Menghitung CH
rata-rata dengan metode regresi, statistik dan peluang (P = 75 %) pada tabel
berikut :
Bulan
Juli
|
Ururan
Besar-Kecil
|
Ranking
|
Peluang
(%)
|
|
Tahun
|
CH
|
|||
1980
|
150
|
260
|
1
|
0
|
1981
|
96
|
244
|
2
|
5.26
|
1982
|
100
|
230
|
3
|
10.52
|
1983
|
244
|
228
|
4
|
15.78
|
1984
|
120
|
220
|
5
|
21.04
|
1985
|
86
|
199
|
6
|
26.3
|
1986
|
162
|
165
|
7
|
31.56
|
1987
|
78
|
162
|
8
|
36.82
|
1988
|
69
|
150
|
9
|
42.08
|
1989
|
199
|
120
|
10
|
47.34
|
1990
|
94
|
120
|
11
|
52.6
|
1991
|
35
|
111
|
12
|
57.86
|
1992
|
320
|
100
|
13
|
63.12
|
1993
|
120
|
96
|
14
|
68.38
|
1994
|
165
|
94
|
15
|
73.64
|
1995
|
228
|
87
|
16
|
78.9
|
1996
|
111
|
86
|
17
|
84.16
|
1997
|
87
|
78
|
18
|
89.42
|
1998
|
260
|
69
|
19
|
94.68
|
1999
|
230
|
35
|
20
|
100
|
CH rata-rata
|
142.7
|
|||
SD
|
66.8589
|
Perhitungan :
a. Metode
Regresi
CH (P = 75 %) = 0.82 CH
rata-rata – 30
= (0.82 x 142.7) mm – 30
= 87.014 mm
b. Metode
Statistika
CH (P = 75 %) = CH
rata-rata – 0.9 SD
= 142.7 mm – (0.9 x 66.8589)
= 82.52 mm
c. Metode
Ranking
Mengurutkan data CH
bulan Juli pada Tabel 1 dari yang terbesar paling atas (kolom 3) dan beri nomor
1, 2, 3, dst (kolom 4). Untuk Menentukan peluang CH pada kolom 5, beri 0 % pada
CH terbesar, kemudian selanjutnya tambahkan nilai interval peluang untuk tiap
baris dan terakhir 100 % pada CH terkecil.
CH (P = 75 %) = 165 mm dengan
peluang 73.64 %
Tabel 2. Perhitungan
Neraca Air Lahan Bulanan dengan Metode Thornwaite
Bulan
|
CH
(mm)
|
ETP
(mm)
|
CH
- ETP
|
APWL
|
KAT
(mm)
|
dKAT
(mm)
|
ETA
(mm)
|
Defisit
(mm)
|
Surplus
(mm)
|
Run-off
(mm)
|
Jan
|
450
|
150
|
300
|
225
|
0
|
150
|
0
|
300
|
181.91
|
|
Feb
|
300
|
132
|
168
|
225
|
0
|
132
|
0
|
168
|
174.96
|
|
Mar
|
275
|
130
|
145
|
225
|
0
|
130
|
0
|
145
|
159.98
|
|
Apr
|
200
|
125
|
75
|
225
|
0
|
125
|
0
|
75
|
117.49
|
|
Mei
|
155
|
135
|
20
|
225
|
0
|
135
|
0
|
20
|
68.75
|
|
Juni
|
112
|
140
|
-28
|
-28
|
199.09
|
-25.91
|
137.91
|
2.09
|
0
|
34.38
|
Juli
|
30
|
145
|
-115
|
-143
|
131.96
|
-67.13
|
97.13
|
47.87
|
0
|
17.19
|
Agust
|
50
|
150
|
-100
|
-243
|
103.94
|
-28.02
|
78.02
|
71.98
|
0
|
8.595
|
Sept
|
76
|
138
|
-62
|
-305
|
94.02
|
-9.92
|
85.92
|
52.08
|
0
|
4.298
|
Okt
|
137
|
140
|
-3
|
-308
|
93.63
|
-0.39
|
137.39
|
2.61
|
0
|
2.149
|
Nov
|
250
|
142
|
108
|
201.63
|
108
|
142
|
0
|
0
|
1.075
|
|
Des
|
326
|
175
|
151
|
225
|
23.37
|
175
|
0
|
127.63
|
63.82
|
|
Total
|
2361
|
1702
|
659
|
-1027
|
2174.3
|
0
|
1525.37
|
176.63
|
835.63
|
834.597
|
Diketahui : Kapasitas Lapang (KL) = 225
mm, dan Titik Layu Permanen (TLP) = 75 mm.
Perhitungan untuk Pengisian Tabel
Neraca Air Lahan :
1.
Kolom
CH-ETP
Contoh Perhitungan
Kolom CH-ETP Bulan Januari :
CH-ETP = 450 – 150 = 300
mm/bulan
2.
Kolom
Akumulasi Potensial Kehilangan Air untuk Penguapan (APWL)
APWL Bulan Januari :
Karena nilai CH>ETP maka APWL-nya tidak ada atau sama dengan 0.
APWL Bulan Juni :
Karena nilai CH<ETP maka APWL-nya sama dengan CH-ETP.
3.
Kolom
Kandungan Air Tanah (KAT)
Contoh Perhitungan KAT
Bulan November :
KAT = KAT Okt + CH-ETP
Nov
KAT = 93.63 + 108
KAT = 201.63
(melebihi KL = 225mm)
sehingga KAT Nov = 225 mm
Contoh Perhitungan KAT
Bulan Desember :
KAT = KAT Nov + CH-ETP
Des
KAT = 201.63 + 151
KAT = 352.63 (melebihi
KL = 225mm) sehingga KAT Nov = 225 mm
4.
Kolom
Perubahan Kadar Air Tanah (dKAT)
Contoh Perhitungan dKAT
Bulan Februari :
dKAT Bulan Feb = KAT
bulan Februari – KAT bulan Januari
dKAT Bulan Feb = 225 –
225 = 0 mm
5. Kolom Evapotranspirasi
Aktual (ETA), bila CH > ETP maka
ETA = ETP karena ETA mencapai maksimum namun bila CH < ETP maka ETA = CH +
dKAT karena seluruh CH dan dKAT seluruhnya akan dievapotranspirasikan.
Contoh Perhitungan ETA
Bulan Juni dan Januari :
ETA Bulan Juni , karena
CH < ETP, maka
ETA = CH + dKAT = 112 +
25.91 = 137.91 mm
ETA Bulan Januari , karena
CH > ETP, maka ETA = ETP = 150 mm
6.
Kolom
Defisit (D)
Contoh
Perhitungan D Bulan Januari :
D = ETP – ETA = 150
– 150 = 0 mm
Contoh Perhitungan D
Bulan Juni :
D = ETP – ETA = 140 – 137.91
= 2.09 mm
7.
Kolom
Surplus (S)
Contoh
Perhitingan S Bulan Juni :
Karena CH < ETP maka
S = 0
Contoh Perhitingan S
Bulan Januari :
Karena CH > ETP maka
S = CH – ETP - dKAT
S = 300 – 0 = 300 mm
8.
Kolom
Run-Off (RO)
Contoh Perhitungan
Run-Off Bulan Januari dan Februari :
Run-Off Bulan Desember
:
RO = 50 % (Sn)
RO = 50 % x 127.63
RO = 63.82 mm
Run-Off Bulan Januari :
RO = 50 % (Sn
+ ROn-1)
RO = 50 % x (300 + 63.82)
RO
= 181.91 mm
Grafik
1 Neraca Air Lahan
3.2
Pembahasan
Pada kegiatan
pertanian, air merupakan suatu hal yang sangat penting. Tanaman yang ditanam di
ladang atau sawah memerlukan air dalam jumlah yang cukup, tidak berlebih
ataupun kurang. Sehingga tanaman akan tumbuh secara optimum. Terjadinya
kekurangan atau kelebihan air akan berdampak buruk bagi tanaman dan lingkungan
sekitar. Kelebihan air berupa run-off akan
mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah menjadi sangat jenuh yang akan
mengganggu kesetimbangan air tanah, dan menurunkan tingkat aerasi tanah. Selain
itu kekurangan air pun akan memberikan dampak besar bagi keberlangsungan
tanaman yang sangat memerlukan air untuk proses fotosintesis. Sehingga perlu
mengamati kondisi air bulanan dengan metoda neraca air lahan untuk menghindari
terjadinya kelebihan atau kekurangan air bagi tanaman yang kita tanam. Dan hal
tersebut akan memberikan informasi mengenai waktu yang tepat untuk melakukan
penanaman agar dapat menghindari dua pokok masalah, yaitu kelebihan dan
kekurangan air.
Pada praktikum
ini dilakukan pengamatan terhadap neraca air lahan dengan menggunakan Metode
Thornwaite. Dimana data utama yang dibuthkan dalam perhitungan ini adalah curah
hujan dan nilai evapotranspirasi. Dilihat dari tabel 2 mengenai perhitungan
neraca air lahan, jumlah air yang tersedia di lahan mencapai 2361 mm dengan
jumlah defisit 176,63 mm, evapotranspirasi aktual sebesar 1525,37 mm, sehingga
selama setahun terjadi surplus dan run-off
masing-masing sebesar 835.63 mm dan
834.597 mm.
Meskipun hujan
terjadi pada setiap bulan mengikuti distribusi normal, tetapi pada bulan-bulan
tertentu, yaitu bulan Juni sampai dengan Oktober mengalami defisit air dimana
jumlah evapotranspirasi aktual melebihi jumlah curah hujan. Sehingga selama
setahun tersebut terdapat jumlah bulan basah 10 bulan basah dan 2 bulan kering.
Pada kondisi defisit ini kandungan air tanah pun mengalami penurunan seiring
dengan berkurangnnya curah hujan dan air tanah dimanfaatkan untuk evapotranspirasi (ETA) maka
apabila air tanah tidak disuplai oleh hujan akan mengalami defisit dan kondisi
demikian disebut musim kemarau.
Berdasarkan
kondisi demikian, maka pola tanam yang sesuai adalah dengan melakukan dua kali
masa tanam untuk padi sawah yang berumur 3 bulan hingga panen, yaitu dimulai
pada bulan Januari hingga bulan Maret, kemudian pada bulan Maret juga dimulai
lagi masa tanam kedua hingga selesai pada bulan Mei. Pada peiode bulan Juni
sampai dengan Oktober terjadi defisi air bahkan dari bulan Juli sampai dengan
Agustus ketersediaan air berada di bawah titik layu permanen. Kondisi ini
sangat tidak mendung terhadap budidaya padi, sehingga lebih baik pada periode
ini ditanam umbi-umbian yang tidak memerlukan banyak air. Setelah periode
defisit ini berakhir, kemudian pada bulan Desember dimulai lagi penanaman padi
karena pada bulan ini hujan kembali pada kondisi yang lebih besar dari pada
evapotranspirasi aktual dengan ditandai adanya surplus sebesar 127.63 mm.
Selain
berpengaruh pada pola tanam, yang perlu diperhatikan juga dari hasil analisis
neraca air ini adalah terjadinya run-off yang apabila tidak ditangaini dengan baik akan
dapat menimbulkan bencana yang tidak diinginkan, tetapi apabila dilakukan
penangan yang baik dapat memberikan manfaat yang besar terutama digunakan pada saat
musim kemarau. Setiap tahun berdasarkan neraca air lahan di atas, pada tabel 2,
run-off terjadi sepanjang tahun, namun besarnya
tergantung pada curah hujan. Pada periode surplus dimana terjadinya bulan
basah, run-off , yaitu pada bulan Januari mencapai 181.91 mm
dan terus turun hingga pada bulan Mei hanya mencapai 68.75 mm. Potensi ini
dapat dimanfaatkan dengan pembuatan pemanenan air hujan sehingga pada saat
terjadinya bulan kering, air tangkapan ini dapat dimanfaatkan untuk menutupi
kekurangan air. Selain mendapatkan keuntungan air untuk menutupi defisit,
dengan melakukan pemanen air hujan ini dapat memperkecil terjadinya erosi
akibat percikan air hujan, sehingga akan menjaga lapisan tanah bagian ata, top
soil pada lahan pertanian. Jika dilihat jumlah keseluruhan run-off selama setahun, maka
dapat menutupi kekurangn air selama setahun, sehingga apabila dilakukan
pemanenan air hujan ini memungkinkan dapat melakukan penanaman padi sepanjang
tahun.