Friday, October 21, 2011

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(PENGENTALAN DAN PENGUAPAN PRODUK PERTANIAN CAIR)



Oleh :
Nama                        : Rikky Triyadi
Npm                         : 2400110097001
Hari, Tgl Praktikum : 13 Mei 2011
Asisten                     : Ade Wulan

 














LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang
pengentalan merupakan proses pengurangan kadar air pada suatu larutan dengan car melakukan penguapan air yang tergandung dalam larutan tersebut atau dengan penambahan zat terlarut pada larutan tersebut. Aplikasi pengentalan itu sendiri adalah untuk pengaetan makanan dengan jaalan mengurangi aktivitas mikroba dengan menekan kandungan air dalam suatu bahan.
Dalam dunia pertanian banyak sekali produk-produk yang diawetkan dengan cara pengentalan ini. Hal tersebut selain caranya yang praktis, dampak untuk kesehatan juga tidak ada sehingga pengentalan ini merupakan sutu metode pengawetan yang aman bagi kesahatan tubuh. Oleh karena itu, pengentalan ini perlu dikaji lebih jauh untuk meinigkatkan pemahaman dalam upaya menciptakan suatu metode alternatif dalam proses pengawetan suatu produk.
Dengan demikian, sangatlah penting bagi mahasiswa untuk dapat memahami proses pengentalan ini melalui suatu penguapan kandungan air dalam suatu bahan, untuk penanganan produk pertanian agar tahan lama dengan cara yang sederhana dan tidak berbahaya. Oleh karena itu, praktikum ini merupakan tahapan awal dalam mempelajari pengawetan melalui teknologi pengentalan dengan cara penguapan kandungan air.
    
1.2     Tujuan praktikum
     Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Mempelajari perubahan titik didih produk pertanian cair selama pemanasan dan penguapan.
2.        Mempelajari laju perpindahan panas dan laju penguapan produk cair selama pemanasan dan penguapan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Perpindahan panas
Perpindahan panas adalah ilmu untuk meramalkan perpindahan kalor yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Pindah panas adalah sebuah operasi yang sering terjadi berulang-ulang pada industri pangan. Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara spontan dari suatu maetrial ke maetrial lain yang lebih dingin. Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal. Kecepatan pindah panas tergantung pada perbedaan suhu antara kedua material, makin besar perbedaan, makin besar kecepatan pindah panas.
Laju pindah panas = perbedaaan suhu
Panas yang melalui satu material dari material lain, pindah menembus beberapa perantara, yang pada umumnya memberikan penahanan pada aliran panas. Kedua faktor ini, yaitu perbedaan suhu dan penahan aliran panas, mempengaruhi kecepatan pindah panas.

Selama proses pengolahan berlangsung, suhu akan berubah berubah sehingga laju pindah panas pun akan ikut berubah. Hal ini disebut pindah panas tidak tetap (unstedy-state heat transfer), sebagai lawan pindah panas tetap (stedy-state), yaitu suhu selama proses tidak berubah. Pindah panas tidak tetap jauh lebih kompleks, karena adanya penambahan variabel waktu masuk ke dalam persamaan kecepatan.
2.2     Sifat-sifat kolegatif larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlaruttetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat kolegatif larutan juga dapat diartikan bahwa jika suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut , maka sifat larutan itu kan berbeda dari sifat pelarut murni. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan.
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut :


Dimana :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb) . Persamaannya dapat ditulis :



ΔTb = Tblarutan − Tbpelarut

Dimana :
ΔTb = kenaikan titik didih
kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relative

2.3     Penguapan (evaporasi)
Evaporasi digunakan untuk melepaskan air dari larutan dengan atau suspensi yang tidak dapat dicairkan. Jika cairan hanya mengandung larutan suspensi, penghilangan air  bisa dilakukan dengan  centrifugasi atau filtrasi.
Proses ini dilakukan dengan memanaskan cairan sampai  mencapai titik didihnya. Masalah-masalah didalam evaporasi ini meliputi pindah panas pada umumnya dan kesetimbangan massa dan energi.
Faktor yang mempengaruhi laju penguapan adalah :
v Laju panas pada waktu dipindahkan ke bahan cair.
v Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap pound cair.
v Suhu maksimum yang diperkenankan untuk bahan cair.
v Tekanan pada saat penguapan terjadi.
v Perubahan lain yang mungkin terjadi di dalam bahan selama proses penguapan berlangsung.
Sebagai suatu bagian proses di dalam pabrik, secara prinsip alat penguapan mempunyai 2 fungsi yaitu merubah panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari bahan cair.
Ketentuan-ketentuan yang penting pada praktek penguapan adalah:
v  Suhu maksimum yang diperkenankan, yang sebagian besar di bawah 212°F
v  Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas untuk mempertahankan koefisisen pindah panas yang tingi dan untuk menghindari setiap pemanasan lokal yang terlalu tinggi.
v  Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena meningkatnya jumlah bahan yang tidak telarut.
v  Setiap kecenderungan untuk berbusa yang akan mempersulit pemisahan bahan cair dengan uap.
2.4     Evaporator
Alat penguapan yang dibuat khas dari 3 bagian yang penting, yaitu penukar panas, bagian penguapan tempat bahan cair dididihkan dan diuapkan, dan alat pemisah, tempat uap meninggalkan bahan cair keluar ke alat pengembun atau ke peralatan lain. 
Pada sebagian besar alat penguapan, ketiga bagian ini diletakkan dalam suatu silinder tegak. Di tengah-tengah silinder terdapat bagian pemanasan uap, dengan beberapa pipa, melalui bagian ini tempat yang akan diuapkan timbul. Pada bagian puncak silinder terdapat plat yang membiarkan uap terlepas, akan tetapi butir-butir kecil yang mungkin terbawa uap dari permukaan bahan cair ditahan.
Pada bagian pengukur panas disebut celendria pada jenis alat penguap ini, uap diembunkan di dalam pembungkus dan bahan cair yang akan diuapkan dididihkan pada bagian dalam pipa dan di dalam ruangan di atas piringan pipa palig atas. Tahanan terhadap aliran panas ditimbulkan oleh uap dan koefisien lapisan bahan cair, dan juga oleh bahan pipa.

2.1     Pengentalan
Pemekatan adalah suatu proses untuk menaikkan suatu kadar zat tertentu yang ingin dipekatkan. Contoh paling gampang ada pada industri sirup, ekstrak buah (encer) yang terbentuk harus dipekatkan terlebih dulu untuk mencapai skala ekonomis tertentu sebelum layak dijual. Proses ini umumnya memakai medium panas untuk mengurangi kadar air yang ada sehingga kandungan ekstrak buah yang ada akan meningkat







BAB III
METODELOGI

3.1     Alat dan Bahan
Alat dan bahan  yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
§  Tabung Erlenmeyer, dengan indikator volume
§  Thermometer air raksa
§  Pembakar spritus
§  Kaki tiga
§  Statif
§  Pelapis asbes
§  Timbangan digital
§   Pengaduk
§  Garam
§  gula pasir
§  air

3.1    Prosedur percobaan
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
A.    Pengukuran perubahan kenaikan suhu titik didh dengan penambahan konsentrasi
1.       Erlenmeyer disiapkan. Air murni yang cukup panas sebanyak 400 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan diatas pemanas sampai mencapai titik didihnya. Dilakukan pengukuran suhu titik didih pelarut murni.
2.       Sementara itu dilakukan penimbangan berat garam yang akan dilarutkan.
3.       Garam dilarutkan dalan Erlenmeyer berisi 400 ml air dengan konsentrasi masing-masing 0%, 5%, 10%, 30%, 50%, 70%. Setiap kali penambahan garam diukur suhu titik didih larutan. Usahakan volume larutan konstan,bila perlu tambahkan air murni untuk mengganti volume air teruapkan.
B.    Pengukuran laju penguapan dan laju perpindahan panas
1.         Erlenmeyer yang berisi larutan dengan konsentrasi 70% (percobaan A) dipanasi lebih lanjut.
2.         Termokopel diletakkan di dinding Erlenmeyer agar diketahui perubahan suhunya.
3.         Setiap 3 menit dilakukan  pencatatan suhu larutan, suhu dinding Erlenmeyer dan volume cairan. Pemanasan dan pengukuran dilakukan sampai volume larutan tinggal ½ dari volumenya.
4.         Tebal Erlenmeyer dan ukuran diameter Erlenmeyer diukur.
























BAB IV
HASIL PERCOBAAN

       4.1       Hasil Percobaan bagian A
       Volume air                : 400 ml
Mr Gula (C6H12O6)  :  288
Konsntrasi gula ( C ) : 0 %, 5 %, 10 %, 30 %, 50 %, 70 %

Ø Menghitung gula yang dilarutkan :
Gram terlarut =
§  Pada konsentrasi  0 % :
Gram terlarut =  = 0 gram
§  Pada konsentrasi  5 % :
Gram terlarut =  = 5,76 gram
§  Pada konsentrasi  10 % :
Gram terlarut =  = 11,52 gram
§  Pada konsentrasi  30 % :
Gram terlarut =  = 34,56 gram
§  Pada konsentrasi  50 % :
Gram terlarut =  = 57,60 gram
§  Pada konsentrasi  70 % :
Gram terlarut =  = 80,64 gram

Tabel hasil praktikum  larutan gula






No.
Tambahan berat gula (gr)
Konsentrasi larutan (%)
Suhu titik didih (oC)
Kenaikkan titik didih (oC)
1.
0
0
98
0
2.
5,76
5
98,5
0,5
3.
11,52
10
98,7
0,7
4.
34,56
30
98,9
0,9
5.
57,6
50
99
1
6.
80,64
70
99
1

Ø Perhitungan kenaikan titik didih
§  Menghitung molalitas larutan ( m )
m =  x        
m1 =  x  = 0 mol

m2 = =  x  = 0,049 mol

m3 = =  x  = 0,100 mol

m4 = =  x  = 0,30 mol

m5 = =  x   = 0,5 mol

m6 =  x    = 0, 7 mol

§  Menghitung  tiap konsentrasi
 =  
  =  = 0 K
 2 =    = 0,44 K
 3 =    = 0,89 K
 4 =  = 2,68 K
 5 =  = 4,46 K
 6 =    = 6,25 K 
Menggunakan pelarut garam


Ø Menghitung garam yang dilarutkan :
Gram terlarut =
§  Pada konsentrasi  0 % :
Gram terlarut =  = 0 gram
§  Pada konsentrasi  5 % :
Gram terlarut =  = 1,17 gram
§  Pada konsentrasi  10 % :
Gram terlarut =   = 2,34 gram
§  Pada konsentrasi  30 % :
Gram terlarut =   = 7,02 gram
§  Pada konsentrasi  50 % :
Gram terlarut =   = 11,7 gram
§  Pada konsentrasi  70 % :
Gram terlarut =   = 16,38 gram

Tabel hasil praktikum dengan zat terlarut garam
No.
Tambahan berat garam (gr)
Konsentrasi larutan (%)
Suhu titik didih (oC)
Kenaikkan titik didih (oC)
1.
0
0
95
0
2.
1,17
5
96
1
3.
2,34
10
96
1
4.
7,02
30
96,3
1,3
5.
11,7
50
96,5
1,5
6.
16,38
70
96,7
1,7

 Ø Perhitungan kenaikan titik didih dengan zat terlarut garam
§  Menghitung molalitas larutan ( m )
m =  x        
m1 =  x  = 0

m2 = =  x  = 0,010

m3 = =  x  = 0,020

m4 = =  x  = 0,06

m5 = =  x   = 0,10

m6 =  x    = 0, 14

§  Menghitung  tiap konsentrasi
 =  
  =  = 0 K
 2 =   = 0,089 K

 3 =   = 0,18 K

 4 =  = 0,54 K

 5 =  = 0,89 K

                   6 =   = 1,26 K  

4.1     Hasil Percobaan bagian B

Ø  Hasil prraktikum dengan zat terlarut gula

No.
Waktu (menit)
Volume (cm3)
Suhu titik didih (K)
Suhu dinding erlenmayer (K)
Perubahan massa (gram)
1.
3
370
353.5
358
0
2.
6
350
358
354.7
20
3.
9
345
354.7
356
25
4.
12
335
356
358.5
35
5.
15
325
358.5
358
45
6.
18
320
358
357.5
50

§  Menghitung nilai konsentrasi
Garam terlarut 70 % =  x C x Mr
       C =
C1 =  = 0,0066 = 0,66 %
C2 =  = 0,0069 = 0,69 %
C3 =  = 0,007 = 0,7 %
C4  =  = 0,0073 = 0,73 %
C5  =  = 0,0075 = 0,75 %
C6 =  = 0,0076 = 0,76 %
Laju perpindahan panas :
(Qc) = m. Cp.   = 80,64 . 10-3 kg . 4,180 kJ/kg K . 0,241 K/menit  
Qc = 81.235 J/menit

BAB V
PEMBAHASAN


Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan, yaitu pengukuran perubahan kenaikan suhu titik didih dengan penambahan konsentrasi dan pengukuran laju penguapan serta laju perpindahan panas dengan menggunakan larutan garam dan larutan gula.
Pada mulanya dibuat dua larutan garam dan gula pada konsentrasi 0 %, 5 %, 10 %, 30%, 50%, dan 70 %  dengan menggunakan air sebanayak 400 ml. Sehingga dilakukanlah perhitungan berapa banyak garam dan gula untuk mencapai konsentrai tersebut. Kemudian larutan dipanaskan hingga mendidih. Setaelah air mendidih  selanjutnya ditambahkan garam atau gula hingga larutan tersebut mencapai konsentrsainya konsentrasi yang diinginkan. Pada setiap pada konsentrasi suhu titik didih larutan dihitung.
Pada percobaan pengukuran perubahan kenaikan suhu titik didih dengan penambahan konsentrasi, pertama klai dilakukan percobaan pada larutan gula. Setelah air mendidih dan dicatat titik didihnya, untuk mendapatkan konsentrasi air gula 5 %, air mendidih tersebut ditambahkan gula sebanyak 5.76 gram. Titik didih larutan menjadi meningkat 0,5 o C menjadi 98.5 oC. Kemudian larutan ditambahkan gula sebanyak 5.76 gram lagi untuk mendapatkan konsentrasi larutan gula sebesar 10%, penambahan gula tersebut menyebabkan keanaikan titik didih sebesar 0.7 oC. Untuk konsentrasi larutan 30 %, larutan yang 10% ditamabahan gula 23.04 gram dan kenaikan titik didihnya menjadi 0.9 oC. Selanjutnya pada konsentrasi larutan 50 % dengan dilakukan penambahan gula sebanyak 23.04 gram dan kenaikan titik didih menjadi 1 oC. Perlakuan terakhir adalah pada konsentrasi 70 % , gula ditambahkan pada larutan sebesar 23.04 gram dengan kenaikan titik didih sebesar 1 oC.
Sedangkan pada percobaan pada larutan garam, setelah air mendidih dan dicatat titik didihnya, untuk mendapatkan konsentrasi air garam 5 %, air mendidih tersebut ditambahkan garam sebanyak 1,17 gram. Titik didih larutan menjadi meningkat 1 o C menjadi 96 oC. Kemudian larutan ditambahkan garam sebanyak 1,17 gram lagi untuk mendapatkan konsentrasi larutan gula sebesar 10%, penambahan garam tersebut menyebabkan kenaikan titik didih sebesar 1 oC. Untuk konsentrasi larutan 30 %, larutan yang 10% ditambahan gula 4.68 gram dan kenaikan titik didihnya menjadi 1,3 oC. Selanjutnya pada konsentrasi larutan 50 % dengan dilakukan penambahan garam sebanyak 4,68 gram dan kenaikan titik didih menjadi 1.5 oC. Perlakuan terakhir adalah pada konsentrasi 70 % , gula ditambahkan pada larutan sebesar 4.68 gram dengan kenaikan titik didih sebesar 1.7 oC.
Hasil praktikum tersebut menunjukan bahwa apabila larutan ditambahkan konsentrasinya maka akan terjadi kenaikan suhu titik didih yang besarnya berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Hasil praktikum sesuai dengan literature , bahwa dengan adanya zat terlarut maka akan menurunkan tekanan uap larutan, sehingga untuk mencapai tekanan uap sama dengan tekanan air di permukaan laut 760 mm Hg ( titik didih tercapai saat tekanan uap sama dengan 760 mm Hg) maka diperlukan pemanasan lebih tinggi lagi dengan kata lain terjadi kenaikan titik didik larutan seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan.
Pada percobaan kedua, yaitu pengukuran laju penguapan serta laju perpindahan panas. Pada percobaan ini, larutan garam dan gula dengan konsentrasi 70 % dipanaskan selama 18 menit dan setiap 3 menit dilakukan pengukuran pada suhu titik didih, suhu dinding erlenmayer dan perubahan massanya. Pada percobaan pertama, larutan garam dengan konsentrasi 70 % dipaanaskan dan setelah 3 menit didapatkan bahwa volume larutan sebesar 370 cm dan  suhu titik didih larutan sebesar 353,5 K, suhu dinding erlenmayer sebesar 358 K dan perubahan massa 0 gram. Selanjutnya pada waktu 6 menit, volume larutan menjadi 350 cm3 dan suhu titik didih menjadi 358 K dan suhu dinding erlenmayer 354.7 K serta perumabahan massa 20 gram. Selanjutnya pada waktu 9 menit berjalan, didapatkan data bahwa volumenya berubah menjadi 345 cm3, dan suhu titik didihnya 354.7 K sedaagkan suhu dinding erlenmayer sebesar 356 K dan perubahan suhu sebesar 5 gram dari percoabaan sebelumnya. Kemudian pengukuran dilanjutkan pada waktu 12 menit didapatkan bahwa volume larutan menjadi 335 cm3 dan titik didih menjadi 356 K dan suhu dinding erlenmayer sebesar 38.5 k sedangkan perubahan massa nya sebesar 35 gram. Untuk perngmatan pada waktu 15 menit dan 18 menit masing-masing didapatkan bahwa volume larutan menjadi 325 dan320 , titik didih menjadi 358.5 dan 358 K serta suhu diniding erlenmayer adalah 358 K dan 357.5 K sedangkan perbuhan masa sebesar 45 gram dan 50 gram.
Pada percobaan kedua, larutan gula dengan konsentrasi 70 % dipaanaskan dan setelah 3 menit didapatkan bahwa volume larutan sebesar 400 cm3 dan  suhu titik didih larutan sebesar 369.7 K, suhu dinding erlenmayer sebesar 358370.9 K dan perubahan massa 0 gram. Selanjutnya pada waktu 6 menit, volume larutan menjadi 380 cm3 dan suhu titik didih menjadi 369.5 K dan suhu dinding erlenmayer 356.9 K serta perubahan massa 20 gram. Selanjutnya pada waktu 9 menit berjalan, didapatkan data bahwa volumenya berubah menjadi 370 cm3, dan suhu titik didihnya 354.7369.8 K sedangkan suhu dinding erlenmayer sebesar 358.8K dan perubahan suhu sebesar 30. Kemudian pengukuran dilanjutkan pada waktu 12 menit didapatkan bahwa volume larutan menjadi 300 cm3 dan titik didih menjadi 369.8 K dan suhu dinding erlenmayer sebesar 366.03 K sedangkan perubahan massa nya sebesar 100 gram. Untuk perngmatan pada waktu 15 menit dan 18 menit masing-masing didapatkan bahwa volume larutan menjadi 290 dan 240 , titik didih menjadi 369.8 dan 369.8 K serta suhu diniding erlenmayer adalah 358 373.4 K dan 375.3 K sedangkan perubuhan masa sebesar 110 gram dan 160 gram.
Hasil praktikum kedua ini baik pada larutan gula dan garam terjadi perubahan massa yang disebabkan adanya penguapan. Berdasarkan hasil grafik didapatkan bahwa laju penguapan bahan pada lart\utan gula sebesar 7,199 j/kg dan untuk larutan garam sebesar 24.5 kJ/kg. Sedangkan untuk laju perpindahan panas didapatkan  pada larutan gula 81.25 j/kg dan pada larutan garam 0,89 kJ/kg.
Hal ini menunjukan bahwa perpindahan panas dengan menggunakan larutan gula lebih cepat dibandingkan dengan larutan garam, sedangkan laju penguapan garam lebih cepat diabandingkan dengan larutan gula. Sehingga denga sifat demikian sering kali bahwa garam digunakan untuk pendingian karena laju perpindahan panasnya lambat.



BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1     Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, praktikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ø  Baik pada penambahan gula dan garam, akan meningkatkan titik didih larutan karena menurunkan tekanan uap larutan
Ø  Kenaikan titik didih larutan garam lebih besar daripada larutan gula
Ø  Laju perpindahan kalor pada lauran gula lebih beasar debandingkan dengan laju perpindahan kalor pada larutan garam
Ø  Sedangkan laju penguapan lebih besar larutan garam dibandingkan larutan gula
Ø  Suhu lingkungan pada larutan garam lebih besar dibandingkan larutan gula, karena larutan garam merupakan elektrolit dan larutan gula non elektrolit
6.2     Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan praktikan adalah sebagai berikut:
Ø  Saat percobaan bagian A mengenai pengukuran kenaikan titik didih dengan konsentrasi volume larutan harus tetap konstan
Ø  Thermometer tidak menyentuh dinding erlenmayer saat pengukuran suhu
Ø  Pengukuran suhu dinding pada percobaan bagian b harus apada titik yang sama dari menit pertama hingga menit terakhir dan tidak dilepas setelah pengukuran agar termokopel tidak kembali lagi kepada suhu lingkungan






DAFTAR PUSTAKA

Earle, R. L. 1983. Unit Operations in Food Processing. Jerman : Pergamon Press.
Holman, J. P. 1995. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga
M Purba.200. Kimia 200 Jilid 3A.Jakarta : Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan diakses tangal 16 Mei 2011 Pukul 10.15


No comments:

Post a Comment