Saya berpikir bahwa tidak setuju ada istilah pertanyaan yang bodoh, terkadang di antara kita sering menyebutnya apabila ada seseorang yang bertanya, dan pertanyaannya adalah hal yang sudah dijelaskan. Dan kebiasaan di kita yang ditanya suka sinis, dan berkata “kan tadi sudah sya jelaskan” terkadang ditambah dengan kata-kata yang membuat kita down. Sehingga hal itu membuat kita menjadi segan untuk bertanya, dan itu sudah menjadi karakter hampir semua pelajar di kita yang enggan untuk bertanya. Mungkin ini pekerjaan rumah bagi para akademisi dan para pelajar untuk membudayakan bertanya, karena sya berpendapat bahwa tidak ada pertanyaan yang salah, yng salah adalah tidak tahu dan tidak bertanya. Mungkin selama ini yang menghambat pendidikan itu dari hal kecil ini namun berdampak besar . saya sendiri terkadang aneh terhadap karakter ini, saat pengajar memberikan materi dan tugas dan ditnya “apakah ada pertanyaan”, dan pasti kita semua diam tidak ada yang bertanya, padahal sbenarnya segudang pertanyaan ada dalam otak ini, buktinya habis belajar suka ada salah satu teman kita yang bertanya menghampiri pengajar. Itu menunjukan bahwa budaya malu bertanya telah menahun dan telah menjadi karakter.. semoga suatu saat nanti adanya kesadaran dari pengajar bahwa tidak pernah menyalahkan pertanyaan apa pun dan sekecil apa pun dan dari kita juga menyadari pentingnya pengetahuan dengan selalu bertanya
Saturday, January 12, 2013
PERTANYAAN BODOH
Saya berpikir bahwa tidak setuju ada istilah pertanyaan yang bodoh, terkadang di antara kita sering menyebutnya apabila ada seseorang yang bertanya, dan pertanyaannya adalah hal yang sudah dijelaskan. Dan kebiasaan di kita yang ditanya suka sinis, dan berkata “kan tadi sudah sya jelaskan” terkadang ditambah dengan kata-kata yang membuat kita down. Sehingga hal itu membuat kita menjadi segan untuk bertanya, dan itu sudah menjadi karakter hampir semua pelajar di kita yang enggan untuk bertanya. Mungkin ini pekerjaan rumah bagi para akademisi dan para pelajar untuk membudayakan bertanya, karena sya berpendapat bahwa tidak ada pertanyaan yang salah, yng salah adalah tidak tahu dan tidak bertanya. Mungkin selama ini yang menghambat pendidikan itu dari hal kecil ini namun berdampak besar . saya sendiri terkadang aneh terhadap karakter ini, saat pengajar memberikan materi dan tugas dan ditnya “apakah ada pertanyaan”, dan pasti kita semua diam tidak ada yang bertanya, padahal sbenarnya segudang pertanyaan ada dalam otak ini, buktinya habis belajar suka ada salah satu teman kita yang bertanya menghampiri pengajar. Itu menunjukan bahwa budaya malu bertanya telah menahun dan telah menjadi karakter.. semoga suatu saat nanti adanya kesadaran dari pengajar bahwa tidak pernah menyalahkan pertanyaan apa pun dan sekecil apa pun dan dari kita juga menyadari pentingnya pengetahuan dengan selalu bertanya
Friday, January 11, 2013
Sistem Koordinat dan Georeferensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Informasi geografis dapat berupa data vektor maupun
data raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garisgaris atau kurva atau
poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data
spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Sedangkan data raster menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki
atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model data ini
sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid) di permukaan
bumi.
Data raster
dapat dikonversi ke sistem koordinat georeferensi dengan cara meregistrasi
sistem grid raster ke sistem koordinat georeferensi yang diinginkan. Dengan
demikian setiap sel pada grid memiliki posisi georeferensi. Dengan adanya
sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian
sehingga memungkinkan dilakukan analisis spasial. Tanpa melakukan georeferensi data raster akan sulit
untuk dianalisis terutama mengenai sistem koordinatnya, sehingga diperlukan georeferensi data raster tersebut
agar setiap grid mempunyai koordniatnya. Betapa pentingnya hal tersebut, dirasakan
sangat penting diketahui mahasiswa agar dapat mempunyai pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan georeferensi data raster melalui kegiatan praktikum.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mahasiswa
dapat memahami penentuaan koordinat dip eta Rupa Bumi Indonesia berdasarkan
sistem koordinat geografis (Geographical
Coordinat System).
2.
Mahasiswa
dapat melakukan Georeferensi terhadap peta–peta dasar dengan metode add Control Point dan Georeference to Other Map
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi)
yang mengacu pada suatu sistem koordinat
tertentu. Sistem koordinat itu sendiri
dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu :
·
Lokasi
Titik Nol dari Sistem Koordinat
Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya
ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari
sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi
(sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi
(sistem koordinat toposentrik).
·
Orientasi
dari Sumbu-sumbu Koordinat
Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi
umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari
parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem
koordinat yang umum digunakan, yaitu
sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z)
dan sistem koordinat Geodetik
(L,B,h), yang keduanya diilustrasikan
pada gambar berikut :
Gambar
1 Sisitem Koordinat Geodetik dan Kartesian
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam
bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada gambar
berikut.
Gambar
2 Sistem koordinat Toposentrik
Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk
mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik
juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu
sistem proyeksi tertentu (x,y) seperti
Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM).
2.2
Sistem Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan
suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis bujur
yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di
Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau
360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur
Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Gambar
3 Menentukan Koordinat Perpotongan Garis Lintang dan Bujur
2.3
Sistem Koordinat UTM
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang
menggunakan bidang proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan
selanjutnya : Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan factor skala 1, Perbesaran di meridian tengah =
.9996, Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS.
Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT
dengan nomor zone 60. Adapun penomeran
Zona mulai dari 180° dan bergerak ke timur, Zona 1 dari 180°W ke 174°W, Zona 2
dari 174°W ke 168°W dan seterusnya. Untuk setiap Zona memiliki pusat meridian,
Zona 1 central meridian is 177°W dan Zona 2 central meridian is 171°W.
Gambar
4 Pembagian Zona Utara dan Selatan Dalam Kordinat Sistem
Untuk mengetahui zone UTM wilayah yang akan ditransformasikan digunakan
rumus :
Garis
Bujur/6 + 30 = ZONE*
* Hasil
nilai zone selalu dibulatkan ke atas (zone 49,1 ~ zone 50) Misalnya suatu
daerah memiliki Bujur 106O dan lintang 6o 20’00 LS dengan rumus
diatas.
Zone
= (106/6 +30 )= (17,66 + 30) = 47,66 ~ 48
Karena Y =
6o20’00 LS, maka daerah tersebut masuk kedalam Zona 48
South/Selatan. Pembagian zona UTM global dan Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 5 dan 6 berikut.
Gambar
5 Sisitem Grid UTM Global
Gambar
6 Sisitem Grid Indonesia
Adapun untuk mengetahui posisi pada siste kordinat Universal Transverse Mercator (UTM) dapat dipelajari sebagai
berikut :
1.
Pada
sistem UTM, posisi ditunjukkan dengan Timur/ Utara atau E/N
untuk daerah di bujur timur dan belahan utara.
Sedangkan untuk bujur
barat dan belahan selatan oleh Barat/Selatan atau W/S.
contohnya
“580817mE, 4251205mN”, atau langsung tanpa menyebutkan
hurufnya,
“580817 4251205”.
2.
Bila
posisi dekat dengan perpotongan Zona UTM, Zona UTM juga
disebutkan misalnya : “580817mE, 4251205mN, Zona 15”.
3.
Karena penunjukkan posisi diatas dapat
menunjukkan dua tempat yang
berbeda maka bumi dibagi kedalam dua belahan, utara
dan selatan
(Northern dan Southern Hemisphere), contoh “580817mE,
4251205mN,
Zone 15, Northern Hemisphere.
4.
Sistem
tersebut diatas menunjukkan belahan bumi sebagai satu huruf N
untuk belahan utara dan S untuk belahan selatan. Contohnya: “15N
580817 4251205”.
2.4
Georeferensi Data Raster
Data raster umumnya diperoleh dengan memindai (scanning ) peta atau menggumpulkan foto udara dan citra satelit.
Peta hasil scan tersebut biasanya tidak mengandung informasi referensi spasial.
Pada foto udara dan citra satelit, kadang-kadang informasi lokasi disampaikan
tidak memadai dan tidak selaras dengan data lain yang dimiliki. Dengan
demikian, untuk menggunakan data raster dalam hubungannya dengan data spasial
lainnya, diperlukan penyesuaian untuk menyelaraskan yang disebut georeferensi
ke dalam sistem koordinat peta.
Ketika melakukan georeferensi data raster , maka terlebih dahulu
menentukan lokasi dengan menggunakan koordinat peta dan menetapkan sistem
koordinat dari data frame. Georeferensi data raster memungkinkan data tersebut
untuk dilihat, query/ditanya, dan dianalisis dengan data geografis lainnya. Georeferensi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Add
Control Points dan Georeference to
Other Map.
Secara umum tahapan
georeferencing (dengan menggunakan
ArcMap) pada data raster adalah sebagai
berikut:
·
Menambahkan
data raster yang
akan ditempatkan pada
system koordinat dan proyeksi tertentu.
·
Menambahkan
titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui
nilai koordinatnya.
·
Menyimpan
informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap benar.
Sebelum melakukan georeferensi perlu diperhatikan sistem koordinat yang
akan digunakan. Peta Rupa bumi Indonesia mengutamakan sistem GCS maka rubahlah
koordinat Data Frame menjadi GCS dengan cara klik menu View > Data Frame
properties. Setelah muncul window Data
Frame properties > buka tab Coordinate
System pilih Predifined > Geographic Coordinate System >World
>WGS 1984 >Ok
Metode Add Control Points
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
georeferencing data raster dengan menggunakan metode Metode Add Control Points adalah sebagai
berikut :
1.
Menanbahkan
data raster ke dalam Arcmap dengan klik Add
Data.
2.
Menambahkan
titik control yang menghubungkan antara posisi data raster dengan posisi dalam
koordinat.
Gambar 7 Add
Control Points
Menggunakan
magnifier untuk memperjelas titik control, Magnifer didapat dengan klik Windows
> Magnifer. Setelah itu klik Add
Control Points, kemudian klik di titik control dan klik kanan sehingga
muncul windows input X and Y.
Gambar 8 Input Data X dan Y
3.
Menyimpan
informasi georeferensi bila telah sesuai
Update Georeferencing dapat dilakukan setelah selesai melakukan
Georeferensi, sehingga peta diletakan pada posisinya. Perintah ini tidak
menyimpan ke dalam file. Agar informasi georeference tersimpan dan dapat dibuka
kembali perlu dilakukan retify dan
disimpan dalam bentuk format IMG dengan klik toolbat Georeferencing > Retify.
Georeference
to Other Map
Metode Add
Control Points memiliki kelemahan apabila hanya memiliki peta tanpa
informasi sistem koordinat. Peta metode Georeference
to Other Map peta tersebut dapat diberikan referensi geografis dengan
melakukan georeferensi pada peta lain yang telah memiliki sistem koordinat.
Titik-titik control yang digunakan sebagai panduaan melakukan georeferencing
dapat berupa persimpangan jalan, belokan sungai, tanjung, teluk, jembatan dan
sebagainnya.
Perbedaan antara dua metode tersebut
terletak pada penggunaan Add Control
Points, pada metode kedua ini tidak melakukan input data x dan y melainkan
menggunakan titik yang sama hanya peta kedua yang telah memiliki referensi
geografis. Pertama klik Add Control
Points pada titik peta yang akan dilakukan georeferensi kemudia dengan
bantuaan Zoom to Layer pada peta
kedua klik pada titik yang mendekati titik pertama berdasarkan kenampakan alam.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.
Mengatur
sehingga layer pada toolbar Georeferencing berada pada peta yang akan dilakukan
georeferensi kemudian klik Add Control
Points
2.
Klik
titik control pada peta yang akan dilakukan georeferensi
3.
Zoom
layer pada peta yang telah memiliki referensi geografis
4.
Klik
titik control pada peta
5.
Melakukan
kembali langkah-langkah di atas pada tiga titik control lainnya
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Gambar
1 Hasil Georeferensi Peta Sumedang
Gambar
2 Poligon Desa
DAFTAR PUSTAKA
GIS Konsorsium
Aceh Nias. Modul Pelatihan Arc Gis
Tingkat Dasar. Banda Aceh: Staf Pemerintahan Banda Aceh
Nurpilihan
Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan TMIP FTIP
Unpad
Sistem Koordinat dan Georeferensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Informasi geografis dapat berupa data vektor maupun
data raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garisgaris atau kurva atau
poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data
spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Sedangkan data raster menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki
atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model data ini
sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid) di permukaan
bumi.
Data raster
dapat dikonversi ke sistem koordinat georeferensi dengan cara meregistrasi
sistem grid raster ke sistem koordinat georeferensi yang diinginkan. Dengan
demikian setiap sel pada grid memiliki posisi georeferensi. Dengan adanya
sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian
sehingga memungkinkan dilakukan analisis spasial. Tanpa melakukan georeferensi data raster akan sulit
untuk dianalisis terutama mengenai sistem koordinatnya, sehingga diperlukan georeferensi data raster tersebut
agar setiap grid mempunyai koordniatnya. Betapa pentingnya hal tersebut, dirasakan
sangat penting diketahui mahasiswa agar dapat mempunyai pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan georeferensi data raster melalui kegiatan praktikum.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mahasiswa
dapat memahami penentuaan koordinat dip eta Rupa Bumi Indonesia berdasarkan
sistem koordinat geografis (Geographical
Coordinat System).
2.
Mahasiswa
dapat melakukan Georeferensi terhadap peta–peta dasar dengan metode add Control Point dan Georeference to Other Map
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi)
yang mengacu pada suatu sistem koordinat
tertentu. Sistem koordinat itu sendiri
dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu :
·
Lokasi
Titik Nol dari Sistem Koordinat
Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya
ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari
sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi
(sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi
(sistem koordinat toposentrik).
·
Orientasi
dari Sumbu-sumbu Koordinat
Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi
umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari
parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem
koordinat yang umum digunakan, yaitu
sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z)
dan sistem koordinat Geodetik
(L,B,h), yang keduanya diilustrasikan
pada gambar berikut :
Gambar
1 Sisitem Koordinat Geodetik dan Kartesian
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam
bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada gambar
berikut.
Gambar
2 Sistem koordinat Toposentrik
Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk
mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik
juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu
sistem proyeksi tertentu (x,y) seperti
Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM).
2.2
Sistem Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan
suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis bujur
yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di
Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau
360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur
Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Gambar
3 Menentukan Koordinat Perpotongan Garis Lintang dan Bujur
2.3
Sistem Koordinat UTM
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang
menggunakan bidang proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan
selanjutnya : Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan factor skala 1, Perbesaran di meridian tengah =
.9996, Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS.
Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT
dengan nomor zone 60. Adapun penomeran
Zona mulai dari 180° dan bergerak ke timur, Zona 1 dari 180°W ke 174°W, Zona 2
dari 174°W ke 168°W dan seterusnya. Untuk setiap Zona memiliki pusat meridian,
Zona 1 central meridian is 177°W dan Zona 2 central meridian is 171°W.
Gambar
4 Pembagian Zona Utara dan Selatan Dalam Kordinat Sistem
Untuk mengetahui zone UTM wilayah yang akan ditransformasikan digunakan
rumus :
Garis
Bujur/6 + 30 = ZONE*
* Hasil
nilai zone selalu dibulatkan ke atas (zone 49,1 ~ zone 50) Misalnya suatu
daerah memiliki Bujur 106O dan lintang 6o 20’00 LS dengan rumus
diatas.
Zone
= (106/6 +30 )= (17,66 + 30) = 47,66 ~ 48
Karena Y =
6o20’00 LS, maka daerah tersebut masuk kedalam Zona 48
South/Selatan. Pembagian zona UTM global dan Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 5 dan 6 berikut.
Gambar
5 Sisitem Grid UTM Global
Gambar
6 Sisitem Grid Indonesia
Adapun untuk mengetahui posisi pada siste kordinat Universal Transverse Mercator (UTM) dapat dipelajari sebagai
berikut :
1.
Pada
sistem UTM, posisi ditunjukkan dengan Timur/ Utara atau E/N
untuk daerah di bujur timur dan belahan utara.
Sedangkan untuk bujur
barat dan belahan selatan oleh Barat/Selatan atau W/S.
contohnya
“580817mE, 4251205mN”, atau langsung tanpa menyebutkan
hurufnya,
“580817 4251205”.
2.
Bila
posisi dekat dengan perpotongan Zona UTM, Zona UTM juga
disebutkan misalnya : “580817mE, 4251205mN, Zona 15”.
3.
Karena penunjukkan posisi diatas dapat
menunjukkan dua tempat yang
berbeda maka bumi dibagi kedalam dua belahan, utara
dan selatan
(Northern dan Southern Hemisphere), contoh “580817mE,
4251205mN,
Zone 15, Northern Hemisphere.
4.
Sistem
tersebut diatas menunjukkan belahan bumi sebagai satu huruf N
untuk belahan utara dan S untuk belahan selatan. Contohnya: “15N
580817 4251205”.
2.4
Georeferensi Data Raster
Data raster umumnya diperoleh dengan memindai (scanning ) peta atau menggumpulkan foto udara dan citra satelit.
Peta hasil scan tersebut biasanya tidak mengandung informasi referensi spasial.
Pada foto udara dan citra satelit, kadang-kadang informasi lokasi disampaikan
tidak memadai dan tidak selaras dengan data lain yang dimiliki. Dengan
demikian, untuk menggunakan data raster dalam hubungannya dengan data spasial
lainnya, diperlukan penyesuaian untuk menyelaraskan yang disebut georeferensi
ke dalam sistem koordinat peta.
Ketika melakukan georeferensi data raster , maka terlebih dahulu
menentukan lokasi dengan menggunakan koordinat peta dan menetapkan sistem
koordinat dari data frame. Georeferensi data raster memungkinkan data tersebut
untuk dilihat, query/ditanya, dan dianalisis dengan data geografis lainnya. Georeferensi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Add
Control Points dan Georeference to
Other Map.
Secara umum tahapan
georeferencing (dengan menggunakan
ArcMap) pada data raster adalah sebagai
berikut:
·
Menambahkan
data raster yang
akan ditempatkan pada
system koordinat dan proyeksi tertentu.
·
Menambahkan
titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui
nilai koordinatnya.
·
Menyimpan
informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap benar.
Sebelum melakukan georeferensi perlu diperhatikan sistem koordinat yang
akan digunakan. Peta Rupa bumi Indonesia mengutamakan sistem GCS maka rubahlah
koordinat Data Frame menjadi GCS dengan cara klik menu View > Data Frame
properties. Setelah muncul window Data
Frame properties > buka tab Coordinate
System pilih Predifined > Geographic Coordinate System >World
>WGS 1984 >Ok
Metode Add Control Points
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
georeferencing data raster dengan menggunakan metode Metode Add Control Points adalah sebagai
berikut :
1.
Menanbahkan
data raster ke dalam Arcmap dengan klik Add
Data.
2.
Menambahkan
titik control yang menghubungkan antara posisi data raster dengan posisi dalam
koordinat.
Gambar 7 Add
Control Points
Menggunakan
magnifier untuk memperjelas titik control, Magnifer didapat dengan klik Windows
> Magnifer. Setelah itu klik Add
Control Points, kemudian klik di titik control dan klik kanan sehingga
muncul windows input X and Y.
Gambar 8 Input Data X dan Y
3.
Menyimpan
informasi georeferensi bila telah sesuai
Update Georeferencing dapat dilakukan setelah selesai melakukan
Georeferensi, sehingga peta diletakan pada posisinya. Perintah ini tidak
menyimpan ke dalam file. Agar informasi georeference tersimpan dan dapat dibuka
kembali perlu dilakukan retify dan
disimpan dalam bentuk format IMG dengan klik toolbat Georeferencing > Retify.
Georeference
to Other Map
Metode Add
Control Points memiliki kelemahan apabila hanya memiliki peta tanpa
informasi sistem koordinat. Peta metode Georeference
to Other Map peta tersebut dapat diberikan referensi geografis dengan
melakukan georeferensi pada peta lain yang telah memiliki sistem koordinat.
Titik-titik control yang digunakan sebagai panduaan melakukan georeferencing
dapat berupa persimpangan jalan, belokan sungai, tanjung, teluk, jembatan dan
sebagainnya.
Perbedaan antara dua metode tersebut
terletak pada penggunaan Add Control
Points, pada metode kedua ini tidak melakukan input data x dan y melainkan
menggunakan titik yang sama hanya peta kedua yang telah memiliki referensi
geografis. Pertama klik Add Control
Points pada titik peta yang akan dilakukan georeferensi kemudia dengan
bantuaan Zoom to Layer pada peta
kedua klik pada titik yang mendekati titik pertama berdasarkan kenampakan alam.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.
Mengatur
sehingga layer pada toolbar Georeferencing berada pada peta yang akan dilakukan
georeferensi kemudian klik Add Control
Points
2.
Klik
titik control pada peta yang akan dilakukan georeferensi
3.
Zoom
layer pada peta yang telah memiliki referensi geografis
4.
Klik
titik control pada peta
5.
Melakukan
kembali langkah-langkah di atas pada tiga titik control lainnya
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Gambar
1 Hasil Georeferensi Peta Sumedang
Gambar
2 Poligon Desa
DAFTAR PUSTAKA
GIS Konsorsium
Aceh Nias. Modul Pelatihan Arc Gis
Tingkat Dasar. Banda Aceh: Staf Pemerintahan Banda Aceh
Nurpilihan
Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan TMIP FTIP
Unpad
Subscribe to:
Posts (Atom)