Friday, April 1, 2011

Kerja Bangku

BAB III

METODOLOGI

4.1 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Plat dengan tebal 1,5 mm berukuran 70 x 50 cm

2. Besi siku 2x2 dengan ukuran 30 cm 6 buah; ukuran 50 cm 2 buah.

3. Penitik/ penggores

4. Gergaji besi

5. Pemotong plat

6. Penggaris siku

7. Penggaris 30 cm

8. Ragum

9. Kikir

10. Spidol

4.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikumkerja bangku ini adalah sebgai berikut :

1. Tahapan pembentukan polapada benda kerja, plat yang berukuran 70 x 50 cm dibentuk sesuai dengan pola yang didinginkan dengan menggunakan penggaris dan alat penitik atau penggores jika diperlukan dapat menggunakan spidol untuk memperjelas garis pada pola yang dibuat.

2. Setelah pola jadi sesuai yang diinginkan kemudia benda kerja (plat) dipotong dengan alat pemotong plat sesuai pola yang telah digambar.

3. Kemudian plat yang telah dipotong sesuai dengan pola selanjutnya haluskan bagian tepi plat dengan menggunakan kikir.

4. Setelah pengerjaan pada plat selesai, selanjutnya adalah pemotongan besi siku dengan ukuran 30 cm sebanyak 6 buah, 50 cm 2 buah.

5. Lakukan proses penghalusan bagian tepi besi siku yang telah dipotong dengan menggunakan kikir.

6. Pada dua besi siku yang berukuran 50 cm dilakukan pemotongan vertical lebih kurang 15 cm dan lebarnya sampai pada batas tepi.

7. Benda kerja besi siku dan plat disimpan untuk diproses lebih lanjut pada praktikum selanjutnya.

BAB IV

HASIL

5.1 Gambar pola pada plat

jhh.bmp

Gambar 6 Pola plat yang telah dipotong

5.2 Gambar besi siku

gd.bmp gd.bmp

Gambar 7 Besi siku

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembuatan pola pada plat

Pembuatan pola pada suatu pekerjaan bengkel merupakan langkah awal dari serangkaian proses dalam membuat suatu benda atau produk bengkel.Sebelum pada benda kerja pola terlebih dahulu dibuat pada benda lain atau yang sering digunakan pada kertas, sebagai rancangan awal untuk memperkirakan pola yang akan dibentuk.Pembuatan pola pada plat mengunakan alat penitik atau penggores.Namun terkadang dengan hanya menggunakan penitik saja pola kelihatan kurang jelas sehingga digunakan spidol untuk menggarisi pola tersebut.Penggunaan spidol tersebut dapat menimbulkan permasalahan pada ketelitian alat ukur, yaitu penggaris dalam membuat pola karena luas ujung permukaan spidol lebih besar dari satuan terkecil pada penggaris sehingga dapat menimbulkan penyimpangan tetapi tidak terlalu besar hanya dalam skala mm.Meskipun demikian spidol tetap digunakan dengan terlebih dahulu digunakan alat penitik dan spidol digunakannya pada garis luar tidak menjorok ke dalam.Penyimpangan yang diakibatkan spidol tersebut dapat dihilangkan pada saat pemotongan plat.

Pada kasus lain dalam pembuatan pola di benda kerja adalah penggunaan besi siku yang di satu sisi membantu praktikan dalam pembuatan pola yng membentuk atau diharuskan 90o sehingga dengan adanya besi siku tidak menggaharuskan praktikan mengukur lebih detail dalam pembuatan siku atau garis yang membentuk 90o.Namun dalam penggunaanya dapat terjadi penyimpangan garis yang dibentuk sebesar beberapa derajat yang pada akhirnya garis pada pola akan terlihat miring.Hal tersebut tergantung pada keterampilan praktikan dalam menggunakan besi siku.

Dalam pembentukan pola pada benda kerja perlu diperhatikan besarnya bagian benda kerja yang aus atau terkikis saat dilakukan pemotongan.Sehingga dapat memperkirakannya dengan memberikan toleransi pada pengukuran dalam pembuatan pola.Dengan demikian pembuatan pola dapat disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan.

5.2 Pemotongan plat dan besi siku

Setelah pembuatan pola selesai, kemudian plat dipotong dengan menggunakan alat pemotong plat.Pemotongan dilakukan pada garis pola yang telah digambar pada benda kerja.Pemotongan sebaiknya dilakukan pada garis tepi luar pada pola sehingga ukuran benda yang dibuat sesuai dengan rancangan.seperti halnya pada pembuatan pola, pada proses pemotongan ini perlu diperhatikan besarnya bagian benda kerja yang terpotong sehingga pada saat melakukan pemotongan posisi pisau pemotongnya diletakan pada garis toleransi yang telah ditebalkan dengan spidol.Dengan demikian proses pemotongan tidak memakan bagian pola pada benda kerja.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan dengan menggunakan alat pemotong, salah satunya pada saat pemotongan letakan bagian benda kerja yang lebih besar atau garis tepi pola yang akan dipotong di sebelah kiri alat pemotong,sehingga tidak terhalang oleh pisau pemotong dan pengamatan kesesuaian pola pada saat pemotongan dapat dengan mudah diawasi sehingga apabila terjadi penyimpangan proses pemotongan dapat dihentikan.Namun jika diletakan pada sebelah kiri yang terhalang oleh pisau pengamatan dan akurasi pemotongan yang sesuai dengan pola susah diamati sehingga kegagalan atau penyimpangan terhadap pola yang dibuat tidak teramati dan kemungkinan penyimpangan tersebut lebih besar dibandingkan diletakan pada sebelah kiri alat pemotong.

Dibandingkan pemotongan plat dengan gergaji besi, alat peotong plat lebih praktis, dan dari segi waktu pun lebih cepat.Selain itu, permukaan benda kerja yang telah dipotong dengan menggunakan pemotong plat lebih halus dibandingkan menggunakan gergaji besi.Hal tersebut dikarenakan pemotongan pada gergaji gerkannya bolak-balik depan dan belakang sehinga secara otomatis permukaan benda kerja terkikis oleh gergaji dua kali setiap proses pemotongannya, sedangkan dengan menggunakan pemotong plat yang hanya satu kali menyentuh permukaan benda kerja dan langsung terpotong.Oleh karena itu, pemotongan plat lebih baik dari segi efesiensi dan kualitas menggunakan alat pemotong plat dibandingkan dengan menggunakan gergaji besi.Namun keterbatasan alat pemotong plat adalah penggunaannya hanya untuk plat atau logam yang mempunyai ketebalan 0.4 mm – 0.6 mm tidak untuk benda yang mempunyai ketebalan yang cukup besar.Sedangkan gergaji besi penggunaannya tidak terbatas pada ketebalan logam atau plat.

Setelah proses pemotongan selesai, dilakukan tahapan penghalusan permukaan benda kerja dengan menggunakan alat kikir.Pada proses pengikiran gerakakan bolak balik dapat merusak permukaan benda kerja, yang satu sisi halus dan sisi lain tajam.Sebaiknya proses pengikiran dilakukan dengan gerakan satu arah saja, yang lebih nyaman adalah gerakan ke depan saja.Jadi prosesnya kikir digerakan kedepan, kemudian diangkan dan digerakan kembali kea rah depan.Dengan demikian akan memperhalus permukaan benda kerja yang kasar.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum kerja bangku ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Praktikum kerja bangku ini merupakan tahapan dasar yang sangat penting untuk praktikan yang bermanfaat pada kegiatan praktikum selanjutnya.

2. Pada pembuatan pola pada benda kerja harus memperhatikan besarnya toleransi dan memperhitungkan bagian yang termakan pada saat pemotongan agar pola yang dibuat ukurannya sesuai yang diingnginkan.

3. Pemotongan dengan alat pemotong plat lebih efisien dan kualitas hasil pemotongannya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan gergaji besi.

4. Tepi benda kerja yang peotongannya dengan menggunakan alat pemotong plat lebih halus dibandingkan dengan meggunakan gergaji besi.

5. Hasil pemotongan harus dirapihkan dengan menggunakan kikir

6.2 Saran

saran dari praktikan setelah melaksanakan praktikum kerja bangku ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan pola pada benda kerja sebaiknya menggunakan spidol atau pensil yang berdiameter kecil tetapi masih jelas terlihat sehingga akurasi pada saat pemotongan itu tinggi.

2. Pada saat membuat garis siku jangan terlalu mengandalkan dengan pneggaris siku tetapi diukur sedetail mungkin karena penggunakaan penggaris siku dapat mengalami penyimpangan jika praktikan tidak dapat menggunakannya dengan baik dan benar.

3. Untuk keselamatan pelindung nadi dan sarung tangan harus dipakai dengan baik karena plat yang telah dipotong sangat tajam.

4. Perlu adanya tempat pembuangan sisa potongan kecil atau scrap di bawah meja kerja tau alat pemotong.

No comments:

Post a Comment