua perjalanan menuju gunung ini. Jika dibandingkan dengan lokasi-lokasi objek wisata lainnya yang ada disekitar gunung ini, kawah Mas merupakan lokasi yang sudah dibangun sedemikian rupa dan tampak lebih maju dan berkembang. Hal ini dikarenakan kawah Mas merupakan pusat dan lokasi terpenting dari rangkaian sejarah letusan G. Papandayan. Disini kita dapat mengamati aktivitas gunung berapi Papandayan yang sedang berjalan sesuai waktunya, di kawah ini terdapat 14 lubang letusan yang mengeluarkan asap dengan warna yang berbeda-beda, beberapa mata air mengandung belerang juga terlihat keluar dari sela-sela bebatuannya dan tentunya kita dapat mengamati aktivitas kawah Mas dari jarak yang sangat dekat.

Kawah Mas merupakan kompleks gunung berapai yang masih aktif seluas 10 Ha. Pada komplek ini terdapat lubang-lubang magma baik yang besar maupun yang kecil, lubang-lubang tersebut mengeluarkan asap dan uap air hingga menimbulkan berbagai macam suara yang unik.

Selain kawah diatas, beberapa kawah lainnya seperti kawah Manuk, kawah Baru dan kawah Nangklak juga dapat kita kunjungi untuk memperdalam pengamatan kita tentang aktivitas gunung api Papandayan. 

Tegal Alun-Alun

Tegal Alun-Alun merupakan lokasi kawah tertua dari G. Papandayan yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka yang semua lokasinya hampir dipenuhi oleh tumbuhan edelweis, sehingga selama kita berada di lokasi ini kita akan selalu mencium harumnya bunga edelweiss yang khas. Lokasi ini menyerupai lembah yang dikelilingi oleh kompleks pegunungan dengan puncak-puncaknya yang menjulang. Dilokasi ini juga muncul sumber mata air bagi Sungai Ciparugpug disamping fumarola, solfatara dan sumber air panas yang keluar melalui retakan atau celah bebatuan yang ada disekitarnya. Bagi para peneliti, Tegal Alun-alun selalu dijadikan sebagai tempat untuk mengamati satwa-satwa liar dan tumbuhan-tumbuhan endemik.

Selain diatas, Tegal Alun-Alun dan beberapa lokasi lainnya seperti Lawang Angin dan Tebing Soni, juga merupakan lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengabadikan momen-momen penting lainnya seperti pangambilan momen matahari terbit (Sunrise) yang sangat menakjubkan.

Lembah Maut (Lembah Ruslan)

Lembah Maut (lembah Ruslan) merupakan salah satu lokasi yang dianggap berbahaya bagi pengunjung di gunung ini. Dilembah ini banyak ditemukan bangkai binatang yang mati akibat terjebak gas beracun. Pada tanggal 18 Desember 1924, diberitakan seorang mantri bernama Ruslan terjatuh ke lembah ini dan tak sadarkan diri, beberapa saat kemudian mantri Ruslan dinyatakan meninggal karena menghirup gas CL2. Setelah kejadian meninggalnya mantri Ruslan, lembah ini dinyatakan berbahaya. Dan karenanya lembah ini kemudian di kenal dan diberi nama dengan sebutan Lembah Maut atau Lembah Ruslan.

Tebing Soni – Bandung, 28 Agustus – 4 September 2009.