Tuesday, August 6, 2013

Kunjungan Istimewa

Penulis,
Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Sehari Bersama Rosulullah

Marilah kita telusuri kembali kurun yang telah berlalu. Membuka lembaran-lembaran masa silam. Membaca dan memperhatikan dengan seksama kisah-kisahnya. Kita akan mengadakan kunjungan istimewa, mengunjungi Rasulullah  di rumah beliau melalui untaian kata dan kalimat. Singgah di rumah beliau barang sehari saja. Melihat-lihat keadaan rumah beliau serta beberapa kisah tentangnya. Guna mengambil pelajaran dan ibrah yang akan menjadi pelita dalam amal perbuatan kita. 
Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengeta-huan akhir-akhir ini, literatur-literatur yang di baca kaum muslimin pun semakin banyak. Mereka dengan mudah dapat mengunjungi Timur dan Barat melalui buku-buku dan tulisan-tulisan, melalui film-film dan berbagai referensi lainnya. Padahal, sebenarnya kita lebih berhak mengadakan kunjungan syar'i ke rumah Rasulullah  daripada mereka. Untuk melihat keadaannya, kemudian bersungguh-sungguh meneladani apa yang kita lihat dan dengar tentangnya. Namun disebabkan terbatasnya kesempatan, kita hanya menyorot beberapa keutamaan di rumah beliau  , mudah-mudahan kita dapat mendidik diri kita untuk dapat menerapkannya di rumah masing-masing. 
Wahai saudaraku seiman, 
Tujuan kita membuka lembaran masa silam bu-kanlah hanya untuk menikmati atau melihat-lihat kisah-kisah yang sudah berlalu. Namun tujuan kita yang hakiki adalah menjadikannya sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah . Dengan membaca sirah (sejarah hidup) Nabi  diharapkan kita dapat mengikuti sunnah beliau dan berjalan di atas manhaj (pedoman) beliau. Sebagai bentuk ketaatan kita kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu kewajiban mencintai Rasulullah  . Di antara tanda-tanda kecintaan kepada Rasulullah  ialah mentaati perintah beliau dan menjauhi segala yang dilarang dan dibencinya. Serta menjadikan beliau  sebagai teladan dan panutan. 
Mengenai hal itu Allah Subhanahu wa Ta'ala  berfirman: 
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran 31) 
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala  berfirman: 
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab 21) 
Rasulullah  sendiri menegaskan bahwa mencin-tai beliau termasuk salah satu sebab mendapatkan manisnya iman. Beliau  bersabda: 

"Ada tiga perkara, bila terkumpul pada diri seseorang, ia pasti mendapatkan manisnya iman; Hendaklah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya …" (Muttafaq 'alaih) 
dalam hadits lain beliau  bersabda: 

"Demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Tidak akan sempurna keimanan seseorang hingga ia menjadikan aku yang lebih dicintainya daripada orangtua dan anak-anaknya sendiri." (HR. Mus-lim) 
Sirah Rasulullah  adalah sirah yang sangat menakjubkan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dan petunjuk yang dapat kita teladani darinya.
Perjalanan Yang Menyenangkan 

Perjalanan menuju rumah Rasulullah  untuk melihat selukbeluk kehidupan dan tata krama pergaulan beliau merupakan perjalanan yang sangat diidamkan setiap orang. Terlebih lagi bila diniatkan untuk menggapai pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebuah perjalanan yang sarat ibrah dan pelajaran, penuh teladan dan panutan. Yaitu perjalanan melalui kitab-kitab dan riwayat-riwayat dari lisan para sahabat . Sebab, kita tidak dibolehkan melakukan perjalanan ke makam atau rumah beliau atau ke tempat-tempat lainnya selain ke tiga masjid, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah  dalam hadits: 

"Janganlah mengadakan perjalanan (secara khu-sus) kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Mas-jidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'alaih) 
Kita wajib mentaati perintah Rasulullah  dengan tidak mengadakan perjalanan secara khusus kecuali ke tiga masjid tersebut. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengatakan: 
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka teri-malah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7) 
Kita tidak boleh melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Rasulullah  , Ibnu Wadhdhah rahimahullah berkata: "Umar radhiyallaahu anhu telah memerintahkan untuk menebang pohon tempat Rasulullah  di bai'at, sebab orang-orang banyak mengunjungi pohon tersebut untuk shalat di sana. Umar radhiyallaahu anhu khawatir mereka terfitnah (tersesat jatuh ke dalam dosa syirik)." (Kisah tersebut dapat dilihat dalam Shahih Bukhari dan Muslim). 
Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan komentar mengenai kunjungan ke gua Hira': "Sebelum diangkat menjadi rasul, beliau sering menyendiri untuk beribadah di sana. Dan di sanalah pertama sekali wahyu diturunkan kepada beliau. Akan tetapi setelah itu beliau tidak pernah sama sekali mengunjunginya bahkan tidak pernah mendekatinya. Demikian pula sahabat-sahabat beliau  . Beliau menetap di kota Makkah selama lebih kurang sepuluh tahun, namun tidak pernah sekalipun beliau mengunjunginya lagi atau mendaki ke atasnya. Demikian pula kaum mu'minin yang menetap bersama beliau di kota Makkah. Setelah beliau berhijrah ke Madinah, beliau berkali-kali memasuki kota Makkah, seperti pada saat menunaikan Umrah Hudaibiyah, saat penaklukan kota Makkah, dimana beliau berdiam selama dua puluh hari di sana, pada saat menunaikan Umrah Ji'ranah, namun beliau tidak pernah mendatangi gua Hira' atau mengunjunginya….." (Lihat Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah XXVII / hal 251). 
Sekarang kita akan mengunjungi Kota Al-Madinah An-Nabawiyyah, bangunannya mulai terlihat di hadapan kita. Itulah gunung Uhud, yang dikatakan Rasulullah  : 

"Gunung ini mencintai kami dan kami pun mencintainya" (Muttafaq 'alaih) 
Sebelum memasuki kediaman Rasulullah  , marilah kita lihat sejenak bentuk bangunannya. Janganlah terperanjat bila kita hanya menyaksikan sebuah bangunan kecil dengan tempat tidur yang sangat sederhana. Sebab Rasulullah  adalah seorang yang sangat zuhud terhadap dunia. Beliau  tidaklah menolehkan pandangan kepada kemewahan dan gemerlap harta benda dunia. Namun yang menjadi penyejuk mata hati beliau hanyalah ibadah shalat. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. An-Nasaai) 
Beliau  berkomentar tentang dunia sebagai berikut: 

"Apa artinya dunia bagiku! Kehadiranku di dunia hanyalah bagaikan seorang pengelana yang tengah berjalan di panas terik matahari, lalu berteduh di bawah naungan pohon beberapa saat, kemudian segera meninggalkannya untuk kembali melanjutkan perjalanan." (HR. At-Tirmidzi) 
Sekarang kita sedang berjalan menuju kediaman beliau  seraya mengayunkan langkah di jalan-jalan kota Madinah. Itulah kamar-kamar istri beliau mulai tampak. Kamar sederhana yang dibangun dari pelepah kurma dan polesan tanah, sebagian lagi dengan batu yang ditata sedemikian rupa, sementara bagian atasnya dipayungi dengan atap dari pelepah kurma. 
Al-Hasan mengisahkan kepada kita: "Aku pernah masuk ke dalam rumah-rumah istri Rasulullah  pada masa khilafah Utsman bin 'Affan radhiallaahu anhu. Langit-langit rumah tersebut dapat aku jangkau dengan tanganku." (Lihat Ath-Thabaqat Al-Kubra karangan Ibnu Sa'ad I/hal 499 & 501, lihat juga kitab As-Sirah An-Nabawiyyah II/hal 274 karangan Ibnu Katsir) 
Sungguh kediaman beliau adalah rumah yang sangat sederhana dengan beberapa kamar yang kecil. Akan tetapi penuh dengan cahaya keimanan dan ketaatan, sarat dengan wahyu dan risalah ilahi!


No comments:

Post a Comment