Tuesday, November 27, 2012

Ananlisis CSR Lifebuoy Gelar Dokter Kecil Award


Program “Lifebuoy Berbagai Sehat” memberikan kesempatan bagi keluarga Indonesia untuk mendukung program peningkatan kesadaran masyarakat kesehatan. Konsumen secara otomatis memberikan sumbangan Rp. 10,- pada setiap pembelian sabun batang lifebuoy. Salah satu program ini adalah mengadakan Dokter Kecil Award.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bermitra dengan Lifebuoy untuk mengadakan Dokter Kecil Award 2011 guna menggairahkan kembali program dokter kecil di sekolah-sekolah. Lomba yang akan diikuti oleh perwakilan dokter kecil tingkat provinsi ini akan mencari dokter kecil terbaik untuk mendapatkan piala Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Program Dokter Kecil Award ini, menurut dr.Fauzy Masjur, Ketua Panitia Pelaksana Nasional Hari Bakti IDI 2011, merupakan ajang penghargaan untuk memotivasi para dokter kecil menjadi agen perubahan. "Para dokter kecil ini diharapkan bisa mengajak teman-temannya dan memberikan contoh perilaku hidup bersih dan sehat," katanya dalam acara konferensi media mengenai program Dokter Kecil Award 2011 di Jakarta, Selasa (26/7).
Seleksi Dokter Kecil Award tingkat provinsi telah dilakukan di beberapa kota. Menurut Amalia Sarah Santi, Brand Manager Lifebuoy, kegiatan tersebut merupakan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) yang bekerjasama dengan IDI. Dimana nanti setiap provinsi yang mengikuti program ini akan mengirimkan dua perwakilan terbaiknya untuk mengikuti kompetisi tingkat nasional di Jakarta bulan September 2011 nanti. "Pendaftaran di setiap provinsi dilakukan di kantor IDI wilayah. Di level provinsi ini mereka akan diberi pembekalan-pembekalan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk disosialisasikan kepada teman-temannya serta keluarganya," kata Sarah.
Dokter kecil adalah siswa sekolah yang memenuhi kriteria dan dilatih untuk melaksanakan usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. Menurut laporan UNICEF, komunitas dokter kecil di beberapa negara terbukti bisa menjadi agen perubahan dalam menggerakkan budaya hidup sehat di komunitasnya. Di Indonesia sendiri, menurut Sarah, dari beberapa sekolah yang menjadi sekolah binaan dokter kecil Lifebouy di Jawa Timur telah memberikan hasil nyata dalam kesehatan. "Di Jawa Timur kami bekerja sama dengan LSM lokal untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Program ini berhasil menurunkan level absensi hingga 11 persen dan menurunkan tingkat penyakit diare di sekolah sampai 32 persen," kata Sarah. (jek). 


ANALISIS
Kegiatan CSR yang diadakan oleh pihak Lifebouy di atas selain melakukan kegiatan utama, yaitu bisnis, juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat mengenai keadaan lingkungan sekitar. Sesuai dengan areal tanggung jawab Philantropis, dimana perusahaan memberikan manfaat terhadap masyarakat, dalam hal ini diharapkan melalui kegiatan Dokter Kecil Award tersebut akan memberikan manfaat berupa timbulnya kesadaran masyarakat akan  perilaku hidup bersih dan sehat.
Ditinjau berdasarkan prinsip  Triple Bottom Line perusahaan Lifebouy yang di bawah PT Unilever ini selain melakukan kegiatan ekonomi, yaitu penjualan berbagai produk, juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang merupakan kepedulian perusahaan mengenai kesehatan terutama kesehatan anak. Kegiatan Dokter Kecil Award tersebut memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan yang dilakukan melalui agen-agen dokter kecil yang kemudian menularkan kebiasaan baik kepada teman-teman sekitar, sehingga akan mendorong perubahan perilaku terhadap isu-isu kesehatan yang akan memberikan dampak baik bagi kesehatan yaitu dengan terwujudnya peningkatan kesehatan anak.
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh Lifebouy umumnya merupakan program CSR yang berpijak pada program Cause Related Marketing karena sebagian keuntungan dari penjualan produk digunakan untuk kegiatan program CSR. Namun pada kegiatan CSR di atas, Lifebouy berpijak pada program pemasaran kemasyarakatan korporat (Corporate Societal Marketing) dimana pada program CSR di atas Lifebuoy melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat terutama anak-anak dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya  kesehatan, sehingga diharapkan nantinya anak-anak tersebut dapat menjadi agen perubahan perilaku untuk menggerakkan budaya hidup sehat kepada teman dan keluarganya. Hal tersebut terlihat dari adanya komitmen Lifebuoy untuk menyisihkan Rp. 10 untuk setiap penjualan produk dan digunakan untuk program “Lifebuoy Berbagai Sehat” dimana salah satu kegiatannya adalah Dokter Kecil Award.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan dari kegiatan CSR ini salah satunya adalah mendorong peningkatan penjualan dengan menarik pelanggan baru, mendorong peningkatan penjualan, dapat membangun identitas merk yang positif di mata pelanggan, meningkatkan citra yang positif, membuka peluang pasar, memperbaiki hubungan dengan stakeholder dimana dalam hal ini untuk memperbaiki dengan lingkungan atau masyarakat sekitar, memperbaiki hubungan dengan pemerintah karena dalam kegiatan ini Lifebouy mengikutsertakan anak-anak sekolah yang berada pada lingkungan pemerintah sekitar, peluang mendapat penghargaan. Selain itu manfaat lain bagi masyarakat akan memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan sosial, yaitu mengenai kesadaran akan pentingnya menjaga dan membudayakan perilaku sehat khususnya di kalangan anak-anak.
Melalui kegiatan CSR ini Lifebuoy sedang berusaha untuk membentuk citra positif bagi organisasi sebagai faktor internal dalam pembentukan citra perusahaan. Faktor internal lain yang meningkatkan citra perushaan Lifebuoy ini adalah dengan adanya kebudayaan perusahaan yang menunjukan kepedulian terhadapan kondisi sosial dan lingkungan terutama yang berkaitan dengan isu-isu penting seperti kesehatan, pendidikan dan lingkungan, kebudayaan ini bisa diwujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh Lifebouy guna untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Selain itu citra yang dibangun oleh individu dari perusahaan Lifebuoy yang menunjukan perilaku dan kepekaan yang baik dari anggota atau karyawan dari Lifebouy pada saat kegiatan berlangsung terhadap kondisi sekitar, perilaku ramah akan menimbulkan citra yang baik bagi karyawan tersebut dan besarnya cita yang baik bagi organisasi terhadap kinerja para karyawannya
Faktor lain yang turut membentuk citra adalah faktor ekstrenal. Program yang diimplementasikan dalam bentuk nyata/fisik ini memberikan pandangan masyarakat yang positif terhadap perusahaan yang telah mewujudkan secara fisik mengenai kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Dengan adanya program Dokter Kecil Award ini masyarakat menilai Lifebuoy mempunyai kepedulian terhadap kesehatan anak. Sehingga hal tersebut akan meningkatkan citra positif perusahaan. Terjadinya Refleksi dari kegiatan tersebut, yang menunjukan perubahan positif mengenai peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, Selain itu kemitraan yang baik akan dengan para stakeholder, menjalin kerja sama yang baik untuk mengadakan program CSR dengan pihak-pihak lain juga akan mampu meningkatkan citra perushaan Lifebouy.
Kegiatan Lifebouy Gelar Dokter Kecil Award ini dipublikasikan di media massa, yang diharapkan akan membentuk suatu persepsi positif terhadap merk yang peduli terhadap kesehatan masyarakat, hal ini sebagai wujud manfaat yang didapatkan perushaan dalam melaksanakan kegiatan CSR. Sehingga dari persepsi yang didapat tersebut akan membentuk suatu respons yang baik terhadap Lifebuoy salah satunya adalah adanya perubahan perilaku untuk hidup lebih sehat dan meningkatnya penjualan produk. 

Aplikasi Selang Infus pada Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) untuk Tanaman Paprika

  3.1            Apakah Pemanfaatan Selang Infus Merupakan Teknologi Tepat Guna untuk Irigasi Tetes  pada Tanaman Paprika?
Pada bagian infus terdapat bagian yang berfungsi untuk mengatur jumlah cairan yang harus dimasukan ke pasien. Dan juga berfungsi sebagai saluran untuk memasukan nutrisi yang terdapat dalam kantung infus ke tubuh pasien Bagian selang ini dapat dimanfaatkan untuk irigasi tetes yang diaplikasikan pada tanaman paprika. Sisitem irigasi pada paprika ini biasanya digunakan sistem irigasi tetes yang sering digunakan sistem yang cukup komplek dengan menggunakan peralatan yang serba otomatis dan terukur, sehingga dalam penggunaannya kurang praktis dan memerlukan modal yang cukup besar. Hal tersebut sangat sulit untuk diterapkan dalam pertanian skala kecil.
Salah satu solusinya dengan mensubtitusi peralatan yang komplek tersebut dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas, yaitu dengan menggunakan botol minuman mineral dan selang infusan. Komponen ini mudah didapatkan dan sangat sederhana untuk dimanfaatkan dalam irigasi tetes untuk tanaman paprika.
 Sumber : http://clearwaste.blogspot.com
Gambar 2 Aplikasi selang infus dan botol mineral pada irigasi tetes
Air yang terdapat dalam botol minuman mineral akan mengalir mealalui selang dengan adanya gaya gravitasi, sehingga tanpa adanya perlakuan apa pun air akan mengalir sendiri melalui selang infuse tersebut. Pada selang infus ada bagian pengatur jumlah tetesan yang akan mengatur jumlah debit air yang keluar dari selang. Banyak tidaknya jumlah tetesan ini akan mempengaruhi debit yang dikeluarkan selang, dan besar kecilnya sangat mudah diatur sesuai dengan kebutuhan. Sehingga jumlah air yang keluar dari selang sesuai dengan kebutuhan air tanaman paprika.
Air pada botol penampung akan terus mengalir secara terus menerus sepanjang hari dengan jumlah yang sama setiap waktunya sehingga akan menjamin ketersediaan air yang diperlukan oleh tanaman paprika yang mencapai 0.5 sampai dengan 1,2 liter perhari sesuai dengan usia dan fase pertumbuhannya. Dengan adanya pengaturan debit dan keluaran air pada selang berupa tetesan yang menunjukan debit air yang rendah. Hal tersebut merupakan salah satu criteria aplikasi irigasi tetes yang baik, selain itu aplikasi penggunaan selang infus ini akan menghasilkan jumlah air yang konstan sesuai dengan yang disyaratkan pada aplikasi irigasi tetes, dan juga bahan yang terbuat dari plastik akan membuat usia pemakaian cukup lama. Dengan demikian berdasarkan kriteria yang baik untuk aplikasi irigasi tetes ini, penggunaan selang plastik dan botol minuman mineral dapat dijadikan sebagai teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam upaya irigasi terhadap tanaman paprika.

  3.2            Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Selang Infus pada Irigasi Tetes Untuk Tanaman Paprika?
Dalam pemanfaatannya, penggunaan selang infus ini pada aplikasi irigasi tetes tanaman paprika tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan yang akan menghambat dan mendukung upaya pemberian air pada tamanan paprika hingga kondisi optimum untuk pertumbuhan tanaman paprika.
Adapun yang menjadi kelebihan penggunaan selang infus pada aplikasi irigasi tetes ini adalah sebagai berikut :
1.      Selang infus merupakan alat yang praktis dalam penggunaannya sehingga untuk aplikasinya tidak memerlukan keahlian khusus.
2.      Pengaturan jumlah air yang keluar dari selang dapat dengan mudah dilakukan karena adanya bagian untuk pengaturan jumlah tetesan per satuan waktu. Sehingga air yang keluar akan sesuai dengan air yang dibuthkan tanaman
3.      Debit air pada selang infus konstan tidak akan mengalami perubahan debitnya setelah dilakukan pengaturan.
4.      Investasi yang dikeluarkan untuk pembuatan aplikasi irigasi tetes relative murah bahkan dapat memanfaatkan barang-barang bekas.
5.      Bahan selang infus dan botol tampungan air terbuat dari plastik yang akan tahan lama tanpa terserang oleh rayap atau hal lain yang dapat menyebabkan kerusakan
Namun dibalik kelebihannya tersebut, terdapat juga kekurangan penggunaan selang infus dalam aplikasi irigasi tetes untuk tanaman paprika, yaitu sebagai berikut.
1.      Selang infus yang diambil dari limbah rumah sakit beresiko mengandung bakteri atau bibit penyakit yang berbahaya.
2.      Perlu adanya energi tambahan untuk melakukan sterilisasi selang infus bekas salah satunya dengan merendam di air mendidih selama beberapa waktu atau dengan menggunakan larutan alcohol 70 %.
3.      Perlu adanya biaya tambahan apabila akan menggunakan selang infus yang baru dengan harga sekitar Rp. 9000 sampai dengan Rp. 12.500 per unit.

  3.3            Penggunaan  Selang Infus pada Irigasi Tetes untuk Tanaman Paprika?
Penggunaan selang infus ini pada aplikasi irigasi tetes untuk tanaman paprika berfungsi sebagai pengatur debit dan menyalurkannya pada daerah perakaran tanaman. Sehingga dalam aplikasinya perlu dilakukan pengaturan agar air yang keluar dari selang jumlahnya sesuai dengan jumlah air yang diperlukan oleh tanaman paprika. Pada budidaya tanaman paprika penyiraman dan pemupukan biasanya dilakukan secara bersamaan, yang dikenal dengan sistem fertigasi, yaitu pengairan tanaman sekaligus dengan pemberian pupuk. Tanaman paprika menggunakan berbagai macam pupuk, namun saat ini telah tersedia pupuk yang siap digunakan, yang terdiri atas pupuk A dan pupuk B yang sudah mencakup seluruh kebutuhan tanaman paprika. Jumlah total pupuk A dan B ini mencapai 38,363 gram. Sedangkan kebutuhan air untuk setiap fase pertumbuhan paprika berbeda-beda, untuk masa fase vegetatif I membuthkan 600 ml/tanaman/hari larutan, fase vegetative II membuthkan 900 ml/tanaman/hari dan untuk fase generatif memerlukan 1500 ml/tanaman/hari larutan. Hal tersebut akan berpengaruh pada jumlah tetesan atau debit air yang dikeluarkan oleh selang infus. Berikut ini perhitungan penggunaan infuse pada aplikasi irigasi tetes tanaman paprika.
1.             Fase vegetatif I
Jumlah larutan yang diperlukan adalah sebesar 600 ml/tanaman/hari dan kemampuan selang infus sekitar 15-60 tetes per milliliter. Pertaman untuk membuat larutan 600 ml, yaitu dengan mencampurkan pupuk A dan B sebanyak 38.4 gram dengan air sebanyak 561.6 mililiter. Untuk menghitung jumlah tetesan agar air tersebut tersedia sepanjang hari (07.00-15.00) sekitar 8 jam perlu dilakukan pengaturan dengan perhitungan berikut.
Jumlah tetesan/menit = (jumlah larutan/lama waktu irigasi) x 15 tetesan/ml
= (600/(8 x 60)) x 15 tetesan/ml  = 18,75 tetesan/menit
= 19 tetesan /menit
Sehingga agar larutan tersebut habis sampai dengan 8 jam, maka selang infus harus diatur sehingga keluarannya mencapai 19 tetesan/menit

2.             Fase vegetatif II
Jumlah larutan yang diperlukan adalah sebesar 900 ml/tanaman/hari dan kemampuan selang infus sekitar 15-60 tetes per milliliter. Pertaman untuk membuat larutan 900 ml, yaitu dengan mencampurkan pupuk A dan B sebanyak 38.4 gram dengan air sebanyak 861.6 mililiter. Untuk menghitung jumlah tetesan agar air tersebut tersedia sepanjang hari (07.00-15.00) sekitar 8 jam perlu dilakukan pengaturan dengan perhitungan berikut.
Jumlah tetesan/menit = (jumlah larutan/lama waktu irigasi) x 15 tetesan/ml
                                = (900/(8 x 60)) x 15 tetesan/ml   x 15 tetesan/ml
                               = 29 tetesan /menit
Sehingga agar larutan tersebut habis sampai dengan 8 jam, maka selang infus harus diatur sehingga keluarannya mencapai 29 tetesan/menit

3.             Fase generatif
Jumlah larutan yang diperlukan adalah sebesar 1500 ml/tanaman/hari dan kemampuan selang infus sekitar 15-60 tetes per milliliter. Pertaman untuk membuat larutan 1500 ml, yaitu dengan mencampurkan pupuk A dan B sebanyak 38.4 gram dengan air sebanyak 1461.6 mililiter. Untuk menghitung jumlah tetesan agar air tersebut tersedia sepanjang hari (07.00-15.00) sekitar 8 jam perlu dilakukan pengaturan dengan perhitungan berikut.
Jumlah tetesan/menit = jumlah larutan/lama waktu irigasi) x 15 tetesan/ml
                                = (1500/(8 x 60)) x 15 tetesan/ml   x 1
                                = 47 tetesan /menit
Sehingga agar larutan tersebut habis sampai dengan 8 jam, maka selang infus harus diatur sehingga keluarannya mencapai 48 tetesan/menit


Wednesday, October 31, 2012

LDR (Light Dependent Resistor)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
LDR merupakan resistor yang dapat berubah-ubah nilai tahanannya tergantung pada besar kecilnya penerimaan cahaya. Hal tersebut dapat dimanfaatan dalam melakukan pembuatan sensor cahaya dengan memanfaatkan kepakan terhadap perubahan cahaya untuk upaya optimasi penggunaan energi listrik yang digunakan dalam penerangan lampu.
Prinsip dasar yang digunakan dalam pemanfaatan resistor LDR sebagai komponen sensor ini pada perubahan nilai tahanan dan jumlah arus yang mengalir pada rangkaian. Sehingga sebelum lebih jauh mengenal proses perancangan sensor sebaiknya menguasahi dahulu dalam melakukan pengukuran terhadap tahanan dan arus listrik pada kondisi cahaya yang berbeda-beda. Oleh karena ini praktikum mengenai rangkaian LDR ini sangat bermanfaat dalam belajar mengenai pengukuran tahanan dan arus pada suatu rangkaian LDR.
Sebagai mahasiswa Teknik Pertanian yang dituntut mempunyai keahlian dalam melakukan optimasi dan control terhadap berbagai proses pra panen, panen dan pasca panen dengan menggunakan proses otomatisasi, salah satunya dengan menggunakan sensor. Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran tahanan dan jumlah arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian LDR pada setiap kondisi cahaya yang berbeda dapat bermanfaat dalam mengasah dan melatih kemampuan mahasiswa sebagai dasar dalam pembuatan sensor khususnya sensor cahaya.
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum rangkaian LDR ini adalah sebagai berikut :
1.      Praktikan dapat mengukur tegangan yang terjadi pada rangkaian seri.
2.      Praktikan dapat menghitung tahanan yang terjadi pada rangkaian sensor cahaya.
3.      Praktikan dapat menghitung arus yang mengalir pada rangkaian.

BAB III
METODELOGI
3.1.   Alat dan Bahan
1.      Multimeter
2.      Sensor cahaya (LDR)
3.      Baterai
4.      Kabel penghubung
5.      Breadboard
6.      Sumber cahaya
7.      Resistor dengan tahanan 1 kΩ
8.      Resistor dengan tahanan 10 kΩ
9.      Resistor dengan tahanan 100 kΩ
3.2.  Prosedur Percobaan
a.      Pengukuran LDR
-          Mengukur tahanan LDR pada keadaan cahaya terang, normal dan redup dengan menggunakan multimeter.
b.      Mengukukur tegangan pada rangkaian LDR
1.      Memasang komponen pada resistor 1  kΩ dan LDR secara seri pada gambar.
2.      Menyiapkan sumber tegangan DC lalu hubungkan dengan rangkaian.
3.      Mengukur tegangan dengan multimeter pada keadaan cahaya terang, normal, dan gelap.
4.      Mengulangi  percobaan di atas dengan percobaan menggunakan resistor.



BAB IV
HASIL PENGUKURAN

4.1 Hasil
a. Pengukuran Tahanan Pada LDR
Tabel 1. Pengukuran Tahanan Pada LDR (kΩ)
Keterangan
I
II
III
Rata-rata
Gelap
12.30
11.50
14.4
12.73
Normal
1.8
1.65
1.75
1.73
Terang
0.45
0.30
0.15
0.3
b. Pengukuran Arus
Tabel 2. Pengukuran Arus dengan Resistor 1 kΩ
Keterangan
I
II
III
Rata-rata
Gelap
0.2
0.1
0.4
0.23
Normal
1.7
1.7
1.7
1.7
Terang
3.7
3.6
4.2
3.83

Tabel 3. Pengukuran Arus dengan Resistor 10 kΩ
Keterangan
I
II
III
Rata-rata
Gelap
0.2
0.1
0.2
0.16
Normal
0.4
0.4
0.4
0.4
Terang
0.5
0.5
0.5
0.5

Tabel 4 Pengukuran Arus dengan Resistor 100 kΩ
Keterangan
I
II
III
Rata-rata
Gelap
0.04
0.03
0.04
0.036
Normal
0.05
0.05
0.05
0.05
Terang
0.05
0.05
0.05
0.05



  

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, dilakukan dua kegiatan mengenai pengukuran tahanan pada resistor LDR dengan berbagai kondisi dan pengukuran arus rangkaian listrik dengan berbagai macam nilai resistansinya. Percobaan pertama mengenai pengukuran tahanan pada LDR dengan kondisi gelap, normal dan terang. Pada kondisi gelap, pengukuran pertama dengan multimeter menghasilkan tahanan sebesar 12,30 kΩ dan pada pengukuran yang kedua kalinya tahanan yang didapatkan sebesar 11,50 kΩ dan pengukuran yang ketiga , nilai LDR ini mencapai 14,4 kΩ. Dari ketiga data tarsebut rata-rata tahanan LDR pada kondisi gelap tertinggi pada pengukuran ke-3 dan rata-rata dari ketiga dasar penelitian sebesar 12,73 kΩ. Pada percobaan kedua pengukuran tahanan LDR dengan kondisi normal. Dari ketiga pengukuran didapatkan tahanan LDR terkecil pada kondisi normal sebesar 1,65 kΩ, dan terbesar mencapaiu 1,8 kΩ dengan rata-rata tahanannya mencapai 1,73 kΩ, jauh lebih kecil dari nilai tahanan saat kondisi gelap. Pengukuran tahanan yang ketiga dengan kondisi terang, dimana tahanan LDR diukur saat diberi sejumlah cahaya yang bersumber dari baterai. Pada kondisi tersebut didapatkan pengukuran tahanan sebanyak tiga kali secara berturut-turut sebesar 0.45 kΩ, 0.3 kΩ, dan 0,15 kΩ, dengan rata-rata dari ketiga data tersebut mencapai 0,3 kΩ.
Praktikum kedua adalah pengukuran arus listrik pada rangkaian LDR yang ditambahkan dengan resistor. Pada percobaan ini digunakan tiga buah resistor dengan nilai resistansi masing-masing sebesar 1 kΩ, 10 kΩ, dan 100 kΩ. Pengukuran pada rangkaian LDR dan resisitor dilakukan pada ketiga kondisi yang berbeda, yaitu gelap, normal dan terang dengan melakukan masing-masing tiga kali pengukuran. Pertama pengukuran arus pada resistor 1 kΩ yang dirangkai seri dengan LDR yang disajikan pada tabel 2. Pada kondisi gelap, nilai arus yang terukur sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,2 mA, 0,1 mA, dan 0,4 mA dengan rata-rata sebesar 0,23 mA. Sedangkan pada kondisi normal didapatkan besarnya arus hasil pengukuran secara berurutan sebesar 1,7 mA, 1,7 mA, dan 1,7 mA dengan rata-rata dari ketiga hasil pengukuran sebesar 1,7 mA. Pengukuran terakhir dengan kondisi terang, yaitu LDR diberi cahaya yang bersumber dari sebuah senter, hasil pengukuran didapatkan besarnya arus pada rangkaian masing-masing adalah sebesar 3,7 mA, 3,6 mA, dan 4,2 mA dengan rata-rata dari ketiga data tersebut mencapai 3,83 mA. Hasil pengukuran pada rangkaian LDR dengan resistor 1 kΩ pada kondisi yang berbeda, yaitu terang, gelap dan normal, didapatkan besarnya arus yang mengalir pada rangkaian terbesar pada kondisi terang jika dibandingkan dari kondisi gelap dan normal. Hal tersebut dikarenakan LDR pada kondisi gelap hambatannya atau nilai tahanannya lebih besar dibandingkan dengan kondisi normal dan terang, sehingga arus yang dihambatpun akan lebih besar pula, oleh karenanya arus yang mengalir pada rangkaian kecil. Sebaliknya pada kondisi terang, LDR memiliki hambatan yang kecil sehingga arus yang dapat mengalir akan lebih besar. Pada kondisi terang ini LDR menjadi konduktor yang baik sehingga nilai resistansinya kecil.
Nama : Rikky Triyadi
NPM  : 240110097001

Pada pengukuran arus yang kedua dengan nilai resistor yang berbeda dari rangkaian pertama, yaitu sebesar 10 kΩ. Seperti pada pengukuran arus sebelumnya, pengukuran dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Hasil pengukuran yang tertera pada tabel 3 menunjukan bahwa jumlah arus yang mengalir dari ketiga kondisi terbesar pada kondisi terang dengan rata-rata sebesar 5 mA sedangkan terkecil pada kondisi gelap dengan rata-rata arus yang mengalir sebesar 0,16 mA. Untuk kondisi normal, arus yang terukur dari rangkaian sebesar 0,4 mA pada ketiga pengukurannya. Dilihat dari arus yang mengalir pada rangkaian kedua ini, dari ketiga kondisi, baik gelap, normal maupun kondisi terang, nilai arus yang mengalir lebih kecil dibandingkan dengan rangkaian pertama dengan resistor 1 kΩ. Dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3, untuk kondisi gelap pada rangkain pertama rata-rata arus yang mengalir sebesar 0,23 mA, sedangkan pada rangkaian kedua rata-rata arus yang mengalir sebesar 0.16 mA. Begitu pula pada kondisi normal, pada rangkaian pertama rata-rata arus yang mengalir sebesar 1,7 mA sedangkan pada rangkaian kedua sebesar 0,4 mA. Pada kondisi terang, perbedaannya lebih jauh lagi dimana pada rangkaian pertama jumlah arus yang mengalir rata-rata sebesar 3,83 sedangkan pada rangkain kedua yang nilai resistornya lebih besar hanya mencapai 0,5 mA. Perbedaan jumlah arus yang mengalir pada kedua rangkaian dikarenakan nilai resistansi pada resistor yang digunakan kedua rangkaian berbeda, tentu rangkaian dengan nilai resistansi kecil, yaitu 1 kΩ dibandingkan dengan 10 kΩ maka jumlah arus yang mengalir pada rangkaian yang resistansinya 1 kΩ lebih besar, karena jumlah arus yang dihambat sedikit sehingga jumlah arus yang mengalir banyak sebaliknya pada resistor 10 kΩ, jumlah arus yang dihambat akan lebih besar sehingga arus yang mengalir akan kecil.


















N





Percobaan ketiga pada kegiatan pengukuran arus pada prinsipnya sama pengukuran dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda, namun resistor yang digunakan pada rangkaian ini jauh lebih besar dibandingkan pada rangkaian 1dan 2. Hasil pengukuran yang ditunjukan pada tabel 4 didapatkan rata-rata jumlah arus yang mengalir pada kondisi gelap, normal dan terang masing-masing secara berurutan adalah sebesar 0,036 mA, 0,05 mA, dan 0,05 mA. Seperti halnya rangkaian sebelumnya, pada rangkain ini pula semakin gelap cahaya sekitar LDR dan rangkaian maka nilai arus yang mengalir akan semakin kecil. Jika dibandingkan dari ketiga rangkaian dengan nilai resistor yang berbeda-beda makan dapat diketahui bahwa pada rangkaian LDR dan resistor yang nilai resistansinya yang paling besar akan mendapatkan jumlah arus pada rangkaian yang paling kecil dibandingkan dengan rangkaian lainnya. Sedangkan jumlah arus terbesar adalah pada rangkaian yang nilai resistornya terkecil, yaitu sekitar 1 kΩ.







BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1     Kesimpulan
Berdasarkan literature dan pembahasan di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1.      LDR merupakan resistor yang besar tahanannya berubah ubah sesuai dengan banyaknya cahaya yang diterima.
2.      Pada kondisi gelap LDR memiliki hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi normal dan terang.
3.      Jumlah arus yang mengalir pada rangkaian LDR tertinggi pada kondisi terang sedangkan terendah pada kondisi gelap dikarenakan pada kondisi terang nilai resistansi LDR lebih kecil dibandingkan pada kondisi gelap.
4.      Semakin bertambahnya nilai resistor yang ditambahkan pada rangkaian maka semakin kecil jumlah arus yang mengalir pada rangkaian tersebut.
6.2     Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis pada praktikum rangkaian LDR ini adalah sebagai berikut:
1.      Perlu adanya pengamatan dengan membandingkan LDR yang berbeda pada setiap rangkaian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh LDR dalam setiap kondisi cahaya.
2.      Perlu adanya pengukuran seberapa besar cahaya yang ditambahkan pada saat kondisi terang agar mengetahui hubungan jumlah cahaya dan arus yang mengalir pada rangkaian.
3.      Dalam pengukuran kondisi gelap, sebaiknya pada kondisi kurang cahaya yang masih terbaca alat, terkadang jika terlalu gelap tidak akan terbaca oleh multimeter sehingga tidak bias melakukan pengamatan.