Showing posts with label Pertanian. Show all posts
Showing posts with label Pertanian. Show all posts

Wednesday, December 4, 2013

Pengukuran Muka Air Tanah

Dasar Teori
Muka air tanah (watertable) ditunjukan dengan pembagian dari bagian air bawah tanah (ground water) dan daerah kelembaban di bawah permukaan tanah. Kondisi ini dapat ditemukan dengan membuat lubang menggunakan alat bor ke dalam tanah. Air di sekelilingnya akan mengalir ke dalam lubang dan mengisi lubang tersebut sampai mencapai tinggi permukaan watertable. 

Peralatan dan Alat yang diperlukan
Adapun peralatan yang perlu disediakan untuk melakukan pengukuran muka air tanah ini adalah sebagai berikut:
  1. bor tanah
  2. patok bambu
  3. batang bambu pengukur tinggi muka air
  4. meteran panjang (50 meter)
  5. meteran pendek (3 meter)
Sedangkan alat yang perlu disediakan untuk melakukan pengukuran tinggi muka air tanah ini adalah sebagai berikut:
  1. formulir pencatatan data pengukuran.
  2. alat tulis.
Untuk melakukan pengukuran tinggi muka air ini dapat dilakukan dengan prosedur berikut ini:
  1. Mengukur dimensi alahn (panjang dan lebar) dengan menggunakan meteran panjang.
  2. Menentukan posisi dan panjang saluran pada lahan yang akan diukur.
  3. Membuat sketsa gambar dari lahan yang akan diukur.
  4. Memilih bagian saluran yang memiliki aliran air terus menerus (konstan).
  5. Mnarik dua garis tegak lurus terhadap saluran, jarak antar garis adalah 200 cm, sedangkan panjang setiap garis 120 cm.
  6. Pada setiap pekerjaan penarikan garis, diberi tanda dengan patok bambu.
  7. Pada setiap garis yang tegak lurus dengan saluran, beri tanda dengan patok bambu untuk setiap jarak 20 cm panjang. Kemudian digambarkan titik-titik tersebut pada gambar sketsa yang telah dibuat dan diberi kode pada setiap titiknya.
  8. pada setiap patok 20 cm dibuat lubang dengan menggunakan bor tanah, dengan kedalaman minimal 100 cm, diusahakan sampai menemukan air tanah.
  9. Memulai pengukuran tinggi muka air tanah pada setiap lubang, pengukuran dimulai pada lubang pertama.
  10. Diupayakan areal pengukuran, bersih dari tanah hasil pemboran.
  11. Menggunakan bambu panjang untuk mengukur jarak antara tinggi muka air tanah dengan permukaan tanah.
  12. Mencatat setiap ketinggian muka air tanah yang berada pada lubang pengukuran.
  13. Melakukan pengukuran pada waktu yang sama (misalnya: jam 07.00 pagi) selama lima hari berturut-turut.


Sumber: Buku Petunjuk Praktikum Teknik Drainase Laboratorium Sumberdaya Air Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad 2011

Pengukuran Kelembaban Tanah

Dasar Teori
Pandangan secara mikroskopik, aliran air melalui air ternyata cukup rumit. Secara kebetulan hukum empiris ditemukan oleh Darcy (1856) yang menjelaskan sistim mikroskopik. Hukum ini menjadi dasar untuk aliran air melalui tanah, seperti hukum OHM merukan dasar untuk aliran listrik. Pengetahuan dari hukum Darcy sangat penting untuk mempelajari aliran air mealalui tanah. Hal ini tidak hanya digunakan untuk menguraikan masalah drainase (tanah dalam kondisi jenuh air), tetapi masalah untuk aliran pada kondisi tanah tidak jenuh.

Peralatan dan alat yang diperlukan
Peralatan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
  1. Gelas ukur 1000 ml (plastik).
  2. Soil Moisture Tester
  3. Ember plastik
  4. Blok Gipsum
  5. Tanah kering
  6. Meteran kecil (3 meter)
  7. Avometer
  8. Kalkulator
Sedangkan alat yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
  1. Air ledeng
  2. formulir pencatatan data pengukuran
  3. alat tulis
Adapun prosedur yang harus dilakukan untuk mengukur kelembaban tanah ini adalah sebagai berikut:
  1. Menyiapkan dua buah ember plastik, ukur dimensinya (tinggi, panjang, dan diamter) menggunakan meteran kecil (3 meter).
  2. Menyiapkan tanah kering untuk mengisi ember plastik.
  3. Memasukan tanah kering ke dalam ember plastik, hingga mencapai jarak 5 cm di bawah bibir atas ember.
  4. Sambil mengisi tanah dalam ember plasitik, tempatkan dua buah balok gipsum, pada dua kedalaman dan posisi 7,5 cm dan 10 cm di bawah permukaan tanah.
  5. Mengisikan air ledeng secara perlahan-lahan. Setiap ember berisi jumlah air yang berbeda (500 ml dan 1000 ml).
  6. Membiarkan air menyebar secara merata di dalam tanah kering, jangan diberi perlakuan apa-apa. Biarkan pada kondisi tersebut selama waktu 60 menit.
  7. Setelah waktu 60 menit, mencatat nilai kelembaban tanah melalui kabel dari setiap gipsum blok dengan menggunakan alat pengukur tegangan avometer (dalam satuan ohm).
  8. Melakukan pengukuran sebanyak 10 kali denga interval waktu pengukuran setiap 10 menit.
  9. Pada akhir pengukuran upayakan nilai kelembaban yang diukur, sudah memberikan nilai yang konstan (tidak ada perubahan lagi).
  10. Setelah pengukuran selesai, data pengukuran telah diperoleh 

Sumber: Buku Petunjuk Praktikum Teknik Drainase Laboratorium Sumberdaya Air Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad 2011

Karakteristik Bahan hasil Pertanian

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan usaha di bidang pertanian ini adalah sifat dari bahan hasil pertanian. Berbeda dengan barang hasil manufakturing yang memiliki ketahanan yang tinggi baik dari segi waktu, maupun bentuk. Sedangkan bahan hasil pertanian sering kali akan mengalami perubahan bentuk, rasa, dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga menurunkan kualitas dari produk tersebut. Dengan demikian, untuk mengantisipasi permasalahan ini kita harus mengenal karakteristik dari bahan hasil pertanian itu sendiri agar dapat mengatasinya sehingga produk hasil pertanian ini dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik, segar dan kualitas yang sangat baik.
Menurut Sudaryanto Zain, dkk dalam bukunya " Teknik Penanganan Hasil Pertanian" pada tahun 2005 mengemukanan bahwa bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik saat masih di lahan maupun selama dalam proses penanganan pascapanen. kerusakan bahan hasil pertanian tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik, termis, biologis, fisiologis dan kimia. Untuk mengendalikan kerusakan bahan hasil pertanian tersebut, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik fisik, mekanik, dan termal. Selain daripada itu, pengetahuan tentang karakteristik bahan hasil pertanian diperlukan sebagai data dasar dalam kegiatan berikut ini:
  1. Merancang bangun mesin-mesin pengolahan, menentukan bahan atau material konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya.
  2. Menganalisis dan menentukan efisiensi suatu mesin, maupun proses pengolahan.
  3. menggambarkan produk-produk olahan baru dari bahan berupa tanaman dan hewan.
  4. Mengevaluasi serta mengawetkan mutu produk akhir.

Karakteristik Bahan hasil Pertanian

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan usaha di bidang pertanian ini adalah sifat dari bahan hasil pertanian. Berbeda dengan barang hasil manufakturing yang memiliki ketahanan yang tinggi baik dari segi waktu, maupun bentuk. Sedangkan bahan hasil pertanian sering kali akan mengalami perubahan bentuk, rasa, dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga menurunkan kualitas dari produk tersebut. Dengan demikian, untuk mengantisipasi permasalahan ini kita harus mengenal karakteristik dari bahan hasil pertanian itu sendiri agar dapat mengatasinya sehingga produk hasil pertanian ini dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik, segar dan kualitas yang sangat baik.
Menurut Sudaryanto Zain, dkk dalam bukunya " Teknik Penanganan Hasil Pertanian" pada tahun 2005 mengemukanan bahwa bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik saat masih di lahan maupun selama dalam proses penanganan pascapanen. kerusakan bahan hasil pertanian tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik, termis, biologis, fisiologis dan kimia. Untuk mengendalikan kerusakan bahan hasil pertanian tersebut, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik fisik, mekanik, dan termal. Selain daripada itu, pengetahuan tentang karakteristik bahan hasil pertanian diperlukan sebagai data dasar dalam kegiatan berikut ini:
  1. Merancang bangun mesin-mesin pengolahan, menentukan bahan atau material konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya.
  2. Menganalisis dan menentukan efisiensi suatu mesin, maupun proses pengolahan.
  3. menggambarkan produk-produk olahan baru dari bahan berupa tanaman dan hewan.
  4. Mengevaluasi serta mengawetkan mutu produk akhir.

PRINSIP PENGAMBILAN CONTOH TANAH

PENDAHULAUAN
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas       dari     bahan-bahan       beracun      dengan konsentrasi yang
berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya. Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT),  pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah.
Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara  lain dapat terjadi penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah  yang tidak tepat, metode, waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan  poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan  tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan  contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.

PRINSIP
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut: 
(i)  Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan dengan pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua  fasilitas pendukung seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu mudah  dikontrol. Perlengkapan baku, seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di lapangan. Perlengkapan yang mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan, karena pertimbangan cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat akibat goncangan ketika diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat menghemat waktu bekerja, contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi yang berbeda, dan ditetapkan secara berurutan. Dibalik keunggulan tersebut, tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan di laboratorium. Di dalam suatu penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan potensi air tanah lebih baik dilakukan di lapangan karena intensitas pengamatan yang tinggi. 
(ii) Kesalahan, keragaman, dan ketepatan Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil penelitiannya, apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan analisisnya, dan bagaimana keragaman datanya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dikaji bagaimana data diperoleh dan seberapa besar tingkat keyakinan terhadap nilai data yang diperoleh. Aspek tingkat kepercayaan tidak terlepas dari prinsip dan metode statistik. Tujuan dari penyajian bab ini adalah untuk menerangkan prinsip dasar statistik yang ada relevansinya dengan kesalahan dalam pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu pengukuran. 
Pengukuran adalah kuantifikasi dari sesuatu yang dinilai, yang langsung dapat menjawab pertanyaan khusus dalam suatu percobaan. Implikasinya adalah kuantifikasi pada urutan-urutan kegiatan akan menghasilkan resultan hasil pengukuran.
(iii) Keragaman tanah di lapangan.
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat  disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisik tanah akibat dari proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwa  tempat yang berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak  berbeda jauh, yang kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun demikian, tingkat kemiripan tersebut sangat tergantung pada skala pengamatan, misalnya negara, km, atau hanya beberapa mm saja. Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan tanah dan jenis penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan waktu. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi variasi hasil pengukuran baik menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh, pengolahan tanah adalah mencampur tanah, yang berarti cenderung mengurangi variasi berat isi tanah menurut ruang, namun, pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses pemadatan. Pengaruh ruang dan waktu terhadap sifat-sifat fisik tanah dapat dituliskan sebagai berikut:
                                                                 SP = f(x, y, z, t)

Dimana: SP adalah sifat fisik tanah apa saja, misalnya kelembapan tanah, suhu, berat isi tanah. Simbol f diartikan sebagai fungsi dari; x, y, z adalah  koordinat Cartesian; dan t adalah waktu. Hal ini menunjukkan, bahwa pengukuran satu sifat fisik tanah di lapangan harus mempertimbangkan  waktu dan posisi pengambilan contoh tanah, atau pengukuran sifat fisik tanah tertentu. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah atau pengukuran sifat fisik tanah tertentu di lapangan, yaitu: (1) waktu pengambilan contoh tanah (t); apakah contoh tanah atau  pengukuran dilakukan pada musim hujan atau kemarau, apakah sebelum atau sesudah pengolahan tanah, dan seterusnya; (2) kedalaman pengambilan contoh atau pengukuran (z); (3) posisi di antara barisan tanaman (x); dan (4) posisi di dalam barisan tanaman (y). Perbedaan nilai pengukuran yang disebabkan oleh faktor x, y, dan z disebut sebagai variasi menurut ruang (spatial variability), sedangkan  perbedaan nilai pengukuran akibat pengaruh faktor t disebut sebagai variasi menurut waktu (temporal variability). 
(iv) Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah porositas tanah. Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter  bahkan milimeter. Jika nilai porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh tanah yang kecil atau tidak memadai, maka sangat besar  kemungkinannya nilai porositas yang ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya. Hal tersebut akan menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi berbagai aspek tanah yang berkaitan dengan pori tanah seperti perkolasi, pencucian, aliran permukaan, dan lain-lain. Volume dan jumlah contoh tanah yang terlalu besarpun tidak diinginkan karena akan menyulitkan dalam menanganinya yang akan mempengaruhi kualitas data. Volume dan jumlah contoh tanah yang sedikit adalah yang baik, namun hasil analisisnya mendekati kondisi sifat tanah sebenarnya, yang ditunjukkan oleh perbedaan yang kecil antara hasil pengukuran satu dan lainnya (Peck, 1980).
Untuk itu, perlu dicari volume dan jumlah contoh tanah yang tidak kecil, tetapi juga tidak terlalu besar namun dapat menggambarkan kondisi sifat fisik tanah sebenarnya di lapangan. Konsep keterwakilan contoh  tanah tersebut disebut representative elementary volume (REV; Peck, 1980). Pada kondisi REV seperti ini, setiap penambahan volume dan jumlah contoh tanah tidak akan merubah secara nyata nilai pengamatan atau cenderung konstan. Gambar 1 memperlihatkan konsep REV dalam kaitannya dengan penetapan porositas tanah. Volume contoh tanah yang kecil (V1 dan V2) yang diambil secara acak di lapangan, nampak jelas tidak menggambarkan kondisi sebenarnya dari porositas tanah. Pori yang terukur, kemungkinan besar hanya pori yang berukuran kecil atau besar saja. Dengan menambah volume atau jumlah contoh tanah (V3) yang diukur, maka pori tanah dengan berbagai ukurannya dapat terwakili, sehingga setiap penambahan volume contoh tanah dari titik V3 tidak akan merubah secara nyata nilai porositas tanah. Volume contoh tanah pada 
titik V3 ini disebut sebagai nilai REV.

Gambar 1. Konsep REV dalam menentukan volume contoh tanah 

Sumber:  Suganda, dkk. 2006. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Jakarta: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

Tuesday, December 3, 2013

M A W A R (Rosa damascena Mill.)

SEJARAH SINGKAT
Mawar merupakan  tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,  menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).

JENIS TANAMAN
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom       : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub-Divisi    : Angiospermae
Kelas           : Dicotyledonae
Ordo           : Rosanales
Famili          : Rosaceae
Genus         : Rosa
Species       : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan lain-lain.
Di Indonesia  berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand (Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium, memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dan tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.
Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh PT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda, Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia, Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara lain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar hibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea bertangkai bunga  80-120 cm,  tipe Medium 40-60 cm. Beberapa varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot, Frad Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong. Sedangkan varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan Cimacan Salem untuk tanaman taman.

MANFAAT TANAMAN
1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala penelitian di Puslitbangtri).

SENTRA PENANAMAN
Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman pot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1) Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar.
2) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang  baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar     matahari 5-6 jam per hari. Di daerah  cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga         serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan       pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di          daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan       kelembaban 70-80 %.

 Media Tanam
1) Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. 
2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik. 
3) Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu pengapuran          kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH   tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbaiki bintil-       bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan unsur- unsur P dan Mo.     Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum 19,5-22,6 derajat C.       Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran             rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

Sumber: Dikutif dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan                        Teknologi (http://www.ristek.go.id)

PEDOMAN BUDIDAYA STROBERI (Fragaria chiloensis L. / F. vesca L.)

Pembibitan

Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
1) Perbanyakan dengan biji
1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalunkeringanginkan.
2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan       pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup           dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur         18-   20 derajat Celcius.
3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih              dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan        dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10    cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.

2) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun 
    Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan           stolon adalah sebagai berikut:
1. Bibit anakan
   Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya              mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan    pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di  bedeng persemaian beratap plastik.
2. Bibit stolon
  Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit           ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah   tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.

3) Bibit untuk budidaya stroberi di polibag
    Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa        campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun  dua atau bibit dari        anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm
   berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.

Pengolahan Media Tanam
1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
b) Keringanginkan selama 15-30 hari.
c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar              bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan,    jarak antar guludan 40 x 60 cm.
d) Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.
f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.

2) Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar          bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan   dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
c) Keringanginkan 15 hari.
d) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha         KCl.
e) Siram hingga lembab.
f) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya            dengan bantuan bambu berbentuk U.
g) Buat lubang  di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam               barisan 30, 40  atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30,  50 x 50 atau 50 x 40 cm.
h) Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.

3) Pengapuran
Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.

Teknik Penanaman
1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya denganhati-hati.
2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar  pangkal batang.
3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200    kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-       kanan tanaman.
4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.

Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
 Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah          yang mati atau tumbuh abnormal.

2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada     di antara barisan/bedengan  dicabut  dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari       pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.

3) Perempelan/Pemangkasan
  Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur               terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.

4) Pemupukan
a) Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran.     Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
b) Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran urea,       SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan         350-500 cc larutan pupuk.

5) Pengairan dan Penyiraman
Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi  parit antar bedengan dengan air.

6) Pemasangan Mulsa Kering
Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.

Sumber: Dikutif dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan                        Teknologi (http://www.ristek.go.id)

M A W A R (Rosa damascena Mill.)

SEJARAH SINGKAT
Mawar merupakan  tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,  menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).

JENIS TANAMAN
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom       : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub-Divisi    : Angiospermae
Kelas           : Dicotyledonae
Ordo           : Rosanales
Famili          : Rosaceae
Genus         : Rosa
Species       : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan lain-lain.
Di Indonesia  berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand (Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium, memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dan tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.
Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh PT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda, Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia, Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara lain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar hibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea bertangkai bunga  80-120 cm,  tipe Medium 40-60 cm. Beberapa varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot, Frad Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong. Sedangkan varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan Cimacan Salem untuk tanaman taman.

MANFAAT TANAMAN
1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala penelitian di Puslitbangtri).

SENTRA PENANAMAN
Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman pot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1) Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar.
2) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang  baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar     matahari 5-6 jam per hari. Di daerah  cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga         serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan       pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di          daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan       kelembaban 70-80 %.

 Media Tanam
1) Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. 
2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik. 
3) Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu pengapuran          kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH   tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbaiki bintil-       bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan unsur- unsur P dan Mo.     Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum 19,5-22,6 derajat C.       Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran             rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

Sumber: Dikutif dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan                        Teknologi (http://www.ristek.go.id)

M A W A R (Rosa damascena Mill.)

SEJARAH SINGKAT
Mawar merupakan  tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,  menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).

JENIS TANAMAN
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom       : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub-Divisi    : Angiospermae
Kelas           : Dicotyledonae
Ordo           : Rosanales
Famili          : Rosaceae
Genus         : Rosa
Species       : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan lain-lain.
Di Indonesia  berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand (Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium, memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dan tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.
Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh PT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda, Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia, Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara lain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar hibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea bertangkai bunga  80-120 cm,  tipe Medium 40-60 cm. Beberapa varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot, Frad Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong. Sedangkan varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan Cimacan Salem untuk tanaman taman.

MANFAAT TANAMAN
1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala penelitian di Puslitbangtri).

SENTRA PENANAMAN
Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman pot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1) Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar.
2) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang  baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar     matahari 5-6 jam per hari. Di daerah  cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga         serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan       pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di          daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan       kelembaban 70-80 %.

 Media Tanam
1) Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. 
2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik. 
3) Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu pengapuran          kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH   tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbaiki bintil-       bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan unsur- unsur P dan Mo.     Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum 19,5-22,6 derajat C.       Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran             rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

Sumber: Dikutif dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan                        Teknologi (http://www.ristek.go.id)

M A W A R (Rosa damascena Mill.)

SEJARAH SINGKAT
Mawar merupakan  tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,  menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).

JENIS TANAMAN
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom       : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub-Divisi    : Angiospermae
Kelas           : Dicotyledonae
Ordo           : Rosanales
Famili          : Rosaceae
Genus         : Rosa
Species       : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan lain-lain.
Di Indonesia  berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand (Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium, memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dan tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.
Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh PT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda, Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia, Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara lain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar hibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea bertangkai bunga  80-120 cm,  tipe Medium 40-60 cm. Beberapa varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot, Frad Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong. Sedangkan varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan Cimacan Salem untuk tanaman taman.

MANFAAT TANAMAN
1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala penelitian di Puslitbangtri).

SENTRA PENANAMAN
Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman pot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1) Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar.
2) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang  baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar     matahari 5-6 jam per hari. Di daerah  cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga         serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan       pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di          daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan       kelembaban 70-80 %.

 Media Tanam
1) Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. 
2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik. 
3) Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu pengapuran          kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH   tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbaiki bintil-       bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan unsur- unsur P dan Mo.     Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum 19,5-22,6 derajat C.       Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran             rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

Sumber: Dikutif dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan                        Teknologi (http://www.ristek.go.id)

STROBERI (Fragaria chiloensis L. / F. vesca L)

SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan  tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di  Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu  Fragaria chiloensis  L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
Divisi         : Spermatophyta
Sub divisi  : Angiospermae
Kelas        : Dicotyledonae
Keluarga  : Rosaceae
Genus      : Fragaria
Spesies   : Fragaria spp.
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan  F. chiloensis L. var Duchesne  asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa  var Duchesne.Varitas stroberi introduksi yang dapat  ditanam  di Indonesia adalah  Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam. 

MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi.

SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim yang disukai oleh tanaman stroberi agar dapat tumbuh secara optimum adalah sebagai berikut:
1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600- 700 mm/tahun.
2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap               harinya.
3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang               memiliki temperatur 17–20 derajat C.
4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80- 90%.

Media Tanam
1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung              banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0,                   sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.
3) Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan           tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara     selalu tersedia.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.

Sumber: Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (http://www.ristek.go.id)

Wednesday, November 27, 2013

Budidaya Tanaman ALPUKAT / AVOKAD ( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )

Sebelumnya telah ditulis mengenai pengenalan tentang tanaman alpukat, sekarang akan dijelaskan mengenai teknik budidaya tanaman alpukat tersebut. Tanaman ini akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai atau optimum dengan syarat tumbungnya. Adapun, syarat tumbuh tanaman alpukat adalah sebagai beriku:

IKLIM

  1. Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman lpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
  2. Curah hujan minimum  untuk pertumbuhan adalah  750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
  3. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar  40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.
  4. Suhu optimal  untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.

MEDIA TANAM
  1. Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan organik. 
  2. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah  jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).
  3. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam  sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

KETINGGIAN TEMPAT
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

PEDOMAN BUDIDAYA
PEMBIBITAN
Persyaratan bibit, bibit yang baik antara lain yang berasal dari: 
  a) Buah yang sudah cukup tua.
  b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
 c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Teknik Penyemaian Bibit
Penyambungan pucuk (enten): 
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.
Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane.

Penyambungan mata (okulasi): 
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit  pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari
cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.
Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga
jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.

Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.

Teknik Penanaman
Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu
lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

Pembuatan Lubang Tanam
  • Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
  • Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
  • Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
  • Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.

Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
  • Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
  • Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
  • Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi  leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir. 
  • Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secaralangsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.

Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.

Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.

Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.

Sumber: Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (http://www.ristek.go.id)

Mengenal Tanaman ALPUKAT / AVOKAD ( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )

SEJARAH SINGKAT
Tanaman alpukat merupakan  tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

JENIS TANAMAN
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi          : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas         : Dicotyledoneae
Bangsa       : Ranales
Keluarga    : Lauraceae
Marga        : Persea
Varietas     : Persea americana Mill
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin. 
Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,
mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu  alpukat ijo panjang dan  ijo bundar.
Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol

MANFAAT TANAMAN
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).

SENTRA PENANAMAN
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

Sumber: Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (http://www.ristek.go.id)

Sunday, July 21, 2013

Menghitung Neraca Air Lahan


Menghitung CH rata-rata dengan metode regresi, statistik dan peluang (P = 75 %) pada tabel berikut :
Tabel 1. Curah Hujan Selama Bulan Juli
Bulan Juli
Ururan
Besar-Kecil
Ranking
Peluang
(%)
Tahun
CH
1980
150
260
1
0
1981
96
244
2
5.26
1982
100
230
3
10.52
1983
244
228
4
15.78
1984
120
220
5
21.04
1985
86
199
6
26.3
1986
162
165
7
31.56
1987
78
162
8
36.82
1988
69
150
9
42.08
1989
199
120
10
47.34
1990
94
120
11
52.6
1991
35
111
12
57.86
1992
320
100
13
63.12
1993
120
96
14
68.38
1994
165
94
15
73.64
1995
228
87
16
78.9
1996
111
86
17
84.16
1997
87
78
18
89.42
1998
260
69
19
94.68
1999
230
35
20
100
CH rata-rata
142.7



SD
66.8589




Perhitungan :
a.       Metode Regresi
CH (P = 75 %) = 0.82 CH rata-rata – 30
 = (0.82 x 142.7) mm – 30
 = 87.014 mm

b.      Metode Statistika
CH (P = 75 %) = CH rata-rata – 0.9 SD
 = 142.7 mm – (0.9 x 66.8589)
 = 82.52 mm
c.       Metode Ranking
Mengurutkan data CH bulan Juli pada Tabel 1 dari yang terbesar paling atas (kolom 3) dan beri nomor 1, 2, 3, dst (kolom 4). Untuk Menentukan peluang CH pada kolom 5, beri 0 % pada CH terbesar, kemudian selanjutnya tambahkan nilai interval peluang untuk tiap baris dan terakhir 100 % pada CH terkecil.

CH (P = 75 %) = 165 mm dengan peluang 73.64 %
Tabel 2. Perhitungan Neraca Air Lahan Bulanan dengan Metode Thornwaite
Bulan
CH
(mm)
ETP
(mm)
CH - ETP
APWL

KAT
(mm)
dKAT
(mm)
ETA
(mm)
Defisit
(mm)
Surplus
(mm)
Run-off
(mm)
Jan
450
150
300

225
0
150
0
300
181.91
Feb
300
132
168

225
0
132
0
168
174.96
Mar
275
130
145

225
0
130
0
145
159.98
Apr
200
125
75

225
0
125
0
75
117.49
Mei
155
135
20

225
0
135
0
20
68.75
Juni
112
140
-28
-28
199.09
-25.91
137.91
2.09
0
34.38
Juli
30
145
-115
-143
131.96
-67.13
97.13
47.87
0
17.19
Agust
50
150
-100
-243
103.94
-28.02
78.02
71.98
0
8.595
Sept
76
138
-62
-305
94.02
-9.92
85.92
52.08
0
4.298
Okt
137
140
-3
-308
93.63
-0.39
137.39
2.61
0
2.149
Nov
250
142
108

201.63
108
142
0
0
1.075
Des
326
175
151

225
23.37
175
0
127.63
63.82
Total
2361
1702
659
-1027
2174.3
0
1525.37
176.63
835.63
834.597

Diketahui : Kapasitas Lapang (KL) = 225 mm, dan Titik Layu Permanen (TLP) = 75 mm.

Perhitungan untuk Pengisian Tabel Neraca Air Lahan :
1.      Kolom CH-ETP
Contoh Perhitungan Kolom CH-ETP Bulan Januari :
CH-ETP = 450 – 150 = 300 mm/bulan

2.      Kolom Akumulasi Potensial Kehilangan Air untuk Penguapan (APWL)
APWL Bulan Januari : Karena nilai CH>ETP maka APWL-nya tidak ada atau sama dengan 0.
APWL Bulan Juni : Karena nilai CH<ETP maka APWL-nya sama dengan CH-ETP.

3.      Kolom Kandungan Air Tanah (KAT)

Contoh Perhitungan KAT Bulan November :
KAT = KAT Okt + CH-ETP Nov
KAT = 93.63 + 108
KAT = 201.63
(melebihi KL = 225mm) sehingga KAT Nov = 225 mm
Contoh Perhitungan KAT Bulan Desember :
KAT = KAT Nov + CH-ETP Des
KAT = 201.63 + 151
KAT = 352.63 (melebihi KL = 225mm) sehingga KAT Nov = 225 mm


4.      Kolom Perubahan Kadar Air Tanah (dKAT)
Contoh Perhitungan dKAT Bulan Februari :
dKAT Bulan Feb = KAT bulan Februari – KAT bulan Januari
dKAT Bulan Feb = 225 – 225 = 0 mm

5.      Kolom Evapotranspirasi Aktual (ETA), bila CH > ETP maka ETA = ETP karena ETA mencapai maksimum namun bila CH < ETP maka ETA = CH + dKAT karena seluruh CH dan dKAT seluruhnya akan dievapotranspirasikan.
Contoh Perhitungan ETA Bulan Juni dan Januari :
ETA Bulan Juni , karena CH < ETP, maka
ETA = CH + dKAT = 112 + 25.91 = 137.91 mm
ETA Bulan Januari , karena CH > ETP, maka ETA = ETP = 150 mm

6.      Kolom Defisit (D)
Contoh Perhitungan D Bulan Januari :
D = ETP – ETA = 150 – 150 = 0 mm
Contoh Perhitungan D Bulan Juni :
D = ETP – ETA = 140 – 137.91 = 2.09 mm

7.      Kolom Surplus (S)
Contoh Perhitingan S Bulan Juni :
Karena CH < ETP maka S = 0
Contoh Perhitingan S Bulan Januari :
Karena CH > ETP maka S = CH – ETP - dKAT
S = 300 – 0 = 300 mm

8.      Kolom Run-Off (RO)
Contoh Perhitungan Run-Off Bulan Januari dan Februari :
Run-Off Bulan Desember :
RO = 50 % (Sn)
RO = 50 % x 127.63
RO = 63.82 mm
Run-Off Bulan Januari :
RO = 50 % (Sn + ROn-1)
RO = 50 % x (300 + 63.82)
RO = 181.91 mm                                  


Grafik 1 Neraca Air Lahan

3.2              Pembahasan
Pada kegiatan pertanian, air merupakan suatu hal yang sangat penting. Tanaman yang ditanam di ladang atau sawah memerlukan air dalam jumlah yang cukup, tidak berlebih ataupun kurang. Sehingga tanaman akan tumbuh secara optimum. Terjadinya kekurangan atau kelebihan air akan berdampak buruk bagi tanaman dan lingkungan sekitar. Kelebihan air berupa run-off akan mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah menjadi sangat jenuh yang akan mengganggu kesetimbangan air tanah, dan menurunkan tingkat aerasi tanah. Selain itu kekurangan air pun akan memberikan dampak besar bagi keberlangsungan tanaman yang sangat memerlukan air untuk proses fotosintesis. Sehingga perlu mengamati kondisi air bulanan dengan metoda neraca air lahan untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekurangan air bagi tanaman yang kita tanam. Dan hal tersebut akan memberikan informasi mengenai waktu yang tepat untuk melakukan penanaman agar dapat menghindari dua pokok masalah, yaitu kelebihan dan kekurangan air.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap neraca air lahan dengan menggunakan Metode Thornwaite. Dimana data utama yang dibuthkan dalam perhitungan ini adalah curah hujan dan nilai evapotranspirasi. Dilihat dari tabel 2 mengenai perhitungan neraca air lahan, jumlah air yang tersedia di lahan mencapai 2361 mm dengan jumlah defisit 176,63 mm, evapotranspirasi aktual sebesar 1525,37 mm, sehingga selama setahun terjadi surplus dan run-off  masing-masing sebesar 835.63 mm dan 834.597 mm.
Meskipun hujan terjadi pada setiap bulan mengikuti distribusi normal, tetapi pada bulan-bulan tertentu, yaitu bulan Juni sampai dengan Oktober mengalami defisit air dimana jumlah evapotranspirasi aktual melebihi jumlah curah hujan. Sehingga selama setahun tersebut terdapat jumlah bulan basah 10 bulan basah dan 2 bulan kering. Pada kondisi defisit ini kandungan air tanah pun mengalami penurunan seiring dengan berkurangnnya curah hujan dan air tanah dimanfaatkan untuk evapotranspirasi (ETA) maka apabila air tanah tidak disuplai oleh hujan akan mengalami defisit dan kondisi demikian disebut musim kemarau.
Berdasarkan kondisi demikian, maka pola tanam yang sesuai adalah dengan melakukan dua kali masa tanam untuk padi sawah yang berumur 3 bulan hingga panen, yaitu dimulai pada bulan Januari hingga bulan Maret, kemudian pada bulan Maret juga dimulai lagi masa tanam kedua hingga selesai pada bulan Mei. Pada peiode bulan Juni sampai dengan Oktober terjadi defisi air bahkan dari bulan Juli sampai dengan Agustus ketersediaan air berada di bawah titik layu permanen. Kondisi ini sangat tidak mendung terhadap budidaya padi, sehingga lebih baik pada periode ini ditanam umbi-umbian yang tidak memerlukan banyak air. Setelah periode defisit ini berakhir, kemudian pada bulan Desember dimulai lagi penanaman padi karena pada bulan ini hujan kembali pada kondisi yang lebih besar dari pada evapotranspirasi aktual dengan ditandai adanya surplus sebesar 127.63 mm.
Selain berpengaruh pada pola tanam, yang perlu diperhatikan juga dari hasil analisis neraca air ini adalah terjadinya run-off  yang apabila tidak ditangaini dengan baik akan dapat menimbulkan bencana yang tidak diinginkan, tetapi apabila dilakukan penangan yang baik dapat memberikan manfaat yang besar terutama digunakan pada saat musim kemarau. Setiap tahun berdasarkan neraca air lahan di atas, pada tabel 2, run-off  terjadi sepanjang tahun, namun besarnya tergantung pada curah hujan. Pada periode surplus dimana terjadinya bulan basah, run-off  , yaitu pada bulan Januari mencapai 181.91 mm dan terus turun hingga pada bulan Mei hanya mencapai 68.75 mm. Potensi ini dapat dimanfaatkan dengan pembuatan pemanenan air hujan sehingga pada saat terjadinya bulan kering, air tangkapan ini dapat dimanfaatkan untuk menutupi kekurangan air. Selain mendapatkan keuntungan air untuk menutupi defisit, dengan melakukan pemanen air hujan ini dapat memperkecil terjadinya erosi akibat percikan air hujan, sehingga akan menjaga lapisan tanah bagian ata, top soil pada lahan pertanian. Jika dilihat jumlah keseluruhan run-off  selama setahun, maka dapat menutupi kekurangn air selama setahun, sehingga apabila dilakukan pemanenan air hujan ini memungkinkan dapat melakukan penanaman padi sepanjang tahun.