Saturday, January 12, 2013

PERTANYAAN BODOH


Saya berpikir bahwa tidak setuju ada istilah pertanyaan yang bodoh, terkadang di antara kita sering menyebutnya apabila ada seseorang yang bertanya, dan pertanyaannya adalah hal yang sudah dijelaskan. Dan kebiasaan di kita yang ditanya suka sinis, dan berkata “kan tadi sudah sya jelaskan” terkadang ditambah dengan kata-kata yang membuat kita down. Sehingga hal itu membuat kita menjadi segan untuk bertanya, dan itu sudah menjadi karakter hampir semua pelajar di kita yang enggan untuk bertanya. Mungkin ini pekerjaan rumah bagi para akademisi dan para pelajar untuk membudayakan bertanya, karena sya berpendapat bahwa tidak ada pertanyaan yang salah, yng salah adalah tidak tahu dan tidak bertanya. Mungkin selama ini yang menghambat pendidikan itu dari hal kecil ini namun berdampak besar . saya sendiri terkadang aneh terhadap karakter ini, saat pengajar memberikan materi dan tugas dan ditnya “apakah ada pertanyaan”, dan pasti kita semua diam tidak ada yang bertanya, padahal sbenarnya segudang pertanyaan ada dalam otak ini, buktinya habis belajar suka ada salah satu teman kita yang bertanya menghampiri pengajar. Itu menunjukan bahwa budaya malu bertanya telah menahun dan telah menjadi karakter.. semoga suatu saat nanti adanya kesadaran dari pengajar bahwa tidak pernah menyalahkan pertanyaan apa pun dan sekecil apa pun dan dari kita juga menyadari pentingnya pengetahuan dengan selalu bertanya

Friday, January 11, 2013

Sistem Koordinat dan Georeferensi


BAB I
PENDAHULUAN

  1.1            Latar Belakang
Informasi geografis dapat berupa data vektor maupun data raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garisgaris atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Sedangkan data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid) di permukaan bumi.
Data raster dapat dikonversi ke sistem koordinat georeferensi dengan cara meregistrasi sistem grid raster ke sistem koordinat georeferensi yang diinginkan. Dengan demikian setiap sel pada grid memiliki posisi georeferensi. Dengan adanya sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian  sehingga memungkinkan dilakukan analisis spasial. Tanpa  melakukan georeferensi data raster akan sulit untuk dianalisis terutama mengenai sistem koordinatnya, sehingga  diperlukan georeferensi data raster tersebut agar setiap grid mempunyai koordniatnya. Betapa pentingnya hal tersebut, dirasakan sangat penting diketahui mahasiswa agar dapat mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan georeferensi data raster melalui kegiatan praktikum.

  1.2            Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa dapat memahami penentuaan koordinat dip eta Rupa Bumi Indonesia berdasarkan sistem koordinat geografis (Geographical Coordinat System).
2.      Mahasiswa dapat melakukan Georeferensi terhadap peta–peta dasar dengan metode add Control Point dan Georeference to Other Map

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1              Sistem Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan  koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem  koordinat tertentu. Sistem  koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu :
·           Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat
Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).
·         Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat
Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu  sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z)  dan  sistem koordinat Geodetik (L,B,h),  yang keduanya diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 1 Sisitem Koordinat Geodetik dan Kartesian
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem  koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada gambar berikut.
Gambar 2 Sistem koordinat Toposentrik
Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem  proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM).

2.2              Sistem Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Gambar 3 Menentukan Koordinat Perpotongan Garis Lintang dan Bujur

2.3              Sistem Koordinat UTM
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang menggunakan bidang proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan selanjutnya : Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan factor skala 1, Perbesaran di meridian tengah = .9996, Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS. Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT dengan nomor zone 60.  Adapun penomeran Zona mulai dari 180° dan bergerak ke timur, Zona 1 dari 180°W ke 174°W, Zona 2 dari 174°W ke 168°W dan seterusnya. Untuk setiap Zona memiliki pusat meridian, Zona 1 central meridian is 177°W dan Zona 2 central meridian is 171°W.
Gambar 4 Pembagian Zona Utara dan Selatan Dalam Kordinat Sistem
Untuk mengetahui zone UTM wilayah yang akan ditransformasikan digunakan rumus :
Garis Bujur/6 + 30 = ZONE*
* Hasil nilai zone selalu dibulatkan ke atas (zone 49,1 ~ zone 50) Misalnya suatu daerah memiliki Bujur 106O dan lintang 6o 20’00 LS dengan rumus diatas.
Zone = (106/6 +30 )= (17,66 + 30) = 47,66 ~ 48
Karena Y = 6o20’00 LS, maka daerah tersebut masuk kedalam Zona 48 South/Selatan. Pembagian zona UTM global dan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6 berikut.
Gambar 5 Sisitem Grid UTM Global
Gambar 6 Sisitem Grid Indonesia
Adapun untuk mengetahui posisi pada siste kordinat Universal Transverse Mercator (UTM) dapat dipelajari sebagai berikut :
1.      Pada sistem UTM, posisi ditunjukkan dengan Timur/ Utara atau E/N
untuk daerah di bujur timur dan belahan utara. Sedangkan untuk bujur
barat dan belahan selatan oleh Barat/Selatan atau W/S. contohnya
“580817mE, 4251205mN”, atau langsung tanpa menyebutkan hurufnya,
“580817 4251205”.
2.      Bila posisi dekat dengan perpotongan Zona UTM, Zona UTM juga
disebutkan misalnya : “580817mE, 4251205mN, Zona 15”.
3.       Karena penunjukkan posisi diatas dapat menunjukkan dua tempat yang
berbeda maka bumi dibagi kedalam dua belahan, utara dan selatan
(Northern dan Southern Hemisphere), contoh “580817mE, 4251205mN,
Zone 15, Northern Hemisphere.
4.      Sistem tersebut diatas menunjukkan belahan bumi sebagai satu huruf N
untuk belahan utara dan S untuk belahan selatan.  Contohnya: “15N
580817 4251205”.

2.4              Georeferensi Data Raster
Data raster umumnya diperoleh dengan memindai (scanning ) peta atau menggumpulkan foto udara dan citra satelit. Peta hasil scan tersebut biasanya tidak mengandung informasi referensi spasial. Pada foto udara dan citra satelit, kadang-kadang informasi lokasi disampaikan tidak memadai dan tidak selaras dengan data lain yang dimiliki. Dengan demikian, untuk menggunakan data raster dalam hubungannya dengan data spasial lainnya, diperlukan penyesuaian untuk menyelaraskan yang disebut georeferensi ke dalam sistem koordinat peta.
Ketika melakukan georeferensi data raster , maka terlebih dahulu menentukan lokasi dengan menggunakan koordinat peta dan menetapkan sistem koordinat dari data frame. Georeferensi data raster memungkinkan data tersebut untuk dilihat, query/ditanya, dan dianalisis dengan data geografis lainnya. Georeferensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Add Control Points dan Georeference to Other Map.
Secara  umum  tahapan  georeferencing  (dengan  menggunakan  ArcMap)  pada data raster adalah sebagai berikut: 
·         Menambahkan data  raster  yang  akan  ditempatkan  pada  system  koordinat  dan proyeksi tertentu.
·         Menambahkan titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui nilai koordinatnya. 
·         Menyimpan informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap benar.
Sebelum melakukan georeferensi perlu diperhatikan sistem koordinat yang akan digunakan. Peta Rupa bumi Indonesia mengutamakan sistem GCS maka rubahlah koordinat Data Frame menjadi GCS dengan cara klik menu View > Data Frame properties. Setelah muncul window Data Frame properties > buka tab Coordinate System pilih Predifined > Geographic Coordinate System >World >WGS 1984 >Ok
Metode Add Control Points
            Langkah-langkah yang dilakukan untuk georeferencing data raster dengan menggunakan metode Metode Add Control Points adalah sebagai berikut :
1.      Menanbahkan data raster ke dalam Arcmap dengan klik Add Data.
2.      Menambahkan titik control yang menghubungkan antara posisi data raster dengan posisi dalam koordinat.
Gambar 7 Add Control Points
Menggunakan magnifier untuk memperjelas titik control, Magnifer didapat dengan klik Windows > Magnifer. Setelah itu klik Add Control Points, kemudian klik di titik control dan klik kanan sehingga muncul windows input X and Y.
Gambar 8 Input Data X dan Y
3.      Menyimpan informasi georeferensi bila telah sesuai
Update Georeferencing dapat dilakukan setelah selesai melakukan Georeferensi, sehingga peta diletakan pada posisinya. Perintah ini tidak menyimpan ke dalam file. Agar informasi georeference tersimpan dan dapat dibuka kembali perlu dilakukan retify dan disimpan dalam bentuk format IMG dengan klik toolbat Georeferencing > Retify.

Georeference to Other Map
            Metode Add Control Points memiliki kelemahan apabila hanya memiliki peta tanpa informasi sistem koordinat. Peta metode Georeference to Other Map peta tersebut dapat diberikan referensi geografis dengan melakukan georeferensi pada peta lain yang telah memiliki sistem koordinat. Titik-titik control yang digunakan sebagai panduaan melakukan georeferencing dapat berupa persimpangan jalan, belokan sungai, tanjung, teluk, jembatan dan sebagainnya.
            Perbedaan antara dua metode tersebut terletak pada penggunaan Add Control Points, pada metode kedua ini tidak melakukan input data x dan y melainkan menggunakan titik yang sama hanya peta kedua yang telah memiliki referensi geografis. Pertama klik Add Control Points pada titik peta yang akan dilakukan georeferensi kemudia dengan bantuaan Zoom to Layer pada peta kedua klik pada titik yang mendekati titik pertama berdasarkan kenampakan alam. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.      Mengatur sehingga layer pada toolbar Georeferencing berada pada peta yang akan dilakukan georeferensi kemudian klik Add Control Points
2.      Klik titik control pada peta yang akan dilakukan georeferensi
3.      Zoom layer pada peta yang telah memiliki referensi geografis
4.      Klik titik control pada peta
5.      Melakukan kembali langkah-langkah di atas pada tiga titik control lainnya



























BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1 Hasil Georeferensi Peta Sumedang

Gambar 2 Poligon Desa


DAFTAR PUSTAKA


GIS Konsorsium Aceh Nias. Modul Pelatihan Arc Gis Tingkat Dasar. Banda Aceh: Staf Pemerintahan Banda Aceh
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan TMIP FTIP Unpad



Sistem Koordinat dan Georeferensi


BAB I
PENDAHULUAN

  1.1            Latar Belakang
Informasi geografis dapat berupa data vektor maupun data raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garisgaris atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Sedangkan data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid) di permukaan bumi.
Data raster dapat dikonversi ke sistem koordinat georeferensi dengan cara meregistrasi sistem grid raster ke sistem koordinat georeferensi yang diinginkan. Dengan demikian setiap sel pada grid memiliki posisi georeferensi. Dengan adanya sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian  sehingga memungkinkan dilakukan analisis spasial. Tanpa  melakukan georeferensi data raster akan sulit untuk dianalisis terutama mengenai sistem koordinatnya, sehingga  diperlukan georeferensi data raster tersebut agar setiap grid mempunyai koordniatnya. Betapa pentingnya hal tersebut, dirasakan sangat penting diketahui mahasiswa agar dapat mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan georeferensi data raster melalui kegiatan praktikum.

  1.2            Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa dapat memahami penentuaan koordinat dip eta Rupa Bumi Indonesia berdasarkan sistem koordinat geografis (Geographical Coordinat System).
2.      Mahasiswa dapat melakukan Georeferensi terhadap peta–peta dasar dengan metode add Control Point dan Georeference to Other Map

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1              Sistem Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan  koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem  koordinat tertentu. Sistem  koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu :
·           Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat
Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).
·         Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat
Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu  sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z)  dan  sistem koordinat Geodetik (L,B,h),  yang keduanya diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 1 Sisitem Koordinat Geodetik dan Kartesian
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem  koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada gambar berikut.
Gambar 2 Sistem koordinat Toposentrik
Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem  proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM).

2.2              Sistem Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Gambar 3 Menentukan Koordinat Perpotongan Garis Lintang dan Bujur

2.3              Sistem Koordinat UTM
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang menggunakan bidang proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan selanjutnya : Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan factor skala 1, Perbesaran di meridian tengah = .9996, Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS. Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT dengan nomor zone 60.  Adapun penomeran Zona mulai dari 180° dan bergerak ke timur, Zona 1 dari 180°W ke 174°W, Zona 2 dari 174°W ke 168°W dan seterusnya. Untuk setiap Zona memiliki pusat meridian, Zona 1 central meridian is 177°W dan Zona 2 central meridian is 171°W.
Gambar 4 Pembagian Zona Utara dan Selatan Dalam Kordinat Sistem
Untuk mengetahui zone UTM wilayah yang akan ditransformasikan digunakan rumus :
Garis Bujur/6 + 30 = ZONE*
* Hasil nilai zone selalu dibulatkan ke atas (zone 49,1 ~ zone 50) Misalnya suatu daerah memiliki Bujur 106O dan lintang 6o 20’00 LS dengan rumus diatas.
Zone = (106/6 +30 )= (17,66 + 30) = 47,66 ~ 48
Karena Y = 6o20’00 LS, maka daerah tersebut masuk kedalam Zona 48 South/Selatan. Pembagian zona UTM global dan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6 berikut.
Gambar 5 Sisitem Grid UTM Global
Gambar 6 Sisitem Grid Indonesia
Adapun untuk mengetahui posisi pada siste kordinat Universal Transverse Mercator (UTM) dapat dipelajari sebagai berikut :
1.      Pada sistem UTM, posisi ditunjukkan dengan Timur/ Utara atau E/N
untuk daerah di bujur timur dan belahan utara. Sedangkan untuk bujur
barat dan belahan selatan oleh Barat/Selatan atau W/S. contohnya
“580817mE, 4251205mN”, atau langsung tanpa menyebutkan hurufnya,
“580817 4251205”.
2.      Bila posisi dekat dengan perpotongan Zona UTM, Zona UTM juga
disebutkan misalnya : “580817mE, 4251205mN, Zona 15”.
3.       Karena penunjukkan posisi diatas dapat menunjukkan dua tempat yang
berbeda maka bumi dibagi kedalam dua belahan, utara dan selatan
(Northern dan Southern Hemisphere), contoh “580817mE, 4251205mN,
Zone 15, Northern Hemisphere.
4.      Sistem tersebut diatas menunjukkan belahan bumi sebagai satu huruf N
untuk belahan utara dan S untuk belahan selatan.  Contohnya: “15N
580817 4251205”.

2.4              Georeferensi Data Raster
Data raster umumnya diperoleh dengan memindai (scanning ) peta atau menggumpulkan foto udara dan citra satelit. Peta hasil scan tersebut biasanya tidak mengandung informasi referensi spasial. Pada foto udara dan citra satelit, kadang-kadang informasi lokasi disampaikan tidak memadai dan tidak selaras dengan data lain yang dimiliki. Dengan demikian, untuk menggunakan data raster dalam hubungannya dengan data spasial lainnya, diperlukan penyesuaian untuk menyelaraskan yang disebut georeferensi ke dalam sistem koordinat peta.
Ketika melakukan georeferensi data raster , maka terlebih dahulu menentukan lokasi dengan menggunakan koordinat peta dan menetapkan sistem koordinat dari data frame. Georeferensi data raster memungkinkan data tersebut untuk dilihat, query/ditanya, dan dianalisis dengan data geografis lainnya. Georeferensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Add Control Points dan Georeference to Other Map.
Secara  umum  tahapan  georeferencing  (dengan  menggunakan  ArcMap)  pada data raster adalah sebagai berikut: 
·         Menambahkan data  raster  yang  akan  ditempatkan  pada  system  koordinat  dan proyeksi tertentu.
·         Menambahkan titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui nilai koordinatnya. 
·         Menyimpan informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap benar.
Sebelum melakukan georeferensi perlu diperhatikan sistem koordinat yang akan digunakan. Peta Rupa bumi Indonesia mengutamakan sistem GCS maka rubahlah koordinat Data Frame menjadi GCS dengan cara klik menu View > Data Frame properties. Setelah muncul window Data Frame properties > buka tab Coordinate System pilih Predifined > Geographic Coordinate System >World >WGS 1984 >Ok
Metode Add Control Points
            Langkah-langkah yang dilakukan untuk georeferencing data raster dengan menggunakan metode Metode Add Control Points adalah sebagai berikut :
1.      Menanbahkan data raster ke dalam Arcmap dengan klik Add Data.
2.      Menambahkan titik control yang menghubungkan antara posisi data raster dengan posisi dalam koordinat.
Gambar 7 Add Control Points
Menggunakan magnifier untuk memperjelas titik control, Magnifer didapat dengan klik Windows > Magnifer. Setelah itu klik Add Control Points, kemudian klik di titik control dan klik kanan sehingga muncul windows input X and Y.
Gambar 8 Input Data X dan Y
3.      Menyimpan informasi georeferensi bila telah sesuai
Update Georeferencing dapat dilakukan setelah selesai melakukan Georeferensi, sehingga peta diletakan pada posisinya. Perintah ini tidak menyimpan ke dalam file. Agar informasi georeference tersimpan dan dapat dibuka kembali perlu dilakukan retify dan disimpan dalam bentuk format IMG dengan klik toolbat Georeferencing > Retify.

Georeference to Other Map
            Metode Add Control Points memiliki kelemahan apabila hanya memiliki peta tanpa informasi sistem koordinat. Peta metode Georeference to Other Map peta tersebut dapat diberikan referensi geografis dengan melakukan georeferensi pada peta lain yang telah memiliki sistem koordinat. Titik-titik control yang digunakan sebagai panduaan melakukan georeferencing dapat berupa persimpangan jalan, belokan sungai, tanjung, teluk, jembatan dan sebagainnya.
            Perbedaan antara dua metode tersebut terletak pada penggunaan Add Control Points, pada metode kedua ini tidak melakukan input data x dan y melainkan menggunakan titik yang sama hanya peta kedua yang telah memiliki referensi geografis. Pertama klik Add Control Points pada titik peta yang akan dilakukan georeferensi kemudia dengan bantuaan Zoom to Layer pada peta kedua klik pada titik yang mendekati titik pertama berdasarkan kenampakan alam. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.      Mengatur sehingga layer pada toolbar Georeferencing berada pada peta yang akan dilakukan georeferensi kemudian klik Add Control Points
2.      Klik titik control pada peta yang akan dilakukan georeferensi
3.      Zoom layer pada peta yang telah memiliki referensi geografis
4.      Klik titik control pada peta
5.      Melakukan kembali langkah-langkah di atas pada tiga titik control lainnya



























BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1 Hasil Georeferensi Peta Sumedang

Gambar 2 Poligon Desa


DAFTAR PUSTAKA


GIS Konsorsium Aceh Nias. Modul Pelatihan Arc Gis Tingkat Dasar. Banda Aceh: Staf Pemerintahan Banda Aceh
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan TMIP FTIP Unpad