KALIBERASI MESIN PENANAM BENIH DAN PEMUPUK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mesin Penanam Biji-bijian (Grain Seeder)
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budi daya palawija. Sampai saat ini penanaman umumnya masih dikerjakan secara tradisional dengan menggunakan alat seadanya, yaitu tugal. Selain melelahkan, penanaman dengan tugal memerlukan waktu lama dan biaya yang mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah tersedia mesin penanam biji-bijian. Mesin penanam tersebut memiliki keunggulan dapat melakukan kegiatan menugal, menjatuhkan benih, dan menutup lubang benih sekaligus sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Salah satu mesin penanam adalah seeder, yaitu untuk menanam benih dalam bentuk biji-bijian.
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya :
" Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)
" Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
" Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur)
" Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur)
" Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama)
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah sebagai berikut :
1). Mesin tanam sebar (broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu.
Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar.
Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah.
2) Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda anah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain.
Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 - 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan.
3) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik.
Bagian dari mesin penanam (Ciptohadijoyo, 2008) :
a. Seed-matering devices
Merupakan alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Terdapat bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang dikehendaki.
b. Tabung penyalur (seed-tube)
Ini akan menyalurkan benih ke alur yang dibuat furrow opener. Bentuk, panjang dan kekasaran mempengaruhi pengaliran benih. Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama dan continare. Untuk itu harus diperhatikan pemantulannya pada dinding saluran, hambatan dan panjang saluran.
c. Alat pembuat alur (furrow opener)
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik suatu kedalaman tertentu. Kedalaman penanaman ditentukan oleh jenis tanaman, kelengasan, temperatur tanah. Bentuk alat disesuaikan dengan keadaan permukaan tanah (jenis tanah, vegetasi, seresah dan kekasaran permukaan) hal ini bertalian dengan penetrasi, pemotongan oleh alat dan bentuk alur. Macamnya : runner, hoe, disk
d. Alat penutup alur (seed-covering-devices)
Alat tersebut mempunyai fungsi menutup benih yang sudah berada dalam alur dengan tanah kembali. Hal ini bertalian denga pertumbuhan kecambah, akan baik bila benih tersebut berada dalam lingkungan tanah yang lembab dan bertalian dengan iklim. Dalam penutupan ini diharapkan tanah yanh menutupi dalam keadaan yang cukup baik untuk dapat ditembus oleh tanaman.
Menurut Sukirno (1999, hal. 51) Selain itu juga ada alat yag digunakan untuk menyebar dan membuat lubang sekaligus untuk tempat benih yang akan ditanam, alat tersebut menggunakan tenaga manusia dan alatnya disebut job seeder. Alat ini merupakan salah satu jenis alat hand seeder. Pada dasarnya alat dan mesin penanam benih (seeder) atau seed drill ini terdiri dari:
" tempat penampung benih (seed box)
" penyendok benih (untuk mengatur jumlah dan saat keluarnya benih dari seed box)
" pengarah benih (seed tube),
" pembuat alur pada tanah (furrow opener)
" penutup alur (cover chain)
Prinsip Kerja Alat Tanam
Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik hewan atau traktor. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:
" Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal)
" Mekanisme penjatuhan benih
" Penutupan alur atau lubang ( khusus tugal) ( Purwadi, 1990 ).
Matering Device
Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penanaman benih ( Purwadi, 1990 ).
Seed-matering devices merupakan alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Terdapat bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang dikehendaki. Jenis seed matering devices seeder yang diamati adalah horizontal feed / rotor matering devices (Ciptohadijoyo, 2008).
Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Jenis seed matering devices seeder yang diamati adalah horizontal feed / rotor matering devices (Ciptohadijoyo, 2008).
Seed Matering Device adalah alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang diituntut oleh pertumbuhan tanaman ( Rahmat, 2010). Jenis-Jenis Seed Matering Device
" Horizontal Feed/Rotor matering devices
" Vertical Feed/Rotor matering devices
" Faktor yang mempengaruhi banyaknya yang disalurkan
" Kekecepatan perputaran
Kalibrasi Seed Drill
Suatu seed drill dinyatakan telah dikalibrasi secara tepat jika jumlah benih yang disalurkan per unit luasan sama dengan jumlah benih dari mesin yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut ini prosedur kalibrasi di lababoratorium
1. Dongkrak naik seed drill untuk mengatur roda penggerak bebas
2. Mengukuran diameter roda D dan hitung keliling roda (phiD)
3. Menghitung lebar seed drill W (jumlah pembuka alur dikali jarak antar tanaman pembuka alur
4. Menghitung panjang L yang diperlukan untuk melayani misalnya 0,1 Ha, luas layanan = WL; 1 Ha = 10000m2; o,1 Ha = 1000m2; jadi panjang yang harus dilayani = 1000/W = L
5. Menghitung jumlah putaran N yang diperlukan untuk melayani panjang L: N=L/phi D
6. Meletakkan benih dalam hopper dan putarlah roda (pada kecepaan yang sama dengan kecepatan di lapangan) N kali, setelah meletakkan kantong atau nampan (untuk mengumpulkan benih) di bawah tiap2 pembukaan alur.
7. Mengukur dan catat jumlah benih
8. Menghitung jumlah benih yang terkumpuk dengan mengalikan pada langkah no 7 dengan 10 untuk memperoleh laju benih per hektar
9. Membandingkan laju benih yang diperoleh pada langkah no 8 dengan laju benioh yang telah ditetapkan
10. Jika kedua laju benih tersebut tidak sama, atur poros pemberian (fluted roller) untuk meningkatkan atau menurunkan laju yang diperlukan, dan ulangi proses tersebut sampai kedua laju benih tersebut adalah sama.
Kalibrasi lapangan dapat dilaksanakan dengan cara yang sama, dengan mengikat kantung npada tabung benih untuk mengumpulkan benih yang disalurkan dan melakukan pengukuran di lapangan untuk satu atau dua lintasan yang diketahui.
Mesin Pemupukan Tanaman
Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan apabila tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan.
Cara penempatan pupuk dan pemberian pupuk dalam tanah yang tepat merupakan hal sangat penting. Agar pupuk dapat dimanfaatkan tanaman secara baik, pupuk harus berada dalam daerah perakaran. Pupuk tanaman dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pupuk tersebut dapat diberikan melalui beberapa cara. Pemberian dapat dilakukan dengan menggunakan alat penyebar pupuk.
Alat/mesin pemupukan di Indonesia masih belum berkembang. Umumnya pemupukan masih dilakukan secara tradisional oleh para petani. Atas dasar sumber tenaga yang dipergunakan untuk menggerakkan alat, alat pemupukan dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Alat pemupukan dengan sumber tenaga manusia
2. Alat pemupukan dengan sumber tenaga hewan
3. Alat pemupukan dengan sumber tenaga traktor
4. Alat pemupukan dengan sumber tenaga manusia
Dari keterangan di atas maka dapat dilihat bermacam-macm alat untuk pemupukan dan bagaimana cara penggunaannya sebagai berikut.
a. Penyebaran (Spreading)
Alat penyebar bahan dapat dibagi dalam tiga katagori: 1) sentrifugal, 2) gravitasi, dan 3) hembusan udara. Penyebaran pada distributor sentrifugal menggunakan spiner diperlihatkan pada Gambar 1. Spiner dengan sudu-sudu yang lurus maupun lengkung biasa digunakan. Spiner diputar untuk menyebarkan pupuk ke arah samping dan belakang dengan gaya sentrifugal dari putarannya.
Kadang-kadang untuk aplikator bahan kimia tepung dengan penyebaran bahan yang tidak terlalu lebar, digunakan difuser seperti diperlihatkan pada Gambar di bawah ini. Difuser menyebarkan pupuk yang keluar dari lubang keluaran penjatah, dalam bentuk alur di permukaan yang relatif lebar.
Gambar 1 Beberapa jenis spiner untuk distributor sentrifugal
Gambar 2 Beberapa jenis difuser untuk aplikator tipe gravitasi
b. Penempatan (Placement)
Alat penempatan bahan dapat dibagi ke dalam penempatan di atas permukaan dan di bawah permukaan tanah. Aplikasi di atas permukaan tanah biasanya dicampurkan ke dalam tanah dengan alat pengolahan tanah (lihat video penggaruan) sebelum penanaman. Pada tanaman yang sudah tumbuh, bahan kimia diaplikasikan sebagai top dressing dan tidak dicampurkan ke dalam tanah, khususnya pada penanaman rapat/padat. Kadang-kadang pupuk ditempatkan cukup dalam di bawah permukaan tanah dengan sebuah penanam atau kultivator. Pupuk juga ditempatkan di kedalaman yang cukup dalam tanah menggunakan bajak chisel atau di dasar alur pembajakan seperti diperlihatkan pada Gambar 15.
Penempatan dalam barisan saat penananaman dalam barisan dilakukan dengan aplikator yang independen dari pembuka alur untuk benih. Pembuka alur yang mirip untuk penananaman seperti piringan ganda (double disk), piringan tunggal (single disk), dan pemuka alur tipe runner sering digunakan untuk penempatan pupuk dalam alur. Gambar 3 menunjukkan contoh sebuah mesin pemupuk dan penanam ditarik traktor tangan, di mana pembuka alur pupuk berada di depan untuk membuat alur pupuk dengan kedalaman lebih dalam dari alur benih.
Gambar 3. Alat pemupuk desain IRRI yang menempatkan pupuk pada dasar alur bajak
Kalibrasi Mesin Pemupuk
Ada sedikit jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida daripada ada untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk menerapkan pupuk granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida, dan insektisida, dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada beberapa kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya, volume pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena itu, kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang sebenarnya harus digunakan selama kalibrasi. Selain itu, produk lebih sedikit tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk cair, dan beberapa produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa kurang efektif daripada rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini, biasanya banyak menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah paparan kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi.
Metode untuk kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan aplikasi untuk peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya, pestisida dan pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga konsentrasi yang tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi yang dilakukan untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa pupuk aktual atau butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk granular memiliki penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu penyebar, namun, pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal! Penyebar tetap harus dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk ini adalah bahwa kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk granular.Oleh karena itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi kelembaban relatif mirip dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama aplikasi.
Pada dasarnya ada dua jenis aplikator granular: drop penyebar (aliran gravitasi) dan penyebar putar atau sentrifugal.
Penurunan penyebar
Penyebar penurunan beroperasi dengan "menjatuhkan" atau mendistribusikan produk granular melalui aliran gravitasi antara roda penyebar seperti yang didorong atau ditarik di turfgrass tersebut. Tingkat aplikasi dikendalikan oleh lebar pembukaan di bagian bawah penyebar drop dan dengan kecepatan berjalan dari operator. Pengukuran diperlukan untuk mengkalibrasi penyebar penurunan meliputi jarak operator mencakup dan berat produk yang diterapkan, sehingga Anda akan perlu skala untuk menimbang produk granular.
Untuk mengkalibrasi penyebar drop, operator harus menentukan jumlah bahan produk atau butiran yang tersebar per satuan luas pada pengaturan penyebar tertentu dan kecepatan konstan. Operator yang akan membuat aplikasi yang sebenarnya harus mendorong penyebar atau mengemudi traktor sehingga kecepatan saat aplikasi yang sebenarnya adalah sama dengan kecepatan yang digunakan selama kalibrasi. Kalibrasi adalah proses trial-and-error dan harus diulang sampai hasil yang diinginkan diperoleh. Jika penyebar awalnya berlaku terlalu banyak produk, pengaturan atau pembukaan harus dikurangi, dan jika penyebar berlaku terlalu sedikit produk, pengaturan atau pembukaan harus ditingkatkan.
Perhitungan harus dibuat sederhana dan konsisten untuk mengurangi kemungkinan kesalahan. Jika tingkat yang direkomendasikan untuk produk tertentu dinyatakan dalam ons per 1.000 kaki persegi, mengukur jarak yang diperlukan yang diperlukan untuk menyediakan 100 atau 200 meter persegi sehingga dapat dengan mudah dikonversi ke 1.000 kaki persegi. Misalnya, jika penyebar memiliki lebar 3 kaki (petak), ukuran 33-1/3 kaki atau 66 - 2/3 meter untuk 100 atau 200 meter persegi, masing-masing. Lihat Tabel 3 untuk menentukan jarak yang tepat untuk mengukur lebar untuk penyebar diberikan.
Tabel. Jarak Ukur untuk Cover 100 Feet Square atau 1/100 Acre
Lebar Penyebar (di kaki) Jarak Ukur untuk Cover area Tertentu (dalam Feet)
100 Kaki Persegi 200 Kaki Persegi
2 50 -
3 33-1/3 -
4 25 -
6 16-2/3 72-1/2
8 - 54-1/2
10 - 43-1/2
12 - 36-1/3
Untuk mengkalibrasi penyebar drop, membuat beberapa melewati selama jarak untuk membangun kecepatan yang konsisten dan praktis, dan kemudian load penyebar dengan produk yang sebenarnya untuk diterapkan dan membuat lulus, menjadi yakin untuk pergi ke kedua garis awal dan akhir yang menandai jarak.Pastikan untuk melakukan perjalanan pada kecepatan yang konsisten saat melintasi garis awal dan akhir. Jangan mulai berjalan di garis awal dan berhenti di garis berakhir - berjalan pada kecepatan konstan, dan cukup membuka penyebar di garis awal dan menutup penyebar di garis akhir.
Beberapa penyebar penurunan memiliki panci kalibrasi atau nampan yang menempel di bawah pembukaan di bagian bawah spreader. Dalam hal ini, operator hanya menghubungkan panci atau baki untuk spreader, mengisi spreader dengan produk granular yang sebenarnya, dan membuat lulus lebih dari jarak tertentu dengan spreader terbuka. Produk dikumpulkan dalam panci atau baki kemudian ditimbang. Jika tidak ada panci kalibrasi atau nampan, operator harus mempertimbangkan produk yang awalnya dimasukkan ke spreader dan kemudian menyebarkan produk granular atas permukaan bersih seperti plastik atau lantai beton. Produk tersebut kemudian dikumpulkan dan ditimbang, dan berat yang dikurangi dari berat awal untuk menentukan jumlah yang diterapkan di wilayah tertentu. Gunakan salah satu dari persamaan berikut untuk menghitung tingkat aplikasi, dan bandingkan dengan tingkat yang ditargetkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
A. Mesin Penanaman Benih
1. Jarak antar barisan = 65 cm
2. diameter roda penggerak = 38 cm
diameter lubang = 1,5 cm
diameter tabung benih = 23 cm
3. Jumlah putaran piringan untuk setiap putaran roda penggerak = 10
4. Jumlah lubang pada piringan benih = 20 lubang
5. Jumlah butiran jagung yang keluar (10 putaran) = 188 butir
6. Fraksi pengisian benih
Fraksi = jumlah benih yang keluar
jumlah lubang benih x jumlah putaran
= 188 butir
20 x 10
= 0,94
7. Jarak antar benih
JAB = 3,14 x D
N x P x Pcf x (1-s)
= 3,14 x 0,38 m
20 x 10 0,94 x (1-0)
= 0,00635 meter
8. Kebutuhan benih per hektar
KB = 1000
JAB x JB x VB
= 1000
0,00635 x 0,65 m x 1
= 242277,4 butir/ha
B. Pemupukan
" Berat benih 20 butir = 3,87 gram
" Berat pupuk 1 = 62,48 gram
" Berat pupuk 2 = 213 gram
" Jumlah benih = 188 butir
" Berat benih = 40,41 gram
1. Diameter efektif roda = 0,38 m
2. Jumlah pupuk/10 putaran = 188 butir
3. Laju Pemupukan
LP = 1000M x (1-s)
JB x 3,14 x D x n
= 1000 x 275,48 x (1-0)
0,65 m x 3,14 x 0,38 m x 10
= 275480
7,7597
=35501,217 kg/ha
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan kegiatan kaliberasi untuk mesin penanaman beneih dan pemupukan granular. Kegiatan ini sangat penting dilakukan sebelum melakukan penanaman dan pemupukan di lapangan, yang dimaksudkan untuk menghitung besarnya kebutuhan benih dan pupuk, serta berkaitan dengan laju pemupukan sehingga dapat membantu dalam memperkirakan waktu kegiatan tersebut.
Parameter yang diamati selama kalibrasi agar dapat menghitung kebutuhan benih dan laju pemupukan diantaranya adalah jarak antar barisan, diameter roda penggerak, diameter lubang, diameter tabung benih, jumlah putaran piringan untuk setiap putaran roda penggerak, jumlah butiran benih dan pupuk yang keluar dalam N putaran. Berdasarkan parameter yang diamati tersebut, dengan melakukan berbagai perhitungan didapatkan jumlah kebutuhan benih per hektar mencapai 242.278 butir, sedangkan laju pemupukan per hektar nya mencapai 3.550,2 kg/ha. Selain itu didapatkan jarak antar benih mencapai 0.00635 meter. Hasil pengukuran dan perhitungan tersebut tergantung dari kecepatan putar roda penggerak, kecepatan yang baik adalah konstan sehingga menghasilkan jumlah benih dan pupuk yang konstan, pemutaran yang dilakukan secara manual oleh praktikan menyebabkan jumlah pupuk dan benih tidak konstan keluarannya pada setiap putaran roda penggerak. Namun demikian praktek dilapangan dengan menggunakan traktor langsung hal tersebut dapat diatasi dengan laju traktor yang konstan pada kecepatan yang optimal.
Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor, apabila kecepatan sama dengan saat dilakukan kalibrasi maka tidak akan terjadi perubahan, tetapi apabila berbeda tentu akan terjadi perubahan dikarenakan transmisi mesin penanaman benih dan pemupukan berhubungan dengan roda penggerak, sehingga kecepatan traktor akan berpengaruh langsung terhadap jarak antar benih dan laju pemupukan. Dengan demikian kecepatan putaran roda penggerak saat kalibrasi seharusnya diusahakan mendekati kecepatan optimal di lapangan sehingga saat setelan hasil kalibrasi tidak akan merubah jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan di lapangan.
Dalam hal ini mesin penanaman dan pemupukan biasanya bersatu dalam satu implement yang digandeng oleh traktor, namun transmisi keduanya terpisah satu sama lain, sehingga terdapat transmisi penanaman benih dan pemupukan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengaturan jumlah keluaran benih dan pupuk, karena tentu saja kebutuhan benih dan pupuk akan berbeda, apabila sam transmisi antara mesin penanaman dan pemupukan akan terjadi kesamaan jumlah pupuk dean benih yang keluar dari mesin, sedangkan tentunya jumlah kebutuhan keduanya berbeda.
Dalam pengoperasian mesin penanam benih dan pemupukan ini bergantung pada kecepatan traktor, karena trasmisi keduanya berhubungan atau digerakan oleh roda penggerak yang mengikuti kecepatan traktor. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai kecapatan traktor optimum yang dapat mengatur jumlah benih dan laju pemupukan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan. Namun perlu adanya perancangan agar dapat bekerja dapat kecepatan tinggi untuk menghemat waktu penanaman dan pemupukan tetapi hasilnya tetap baik. Untuk melakukan hal tersebut dalam mesin penanaman dan pemupukan perlu dilengkapi dengan gear box yang dapat mengatur jumlah putaran transmisi mesin penanaman dan pemupukan, sehingga meskipun traktor berjalan dengan kecepatan tinggi, putaran putaran roda penggerak akan disesuaikan oleh gear box yang sebelumnya telah dilakukan penyetelah hingga transmisi pada mesin penanaman dan pemupukan akan pada kecepatan optimal.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan literature, kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan benih per hektar mencapai 242.277,4 butir, dan jarak antar benih mencapai 0.00635 meter, sedangkan laju pemupukan sebesar 35.501 kg/ha
- Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor.
- Perbedaan transmisi antara mesin penanam dan pemupukan karena keduanya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga dipasang transmisi yang terpisah.
- Pemasangan gear box dapat membantu pengaturan transmisi pada mesin penanaman dan pemupukan agar pada kecepatan optimal meskipun traktor selalu berubah-ubah kecepatannya atau dalam kecepatan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2010. Alat Penanam http://farawblogo.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 30 November 2012 Pukul 20.15
Alihamsyah, T., E. E. Ananto dan I. G. Ismail. 1997. Penelitian dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Menunjang Pertanian Tanaman Pangan di Lahan Pasang Surut. Prosiding Simposium Penelitian 'I'anaman Pangan 111 JakartalBogor 23-25 Agustus 1997.
Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Hardiyanti. 2012. Mekanisasi Dalam Penanaman . http://hardiyanti1992.wordpress. Diakses pada Tanggal 30 November 2012 Pukul 20.00
Higgins. 1998. Calibration Of Equipment For Applying Fertilizers. Departement of Agronomy and Soils, Auburn University
Irwanto, A. Kohar, Ir. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. LTAS Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. Bogor.
Purwadi, T. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi keenam. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. CV Yasaguna. Jakarta. Sukirno, Ir. 1999. Diktat Kuliah Mekanisasi Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment